|4| Calon Manten

115K 11.5K 2.2K
                                    

Paras kecantikan tak akan menjamin jika hati sudah berbicara.

Pagi ini cuaca sangat sejuk. Matahari tak terlalu menampilkan sinarnya, tapi rasa gerah tetap terasa. Lembayung yang datang terlalu pagi memilih untuk melihat notifikasi yang ada di ponselnya. Banyak sekali klien yang kecewa dengannya karena jadwal pemotretan ia cancel untuk dua hari ini. Bukan bermaksud tidak profesional, tapi mood nya sedang tidak baik untuk melakukan pemotretan. Ia takut akan mengecewakan klien yang sudah menjadikan dirinya sebagai model untuk produknya.

Saat sedang mengecek notif, suara dering pesan dari aplikasi WhatsApp membuat dirinya membuka pesan itu. Pesan dari nomor yang tak ia kenal membuat dirinya heran.

Zidan:
Pulang sekolah fitting baju. Gue tunggu Lo di parkiran. Ini gue Zidan.

Read!

Ia hanya melihat pesan itu, tanpa niat untuk membalas. Baginya pesan itu tak penting sekali, mengingat ucapan pria itu yang menjadikan dirinya sebagai bahan pancing agar mendapatkan harta, membuat ia seakan merasakan sakit yang luar biasa.

"Woy! Ngelamun aja," pekik Dewi membuat Lembayung membuyarkan lamunannya.

"Astaga. Lo kalo datang bilang-bilang, dong. Lo buat gue kaget tau, gak," ucap Lembayung kesal.

"Kalo bilang, lo gak kaget, dong," tutur Dewi membuat Lembayung mencibir kesal.

Lembayung pun memutar bola matanya kesal. Sudah mood nya tidak baik ini di tambah lagi dengan tingkah sahabatnya itu yang membuat mood nya semakin memburuk saja.

"Diem, ah. Gue lagi gak mood," ucap Lembayung bete.

Dewi pun segera duduk di samping Lembayung. Dengan gerakan cepat ia memutar kepala lembayung menjadi menatap dirinya.

"Ada apa, beybeh? Bilang ke gue aja. Gue bisa bantu mood lu naik lagi," tutur Dewi dengan nada alay yang ia buat-buat.

"Lo makin rusak mood gue," ucap Lembayung. 

Tak lama mereka mengakhiri semua perdebatan ini. Seorang guru berpawakan tinggi memasuki kelas 11 IPA 1. Membuat mereka berdua mengakhiri segala percakapan yang sedang terjadi.

"Selamat siang," sapa Bu Ani yang mengajar pelajaran biologi itu.

"Siang, Bu!" balas para murid.

"Mari ikut ibu keluar kelas. Jangan lupa membawa buku dan pena," tutur Bu Ani meminta para murid untuk membawa peralatan sekolah.

Para murid pun mengangguk. Secepat mungkin mereka mengambil buku dan pena dan segera mengikuti Bu Ani yang menuju ke lapangan sekolah.

Bu Ani memberhentikan langkahnya ketika berada di depan kelas 12 IPA 2. Tepat di mana kelas Zidan berada.

"Baik. Di sini saya akan memberi tugas pada kalian untuk meneliti dan mencari cacing. Ini merupakan nilai tambahan bagi kalian jika berhasil menemukan keberadaan cacing di antara tanah ini," jelas Bu Ani memberikan tugas yang amat tak di sangka.

Para murid pun terkejut mendengar itu. Dengan keadaan udara yang gerah ini mereka harus mencari cacing yang hanya ada saat musim hujan. Sungguh ini sangat menguras tenaga mereka.

Marriage QueitlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang