| 13

3.9K 426 55
                                    

"Jangan tidur!!"

"I-iya ...."

Seokjin berteriak, sementara kedua mata tajamnya tak lepas dari jalanan yang sedikit ramai. Sekarang ini, ia harus pintar-pintar mengatur emosi. Membaginya antara khawatir dan fokus pada jalanan. Seokjin tentu khawatir pada Yoongi yang ada di sampingnya. Tapi, ia tak bisa mengabaikan jalanan yang ada di depannya begitu saja.

"Yoongi-ah, jangan tidur, ya?"

Seokjin menggigit bibirnya kalut. Terlebih saat beberapa ringisan sakit keluar dari bibir pucat Yoongi. Lelaki itu menekan pedal gasnya. Membawa sedan hitam yang ia kendarai melaju lebih kencang.

"Uhuk!"

Yoongi meringis kecil. Dadanya semakin sesak saat ia terbatuk. Untuk bernapas saja terasa sangat sakit. Kendati demikian, ia tetap memaksa kedua matanya agar terbuka. Mematuhi ucapan Kakaknya beberapa saat lalu.

Lihat, ia sangat penurut, bukan?

Mendengar suara batuk, Seokjin lantas menoleh. Panik melonjak hebat saat melihat aliran darah kecil yang keluar dari mulut sang Adik. Walau begitu, ia tetap diam. Mengurungkan niat untuk bertanya, yang bisa saja membuat Yoongi ikut panik.

"H-hyung ...."

"Hm?"

"Sakit."

"Tahan dulu, Yoon. Sebentar lagi."

"Hyung, a-aku mengantuk ...."

***

'Tok, tok ....'


"Permisi!"

Hoseok menggaruk tengkuknya. Sedari tadi ia ada di depan pintu. Mengetuk, berteriak, ataupun menggedor, tapi tetap tak ada tanda-tanda pintu di depannya akan terbuka.

"Haloo!"

Si kuda itu kembali berteriak. Ia mengetuk pintunya berkali-kali, tapi tetap saja, tak ada balasan dari dalam. Lelaki tiu menghela napas panjang.

"Jungkook-ah!!" teriaknya, entah untuk yang keberapa kali.

'Drrtt ....'

Hoseok melenguh saat merasakan getar pada saku celananya. Buru-buru ia merogoh sakunya. Siapa tahu panggilan dari sang Ayah tercinta.

"Jungkook?" gumamnya setelah melihat nama si penelepon. Tanpa pikir panjang, anak itu segera menggeser ikon telepon hijau.

"Halo!" sapanya.

"Hoseok Hyung! Kau di depan?!" teriak seberang sana. Hoseok mengangguk walau tak akan bisa dilihat.

"Iya! Aku berada di depan rumahmu sejak beberapa menit lalu. Berteriak seperti orang gila dan menggedor pintu seperti rentenir, tapi tetap saja tak ada yang membuka pintu! Kau di mana sih, Kook?!" gerutunya.

Jungkook yang ada di dalam kamar mendengus pasrah. Kakak kelasnya ini pikun, ya?

Setelahnya ia menyahut malas.

"Hyung lupa aku dikunci di kamar?"

Hoseok terdiam. 

"Aku lupa!"

Seperti dugaan, tipikal Hoseok sekali.

"Lalu bagaimana caranya aku masuk, Kook?! Harus kubobol kah pintunya?!!"

Jungkook mendesis. Pasalnya suara Hoseok keras sekali. Bahkan sampai terdengar dari dalam kamarnya. Rasanya seperti ponsel yang menempel di telinganya ini tak lagi memiliki fungsi. Ia menarik napas kecil. Berusaha bersabar menghadapi Jung Hoseok yang cerewetnya melebihi kuda hendak melahirkan.

"Buka saja pintunya, Hyung. Sepertinya tidak dikunci," balasnya malas.

"O-oh .... Oke!"

Setelah itu sambungan telepon dimatikan. Jungkook mendengus kecil. Ia berjalan ke dekat pintu, berharap Hoseok segera membuka pintu kamarnya.

'Ceklek!'



"Seokie Hyung!" sorak Jungkook saat Hoseok membuka pintu kamarnya. Ia segera berlari keluar, mengabaikan presensi kakak kelas yang hanya bisa menatapnya bingung.

"Di mana Yoongi Hyung?" lirih Jungkook. Langkahnya ia pacu untuk menuruni tangga. Kedua mata bulatnya sibuk menelisik setiap sudut lantai bawah. Tapi sial, tak ada Yoongi maupun Taehyung di sana.

"Kenapa Kook?"

Jungkook menoleh saat merasakan tepukan tangan pada bahunya. Ia menggeleng kecil, mengisyaratkan bahwa Hoseok tak harus tahu. Yang lebih tua menghela napas pendek. Ia mengusap surai yang lebih muda.

"Hei, aku juga harus tahu. Bukankah kau yang memanggilku kemari?" tanyanya. Jungkook mengangguk kecil. Ia berbalik untuk menatap Hoseok dengan mata berairnya.

"Yoongi Hyung tidak ada. Tadi ada di sana, kenapa sekarang menghilang?" ujarnya dengan mata berpendar mengelilingi ruangan. Hoseok tentu bingung, ia juga tak tahu apapun.

"Sudah kau tanya Jin Hyung? Siapa tahu Jin Hyung tahu," ia memberi saran, dan bak kilat, Jungkook melesat berlari ke lantai atas. Lagi-lagi, meninggalkan Hoseok di bawah.

Orang sabar disayang Tuhan ....

***


"Jangan, hiks ....."

"Sa..sakit ...."

"Diam!"

"P-paman, jangan ,hiks ... jangan pukul-pukul."

"Diam, bocah!"

"Eomma, Appa ,.. hiks, Jinie Hyung ...."

"Mereka yang kau panggil tidak akan datang, bocah! Bukankah mereka yang meninggalkanmu di taman bermain, hm? Dan itu menjadi keberuntungan bagi kami! Tunggu sebentar lagi, oke? Kau akan kami kembalikan, tapi setelah mengambil jantungmu tentunya--Hei! Orang itu mintanya jantung, kan?!"

"Hm ...."

.

.

.

"Bodoh!! Lihat bocah itu! Kenapa kau merusak jantungnya, sih?! Jika itu paru-parunya tidak masalah, tapi ini jantungnya, sialan!"

"Hei! Mana aku tahu jika tulangnya akan menusuk jantung! Bukan salahku!"

"Cih! Tentu saja salahmu! Kau yang menendang bocah itu! Sekarang bagaimana nasib kita?! Tidak akan ada yang mau menerima jantung yang telah rusak!"

"Nasib kita? Mudah saja, tinggal bunuh dia lalu jual paru-paru atau organ lain. Mudah, bukan?"

"Ck, kenapa aku harus bekerja dengan si bodoh ini!

--Dengar!! Kita hanya menerima permintaan jantung sejak dua minggu lalu! Bukan paru-paru, ginjal, ataupun hatinya. Lagi pula, kau mau menyimpan organ busuk, huh?"

"Kalau begitu berikan saja pada rumah sakit."

"Dan kau mau kita ketahuan?"

"Kalau begitu buang saja dia! Taruh dia di panti setelah keluar dari rumah sakit ini! Bocah itu, bukannya menambah, malah membuang uang kita."

"Bodoh! Kaulah yang membuat uang kita hilang!

--Tapi, membuangnya di panti, kurasa bukan ide yang buruk."

"J-jangan, tolong ...."

"Yoon?"

"Jangan, hiks!"

"Yoongi-ah! Bangun!"






TBC

Truth: REVEALED ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang