Yoongi berdiri sedari tadi, menunggu pintu di hadapannya terbuka dari dalam. Ini pukul sebelas lebih lima dan seharusnya pintu telah dibuka. Tapi, sial karena pintu telah dikunci kembali. Ia telah mengetuknya berkali-kali namun sama sekali tak ada sahutan dari dalam sana.
Mungkin, memang tidak ada yang berniat membukakan pintu untuknya.
Helaan napas terdengar. Yoongi membawa tubuh kecilnya untuk duduk, kepalanya ia tumpukan pada kedua lutut. Yoongi memeluk dirinya sendiri, berbaur dengan rasa nyeri yang entah sejak kapan membelit dadanya.
Mau tak mau, Yoongi harus menunggu di teras rumah sampai pagi menjelang. Atau paling tidak, menunggu seseorang berbaik hati membukakan pintu untuknya.
***
07.20
"Hei! Bangun, bodoh!"
"Anak pungut!"
Yoongi tersentak, membuat ia terpaksa bangun dari tidur tak nyamannya dengan pening yang menyerang. Kepalanya mengadah, melihat siapa yang ada di sampingnya.
"Seokjin Hyung?" gumamnya pelan. Bibirnya mengucapkan terima kasih tanpa suara. Terlalu takut untuk unjuk suara di hadapan Seokjin.
"Cepat masuk! Kau harus bekerja!"
Yoongi mengangguk cepat. Tanpa aba-aba ia berdiri dan berjalan cepat memasuki rumah, walau sempat terhuyung beberapa kali.
Seokjin berdecih. Menatap punggung seseorang yang ia benci dengan tatapan malas.
Mengabaikan gejolak aneh yang sedari tadi berseru dalam hatinya.
.
.
.
.
"Kemana anak pungut itu?" Jungkook berujar. Taehyung mengangkat bahu acuh. Membuat yang lebih muda mendengus kesal.
"Sial. Aku lapar dan ia malah pergi entah ke mana. Jika ketemu nanti--Oh! Anak pungut!" Gerutuan bocah itu terpotong saat melihat Yoongi memasuki rumah. Ia menatapnya penuh selidik dari kepala hingga ujung kaki.
"Dari mana?" tanya Jungkook. Ia melepaskan stick game lalu berjalan mendekat dengan sebelah tangan yang ia kantongi.
"Maaf, Jungkookie, aku--"
"Ya, ya, ya, telan saja. Aku tak perlu kata maafmu itu. Ini, belikan aku beberapa makanan ringan dan soda di minimarket," Jungkook berujar sembari mengulurkan beberapa lembar uang. Yoongi menerimanya lalu berjalan menuju pintu keluar.
Sekali lagi ia mengabaikan nyeri di dada yang semakin menjadi.
.
.
.
Yoongi mendudukkan dirinya di halte dengan tangan kanan yang mencengkram erat dadanya.
Kenapa semakin sakit?
Yoongi belum pernah merasakan sakit yang seperti ini. Mungkin hanya karena kelelahan. Sepertinya memang seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth: REVEALED ✔
ФанфикDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed "Kau tahu, semua kata maafmu itu tak akan ada artinya di mata kami! Kau datang dan menghancurkan semuanya! Hidupku, hidup kami bertiga hancur hanya karenamu!" Benarkah? Bagaimana jika pada akhirnya na...