Untuk sementara ini, memang aku membutuhkan kebahagiaan dengan cara bekerja. Kau tak perlu mengkhawatirkan ku, karena aku tidak ada apa-apanya di banding kekasihmu. Mungkin kau menganggap diriku sampah, tapi aku, menganggap mu Imamku.
Menempuh perjalanan yang cukup jauh membuat badannya terasa pegal-pegal. Berjam-jam lamanya ia harus terjebak dalam mobil untuk menuju daerah Bandung yang lumayan jauh jika ditempuh dari tempat tinggalnya.
Malam hari tepatnya pukul 12.00 malam, Lembayung pun tiba di hotel dan segera masuk ke dalam kamar yang sudah di pesan oleh sang manager. Lembayung pun menaruh barang-barangnya dengan sangat rapih. Tak lupa ia membersihkan dirinya yang terasa lengket setelah menempuh perjalanan yang jauh.
"Capek," gumam nya sembari mengeringkan rambutnya yang basah karena keramas.
Rambutnya pun sudah kering. Ia berjalan menuju ranjangnya dan membaringkan tubuhnya di sana. Ia pun menatap langit-langit membayangkan apa Zidan tengah mencarinya atau tidak? Satu pikiran pun terlintas ia lupa tak memberi tahu mertuanya tentang kepergiannya. Ia pun dengan segera meraih ponsel yang berada di nakas dan menelpon mertuanya. Suara lembut pun menyapa pendengarannya dan membuatnya tersenyum.
"Asalamualaikum, Bunda."
"Walaikumsallam, nak. Ada apa malam-malam begini menelpon?"
"Maaf, Bun, mengganggu tidur nyenyak bunda dan papa. Lembayung hanya ingin memberi tahu bunda, bahwa Lembayung sedang ada pemotretan di kota Bandung. Maaf, Bun tidak izin lebih awal."
Lembayung pun mengigit ujung bibirnya merasa gugup tentang jawaban apa yang akan diberikan oleh sang mertua mengenai kepergiannya ini.
"Tidak apa-apa. Bunda tau kamu sibuk. Jaga kesehatan ya, nak dan jaga diri. Apa Zidan tau akan hal ini?"
Satu pertanyaan yang begitu ia takuti pun lolos dari bibir mertuanya. Bahkan ia tak mau memberi tahu kepergiannya pada Zidan. Memberi tahu sama saja ia membongkar penyamaran dirinya.
"Tidak, Bun. Jika Lembayung memberi tahu, Lembayung yakin kak Zidan tak akan peduli dengan urusan Lembayung."
Lembayung pun berusaha tersenyum. Bahkan ketika pelupuk matanya sudah menggenang air, ia tetap menyunggingkan senyuman manisnya. Ia dengar dari sebrang sana, Bunda Ranti menghela napas berat. Ia tahu Bunda Ranti merasa bersalah akan hal ini.
"Bunda, biarkan Lembayung mengetahui apa kak Zidan peduli atau tidak lewat cara ini. Lembayung mohon, bunda tak usah memberi tahunya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Queitly
Fanfiction{COMPLETED} #Rank 1 Model (8 Juni 2020) #Rank 1 profesi (13 Juni 2020) #Rank 1 Cupu (28 Juni 2020) #Rank 1 cupu (31 Juli 2020) #Rank 1 Indonesia membaca (24 Desember 2020) #Rank 1 sweet (24 Desember 2020) #Rank 1 Profesi (24 Desember 2020) #Rank...