|13| CCTV

113K 11.6K 1K
                                    

Suatu hari nanti kau tak akan mengenali diriku yang seperti dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suatu hari nanti kau tak akan mengenali diriku yang seperti dulu. Dan saat itu terjadi, ku pastikan kau akan menyesal telah menyakiti hatiku.

Berbagai sesi pemotretan sudah selesai ia kerjakan. Bayaran pun sudah di transfer di rekening milik Lembayung. Sekarang hari semakin larut malam. Mungkin pekerjaan yang dilakukan pada malam hari akan mendapatkan pandangan jelek dari orang sekitar. Mereka hanya bisa menilai, tapi tak pernah lihat apa yang sebenarnya kita lakukan. Mereka hanya bisa berbicara tanpa tau fakta yang sebenarnya. Lembayung tak pernah mempersalahkan pandangan orang tentang dirinya. Semua orang bebas memiliki atau mengutarakan pendapat, tapi harus tau juga fakta dari orang yang kita nilai sebelum berbicara.

Pukul sudah menunjukkan 01.00 malam. Hawa dingin menyelimuti badannya. Ditambah rasa ngantuk yang sudah ia rasakan. Pemotretan kali ini cukup menguras tenaganya. Dibalik itu semua, setidaknya ada sedikit rupiah yang ia dapatkan dari hasil kerja kerasnya. Lembayung mempererat jaket kulit yang ia gunakan. Jaket itu merupakan jaket milik sang manager Radit. Ia tak tahu jika ia akan pulang semalam ini. Mobil yang ia tumpangi pun sebentar lagi akan sampai pada rumahnya. Ia takut akan terjadi sesuatu yang tak ingin terjadi.

"Kayaknya gue besok gak sekolah, deh," ucap Lembayung sembari memandang jalanan Jakarta yang sudah sepi.

Radit yang sedang memainkan ponsel menghentikan sejenak aktivitas yang ia lakukan. Pandangannya terarah pada Lembayung dengan tatapan yang bertanya-tanya.

"Why? Are you, oke?" tanya Radit cemas  melihat raut wajah Lembayung yang begitu kelelahan.

Lembayung pun memegang keningnya yang sedikit pusing. Semenjak pemotretan ia tak makan apa pun.

"I'm fine. Cuman kepala gue pusing gara-gara gak makan," balas Lembayung merasakan sakit di kepalanya.

"Kenapa gak bilang? Pak ke restauran terdekat, ya," pinta Radit pada supir pribadinya.

"Jangan, pak. Lanjut aja ke tujuan semula," sanggah Lembayung membuat Radit menatapnya heran.

"Ini udah malam. Gue butuh istirahat bukan makan. Kalo Zidan sampai tau gue pergi jam segini, bisa abis gue," ucap Lembayung menjelaskan alasannya.

Ia rela menahan lapar dari pada harus ketahuan oleh suaminya. Walaupun Zidan tak mencintai dirinya, ia yakin jika pria dengan sorot mata tajam mengetahui apa yang ia lakukan diluar, maka habis sudah riwayat dirinya. Zidan tak suka dibohongi, tapi ia sudah menipunya beberapa kali. Apa dirinya masih bisa dikatakan istri yang baik? Entahlah. Hanya tuhan yang mengetahuinya.

"Suami lo suka kasar? Kenapa lo gak pernah cerita?" tanya Radit mengintrogasi.

Lembayung pun menggeleng. Kondisi rumah tangganya hanya Zidan, dirinya dan tuhan yang tahu. Tak baik jika membeberkan masalahnya walaupun Radit orang kepercayaan dirinya.

Marriage QueitlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang