| 16

3.9K 427 75
                                    

"Hoseok Hyung, terima kasih traktirannya. Sering-sering seperti ini ya, Hyung!"

Hoseok mendengus. Menatap si bocah kelinci dengan tatapan kesal.

"Sering-sering kepalamu itu, Kook! Ini juga karena kau memaksa!" timpalnya tak terima. Jungkook tersenyum lucu.

"Kalau begitu, aku akan sering-sering memaksa," ujarnya jahil. Sukses membuat decakan sebal keluar dari mulut Hoseok.

"Terserah," balasnya malas. Ia segera menghabiskan minumannya lalu berdiri.

"Ayo kembali ke rumah sakit. Aku ingin bertemu Yoongi."

Jungkook mendongak lalu mengangguk semangat. Lantas, anak itu segera menyuapkan satu sendok besar nasi kedalam mulutnya, lalu berdiri dengan segelas penuh jus jeruk yang belum sempat ia minum.

"Nuna, tolong dibungkus," pintanya pada penjaga kasir. Tipikal orang yang tak menyia-nyiakan kesempatan, memang. Hoseok yang melihatnya hanya menggeleng berusaha memaklumi. Dengan sabar, ia menunggu Jungkook di depan pintu keluar.

"Ayo, Hyung!"

Hoseok menoleh. Mendapati Jungkook yang tengah menyedot rakus jus jeruk dalam gelas mika.

"Ayo."

***

'Ceklek.'



"Yoongi Hyungie!"

"Ssstt!"

Jungkook total bungkam. Bahkan, bocah bermata bulat itu harus berhenti menyedot jus jeruk gratisnya. Kedua matanya menatap bingung Seokjin.

"Ada apa, Hyung?" tanyanya berbisik. Seokjin berdecak kecil.

"Yoongi sedang tidur. Kau tidak lihat?"

Jungkook melirik kakak kedua lalu mengangguk paham. Hoseok mengernyit bingung. Jelas-jelas Yoongi sudah bangun beberapa saat lalu. Sekarang, tidur lagi?

"Bukankah Yoongi sudah bangun tadi, Hyung?" tanyanya. Seokjin mengangguk membenarkan.

"Ia kesakitan tadi. Jadi aku memberinya obat dan menyuruhnya untuk tidur," jawab Seokjin santai. Hoseok mengangguk paham. Setelahnya hening berkuasa, sampai pertanyaan Jungkook terlontar.

"Hyung, sebenarnya ada apa dengan Yoongi Hyung? Kenapa sampai sesak seperti kemarin?"

Seokjin menatap si bungsu dan Yoongi bergantian. Ia menghela napasnya panjang.

Maaf ....

"Dua rusuknya patah."

"Hanya itu?" tanya Jungkook lagi. "Tidak ada yang lain? Karena aku melihat Yoongi Hyung beberapa kali mengurut dadanya."

Seokjin mengangguk kecil. 

"Ya. Hanya itu."

***

Dua hari satu malam Yoongi harus menginap di rumah sakit, dan lihat saja, sekarang ini bocah itu tengah bertindak seperti tak ada apapun yang terjadi beberapa hari lalu. 

Buktinya, si pucat itu tengah membersihkan rumah dengan santainya. Mengabaikan nyeri menyengat dari dalam dada yang beberapa kali muncul sebab gerakan tiba-tiba.

Selesai berkutat dengan dengan alat pel, anak itu beralih menuju dapur. Mengambil beberapa bahan dari dalam kulkas dan alat masak untuk membuat masakan sederhana, lalu mulai menyibukkan diri. 

Sebenarnya Seokjin sudah meminta Yoongi agar tak bekerja terlalu berat. Bahkan, ia telah berencana untuk mengundurkan sang Adik dari pekerjaan. Tapi sayang, hal itu harus gagal karena permintaan Yoongi sendiri.

Tak ingin merepotkan, katanya.

Akhirnya, Seokjin hanya bisa diam. Padahal ia sama sekali tak merasa direpotkan. Dengan setengah hati ia mengangguk. Membiarkan Yoongi memilih apa yang ia inginkan. Tapi dengan beberapa syarat tentunya.

Seokjin tak memperbolehkan Yoongi bekerja terlalu keras. Seokjin tahu betul apa yang tengah ia lakukan. Hal itu semata-mata karena ia tak ingin kesehatan sang Adik menurun.

Tapi, bukan Yoongi namanya jika bisa menurut dengan mudahnya.

Dan mari kita lihat, sampai kapan anak itu bisa memaksa tubuh ringkihnya untuk terlihat kuat.

***


Taehyung menyambar jaket abunya dari atas kasur. Ia memakainya asal lalu keluar dari kamar. Masa bodoh dengan tatanan baju yang acak-acakan. Lagi pula, Taehyung hanya akan pergi ke game center bersama teman-temannya. Bukan acara penting yang mengharuskannya tampil rapi di depan publik.

Sembari bersenandung kecil, anak itu berjalan menuruni tangga. Sampai di anak tangga terakhir langkahnya terhenti. Matanya memicing menatap si anak pungut yang tengah menelungkupkan kepala di atas meja makan. Beberapa detik setelahnya ia mengangkat bahu acuh. Tak ingin memiliki urusan tak penting dengan orang yang tak penting pula.

"Tae ...."

Taehyung berdecak. Ia menghentikan langkahnya. Menunggu beberapa detik dan kembali melanjutkan jalannya saat dirasa tak ada lanjutan.

"Taehyung-ah, tolong ...."

Mendengar suara itu, Taehyung berbalik malas. Membalas mata sayu Yoongi dengan tatapan datar. Tangannya terangkat, menunjuk Yoongi dengan telunjuk kanannya lalu tersenyum pongah.

"Menolongmu? Maaf. Aku tidak ingin membuang waktuku," ujarnya sinis dan berlalu. Keluar dari rumah itu tanpa mempedulikan raut kesakitan kakak angkat di sana.

Ia membuka pintu lalu menutupnya dengan bantingan kasar. Tak peduli jika orang di sana berjengit kaget karena suara keras yang ditimbulkan. Ia memainkan ponselnya sembari menunggu jemputan sang teman.

"Hyung?"

Taehyung menoleh. Menatap Jungkook yang baru saja datang dengan satu plastik makanan di tangan kiri.

"Mau ke mana?" yang lebih muda bertanya. Taehyung tersenyum miring. Ia berdecak kecil.

"Bukan urusanmu. Lebih baik, kau urusi Kakakmu itu. Sepertinya ia kesakitan tadi. Dasar lemah," ucap Taehyung lalu menghampiri temannya yang telah datang.

Yoongi Hyung?





TBC

Truth: REVEALED ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang