"Hanya ini yang tersisa. Apa tidak apa? Paman bisa mengurangi biaya sewanya."
"Ah, tidak perlu, Paman ... ini sudah lebih dari cukup. Aku akan membayar sewa perbulan. Terima kasih bantuannya, Paman."
Yoongi membungkuk singkat lalu berdiri dengan senyum yang tersungging. Lelaki paruh baya di hadapannya tersenyum kecil.
"Kalau begitu aku pergi dulu, Nak. Maaf jika kontrakan ini tak sesuai dengan apa yang kau inginkan."
Sekali lagi Yoongi menggeleng. "Ini bahkan lebih dari cukup," ujarnya lirih. Kedua mata kucingnya mengamati punggung lelaki tua yang menjauh sebelum berbalik untuk melihat kondisi rumah yang baru saja ia sewa.
Apa yang ia katakan berbanding terbalik dari yang sebenarnya. Apa yang bisa dikatakan 'lebih dari cukup', jika ruangan yang ia pijak sat ini penuh dengan kotoran? Sampah di mana-mana dengan debu yang menempel.
Tidak ada yang lebih dari cukup.
Yoongi menghela napasnya, melepas tas ransel berisi beberapa setel baju dan menyenderkannya pada dinding. Kedua lengan kaosnya ia gulung sebatas siku, lalu mulai membersihkan tempat yang mulai saat ini akan menjadi tempat tinggal barunya.
Beberapa menit kemudian, tugasnya selesai. Yoongi menghapus keringat yang membasahi kening hingga dagu, lalu mengamati ruangan yang kali ini nampak lebih bersih. Helaan napasnya terdengar. Tempat ini memang hanya kontrakan kecil. Hanya ada dapur yang menyatu dengan ruang tengah, satu kamar mandi, dan satu kamar tidur. Tapi ini cukup.
Lagi pula, mengingat uang yang Yoongi pegang sekarang, jumlahnya tidak lagi banyak. Uang yang ia miliki telah berkurang separuh untuk naik bus dan menyewa kontrakan. Belum lagi membeli bahan makanan untuk dirinya.
Yoongi menarik sudut bibirnya. Sudah pasti jika uang ini akan habis sebelum satu minggu. Terlebih saat mengingat jika Yoongi baru saja memutuskan untuk berhenti bekerja di restoran keluarga Hoseok. Ia harus mencari pekerjaan lagi setelah ini.
Hidupnya kali ini akan lebih sulit, memang. Tapi bisa membuatnya lebih lega karena ia tak lagi menumpang hidup. Yoongi terkekeh. Ia berbaring telentang.
Jika dipikir, hidupnya selama ini mirip sekali dengan benalu. Hidup menumpang pada satu tempat lalu berpindah ke tempat lain. Dari tinggal di panti, lalu tinggal di rumah keluarga Min yang berkecukupan. Ia tersenyum, mengejek dirinya sendiri. Menyadari jika hidupnya selama ini hanya menyusahkan orang lain.
Setelahnya, Yoongi bangkit. Membawa tas ransel kumal miliknya ke dalam kamar, dan mengeluarkan isinya untuk ditata. Selesai menata, Yoongi pergi ke kamar mandi guna membersihkan diri dari debu yang menempel.
***
"T-tidak, aku percaya tidak seperti itu kejadiannya."
Taehyung mendengus kasar. Kedua matanya menatap Jungkook dan Seokjin yang duduk di kursi masing-masing.
"Sudah ku bilang dia hanya orang asing, Hyung! Lihat, dia bahkan mendorongku dari tangga!" paparnya. Seokjin memijat pelan pelipisnya.
"Kook," panggilnya. Jungkook menoleh. "Ya, Hyung?"
"Ikut aku keluar."
"Uh? O-oke."
.
.
.
"Sekarang kutanya," Seokjin mengambil napas panjang. Kedua matanya menatap Jungkook yang duduk di bangku tunggu.
"Kau percaya jika Yoongi melakukannya? Maksudku, kau percaya jika Yoongi yang mendorong Taehyung?" lanjutnya. Jungkook diam sebelum menggeleng kecil.
"Tidak," jawabnya lirih. Seokjin kembali bertanya.
"Apa kau melihat kejadiannya?"
Jungkook mengangguk kecil. "Itu terjadi tepat saat aku memasuki rumah."
Seokjin kembali menarik napas. Satu tangannya bertengger di bahu Jungkook. "Kau sudah tahu jika Yoongi pergi dari rumah?"
"Tidak--" Mata Jungkook berkedip cepat. "Apa?!"
Seokjin menarik kembali tangannya. Ia merogoh saku celana. Mengambil kertas telah lusuh, lalu menyerahkannya pada Jungkook.
"Ini, baca," tuturnya singkat. Jungkook menerimanya, membuka lipatan kertas, lalu membaca dengan kedua mata yang tak berkedip.
Selesai, Jungkook menatap Seokjin. Surat beserta amplop yang diberikan masih berada di tangannya.
"Hyung, tidak mungkin ...."
"Itu yang terjadi, Kook. Awalnya aku juga tidak percaya. Aku juga terkejut saat menelepon Hoseok dan tahu jika Yoongi mengundurkan diri," ujarnya pelan. Jungkook menggeleng keras, lantas berkata dengan suara bergetar.
"A-ayo, kita harus mencari Yoongi Hyung, bukan? Kita harus membawanya pulang, Hyung ...."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth: REVEALED ✔
ФанфикDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed "Kau tahu, semua kata maafmu itu tak akan ada artinya di mata kami! Kau datang dan menghancurkan semuanya! Hidupku, hidup kami bertiga hancur hanya karenamu!" Benarkah? Bagaimana jika pada akhirnya na...