Ternyata dalam penerapan cinta memang harus ada logika. Mengikuti apa kata hati akan membuat kita terlihat bodoh.
Hawa dingin yang begitu menusuk membuat dirinya harus merapatkan jaket yang ia gunakan. Lokasi yang sudah semakin dekat membuat ia harus merapikan penyamarannya kembali. Kota Jakarta terlihat indah ketika malam hari. Tepatnya pukul 12.00 malam ia telah tiba di tanah kelahirannya.
Mobil yang ia tumpangi sedang menuju ke alamat rumahnya berada. Sesekali ia menghela napas panjang ketika rasa gugup juga takut menyelimuti hatinya. Hanya satu yang ia takuti dari kehilangannya ini, Zidan akan berbuat yang lebih kejam lagi setelah menemui dirinya nanti.
Mobil hitam mewah yang ia tumpangi pun telah tiba di halaman rumah Lembayung. Lembayung pun segera turun dengan tas Sling bag berwarna putih yang ia pakai di bahunya. Jaket kulit yang ia pakai pun ia eratkan lagi ke tubuhnya. Dengan kaki jenjangnya ia berjalan menuju pintu utama. Disaat ia akan membuka pintu, Zidan sudah membukanya dan menatap dirinya begitu tajam.
Tanpa basa-basi, Zidan menarik tangannya begitu erat membuat ia mau tak mau mengikuti suaminya itu. Dengan tenaga yang kuat, Zidan menghempaskan tubuh mungil istrinya di sofa ruang tamu membuat punggung Lembayung terbentur dengan sangat hebat.
"Kak," cicit Lembayung merasakan nyeri di punggungnya.
"Apa! Lo emang wanita jalang, ya. Puas lo? Puas, karena lo udah buat gue cari-cari keberadaan lo?" tanya Zidan dengan amarah yang memuncak.
Lembayung pun tersentak kaget. Apa benar Zidan mencarinya? Atau itu hanya alibi semata saja. Ia tak percaya jika suaminya mencari dirinya.
"Kak, aku ada urusan," balas Lembayung dengan tubuh yang bergetar hebat.
Zidan pun menatap gadis cupu yang berada di depannya dengan mata elang begitu menusuk. Ia merasa ada yang aneh dengan dirinya belakangan ini. Menyakiti Lembayung tentu hal yang ia inginkan, tapi saat melihat tubuh gadis itu yang bergetar hebat membuat ia merasa kasihan.
"Urusan apa? Urusan jual diri? Di bayar berapa lo?" tanya Zidan dengan nada mengejek.
Lembayung pun berdiri dari sofa itu. Ia menatap mata Zidan dengan mata yang berkaca-kaca. Apa suaminya menganggap dirinya seperti itu? Walaupun ia gadis cupu dan seorang model, ia tak sudi menjual dirinya sendiri hanya karena uang. Rejeki itu bisa di cari, tapi harga diri itu susah di ganti.
"Apa aku serendah itu kak? Pekerjaan aku halal. Lebih baik aku mati, dari pada aku harus jual diri." Setetes air mata pun jatuh saat ia mengungkapkan hal itu pada Zidan.
Zidan yang merasa tak percaya pun mencengkeram bahu Lembayung dengan sangat kuat. Mata tajamnya terus membidik manik mata Lembayung yang terlihat sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Queitly
Fanfiction{COMPLETED} #Rank 1 Model (8 Juni 2020) #Rank 1 profesi (13 Juni 2020) #Rank 1 Cupu (28 Juni 2020) #Rank 1 cupu (31 Juli 2020) #Rank 1 Indonesia membaca (24 Desember 2020) #Rank 1 sweet (24 Desember 2020) #Rank 1 Profesi (24 Desember 2020) #Rank...