Boleh memperjuangkan, tapi tau tempat. Berjuang boleh, bodoh jangan. Hanya karena cinta dan karir kita sampai mengorbankan diri kita sendiri.
Ujian memang selalu datang untuk menampar kenyataan, tapi kita hanya perlu melalui dan berjuang. Bukan menyerah pada keadaan.
Hari terus berganti, tak ada lagi kebahagiaan yang datang menghampiri dirinya saat ini. Hari-hari yang ia lalui hanya kesepian dan merasakan kehilangan. Entah sampai kapan, yang jelas ia akan tetap menghilang. Kembali untuk apa? Melihat orang yang kita sayang bersama orang lain, akan membuat hati kita menahan sesaknya batin. Mungkin dengan pergi begini, semuanya akan terasa baik-baik saja.
Botol wine berserakan di kamarnya. Beberapa hari ini, ia terus meminum wine untuk menghilangkan bayangan Zidan yang terus ada dibenaknya. Lima botol wine pertanda bahwa ia mengalami depresi berat saat ini. Karirnya hancur, kehilangan kedua orang yang ia cinta dan juga sayangi membuat dirinya merasa tak tahan.
Saat ini Lembayung tengah memeluk sebuah foto yang membuat dirinya selalu menangis ketika melihatnya. Foto itu adalah foto pernikahannya dengan Zidan yang sengaja ia bawa sebagai kenangan nantinya. Ia hanya bisa menangis menahan pilunya dan sesak hati yang tak terkira akibat sebuah kebohongan. Ternyata memang benar, kejujuran adalah nyawa kedua bagi kita. Jika nyawa kedua itu hilang, maka kita tak akan bisa bertahan dengan satu nyawa saja.
"Kak, Lembayung butuh kakak," lirih Lembayung sembari memeluk foto pernikahan itu erat-erat.
Sedetik kemudian ia menggelengkan kepalanya. Merasa mustahil dengan apa yang ia pikirkan. Zidan tak mungkin kembali padanya.
"Enggak. Kakak gak mungkin kembali sama aku, kan? Aku, kan, udah bohong sama kakak." Lembayung pun mengelus wajah Zidan kemudian tertawa sendiri merasa mustahil baginya jika Zidan akan memaafkan dirinya.
Lembayung pun menangis. Suasana hati yang ia punya selalu berubah-ubah setiap saatnya. Tangannya pun meraih botol wine dan memecahkan botol tersebut hingga terdengar suara nyaring akibat pantulan botol dengan keramik yang saling beradu.
"Lembayung, ada apa?" tanya Handi yang kemudian menghampiri kamar anaknya.
Lembayung pun tak merespon apa pun. Ia justru sibuk memperhatikan pecahan kaca yang berada di tangannya. Matanya terus mengamati kaca yang begitu runcing. Kaca itu kemudian ia turunkan menuju pergelangan tangannya yang putih dan pucat.
"Aw!" pekik Lembayung merasakan sakit ketika kaca itu ia goreskan ke pergelangan tangannya membuat ia harus merintih dan merasakan sakit.
"Lembayung! Buka pintunya!" teriak Handi diluar kamar Lembayung.
Merasa tak ada respon, dan pintu kamar yang tertutup, juga suara teriakan anaknya membuat ia merasa cemas. Ia pun dengan sekuat tenaga mencoba untuk mendobrak pintu itu dan berhasil. Matanya hampir terlepas ketika melihat anaknya merintih kesakitan dan terkapar dengan pergelangan tangannya yang mengucurkan banyak darah. Handi pun berjalan mendekat dan segera membawa tubuh anaknya menuju rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Queitly
Fanfiction{COMPLETED} #Rank 1 Model (8 Juni 2020) #Rank 1 profesi (13 Juni 2020) #Rank 1 Cupu (28 Juni 2020) #Rank 1 cupu (31 Juli 2020) #Rank 1 Indonesia membaca (24 Desember 2020) #Rank 1 sweet (24 Desember 2020) #Rank 1 Profesi (24 Desember 2020) #Rank...