|34| Seakan Hilang

103K 8.5K 762
                                    

Ketika hati dan hatiku jatuh pada hati yang saling menjaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika hati dan hatiku jatuh pada hati yang saling menjaga.

Pagi ini udara di Amerika serikat sangat dingin. Negara itu masuk dalam musim dingin. Salju yang turun membuat jalan tak bisa di lalui karena licin. Salju itu bagaikan kaca yang membentuk badan es yang licin. Tak ada satu pun warga yang berani keluar ketika suasana dingin seperti ini.

Hawa dingin yang menembus kulitnya membuat Ranti mengeratkan selimut rumah sakit di tubuhnya. Sesekali ia terbatuk dan merasakan sakit di dadanya. Hal ini sudah sangat sering ia alami ketika kepindahannya ke Amerika.

"Sudah, lah. Kau bilang saja ke Lembayung tentang kondisimu," tutur Handi sembari mengetik sesuatu di dalam laptop yang ia nyalakan.

Ranti pun menggeleng lemah. Memberi tahu kondisinya sama saja memberikan pukulan berat bagi anaknya. Mungkin begini sudah jadi takdir dirinya. Penyakitnya yang semakin parah, dan ia harus merelakan anaknya pada orang lain membuat hatinya sakit.

"Aku tidak mungkin memberi tahu hal ini, mas. Lembayung sudah banyak pikiran. Aku tak mau membebani dia," balas Ranti sembari memperbaiki posisinya di ranjang rumah sakit.

"Sampai kapan kita menyembunyikan ini semua? Anak kita perlu tau soal kondisimu." Handi pun hanya bisa menatap sendu pada sang istri yang semakin hari semakin kurus saja.

Tujuan mereka pindah ke Amerika adalah agar Lembayung tak tahu tentang kondisi istrinya itu. Sejak dua tahun lamanya, istrinya itu terkena radang paru-paru yang mengakibatkan kondisinya tiap hari kian menurun saja. Bahkan badan sang istri yang terlihat berisi pun harus terlihat tulangnya karena penyakit ini. Sampai kapan istrinya itu menyembunyikan hal ini?

"Mas. Aku mohon jangan. Biarlah kita berdua yang tau. Biarkan Lembayung bahagia," pinta Ranti sembari meneteskan air matanya.

Handi yang melihat sang istri menangis pun segera menaruh ponselnya dan menghampiri istrinya yang terbaring lemah. Tangannya pun ia gunakan untuk menggegam tangan kurus milik istrinya itu.

"Aku tidak janji. Sembuh, lah. Aku hanya ingin kamu sembuh dan kembali seperti biasa." Handi pun mengecup tangan istrinya membuat Ranti menangis terisak.

Mungkin di sisa hidupnya yang tak lama lagi, setidaknya ia melewati hari-harinya bersama sang suami. Jujur ia sangat merindukan anak perempuan satu-satunya, tapi ia tak mungkin memberi tahu hal ini pada Lembayung. Yang ia inginkan saat ia tak tahan lagi menahan semua rasa sakit ini, setidaknya sepucuk kata dari suara anaknya membuat dirinya rela melepaskan anaknya dalam kehidupan yang abadi.

***

Pagi yang terik membuat Lembayung sesekali menyeka keringat yang turun deras di dahinya. Ia sesekali membernarkan letak kaca matanya yang terus melorot akibat ia bermain basket.

Marriage QueitlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang