"Seokjin Hyung! Apa maksudnya ini?!"
Seokjin mengernyit heran saat Taehyung datang dengan laptop kepunyaannya. Ia bergegas berdiri. Mendekat kearah sang Adik yang datang dengan wajah memerah padam.
"Ada apa, Tae?" tanyanya dengan alis menukik. Bingung apa sebab adik keduanya datang dengan marah yang ketara sekali di wajahnya.
"Ini! Apa maksudnya ini, Hyung?!" Taehyung berteriak sembari menunjukkan foto di layar laptop. Membuat Seokjin terkejut barang sebentar.
Taehyung membukanya?
Kesalahannya sendiri memang, tidak menyembunyikan folder itu, atau menyimpannya dalam flashdisk. Dan kini, Taehyung datang menuntut penjelasan.
Seokjin menarik napas. "Tae--"
"Hyung? Kenapa ribut sekali? Ada apa?"
Seokjin menoleh. Mendapati si bungsu yang berada di samping Taehyung secara tiba-tiba. Ia menelan ludah gugup.
Baiklah, ini akan menjadi hal yang panjang untuk dibicarakan.
"Lihat, Kook!" Taehyung berujar. Memberikan laptop di tangannya pada sang Adik. Membiarkan Jungkook melihat apa yang telah ia lihat, dan menatap Seokjin tak percaya.
"Ini--Hyung?"
"Seokjin Hyung? Apa itu benar?" Jungkook bertanya. Menatap si sulung dengan kedua mata membulat.
"Astaga," Jungkook berujar lirih saat anggukan menjadi jawaban. Taehyung berdecih kecil.
"Hyung, Kau bercanda, bukan? Jelas-jelas Appa memungut anak itu dari panti asuhan! Dan sekarang, bagaimana kau bisa berkata jika anak itu adalah anak kandung Appa?" ujarnya tak suka. Seokjin menggeleng kecil. Menarik napas panjang, berusaha tak tersulut emosi di hadapan kedua adiknya.
"Hyung sama sekali tak berbohong," ujarnya lirih. Jungkook menggeleng kecil.
"Tapi bagaimana bisa?" tanya bocah itu.
"Ck, aku bahkan tak mengenalnya sama sekali. Jangan bercanda, Hyung! Hubungan darah bukan topik yang tepat tuntuk dijadikan bahan candaan!" Taehyung berseru dengan kekehan kecil.
Seokjin menggeram. Berbalik cepat, dan berjalan menuju meja kecil di samping ranjang. Tangannya membuka laci, meneliti satu persatu dokumen, dan menarik map yang ia cari.
"Bercanda? Terserah, tapi katakan itu setelah melihat ini," Seokjin berucap sembari menyerahkan map cokelat pada Taehyung. Sengaja mendorong tubuh sang Adik sebagai pamungkas, dan melenggang pergi. Meninggalkan kedua adik yang masih berada di ambang penasaran.
Lebih baik ia pergi, dari pada membiarkan emosinya meletup di sana.
"Halo, Jin?"
"Hyun, kau di rumah?"
"Ya, ada--"
"Aku ke sana."
***
"Hei Jin, ada apa denganmu? kenapa menelepon seperti tadi? Ketus sekali."
Seokjin membuang napasnya kasar. Menatap Kyuhyun dengan tatapan datar, lalu berucap, "Antar aku ke tempat di mana kau bertemu Yoongi."
Kyuhyun membola. "Sekarang?!"
***
20.00
"Yoongi pulang dulu, Paman. Terima kasih untuk hari ini ...."
Lelaki paruh baya tersenyum hangat. Menepuk punggung si remaja beberapa kali, membuat si pemilik punggung menegakkan badan.
"Paman yang harus berterima kasih padamu. Sekarang pulanglah, sudah pukul delapan."
Yoongi mengangguk kecil. Membungkuk untuk yang terakhir kali sebelum berjalan berbalik dan keluar dari toko.
"Hei, hei, Jin! Anak itu keluar dari toko!"
Seokjin segera bangun. Fokus menatap remaja dengan jaket hitam yang ditunjuk oleh sang teman.
"Itu anak itu yang aku lihat kemarin. Namanya Min Yoongi," ungkap Kyuhyun. Seokjin diam tak menjawab. Memilih fokus pada remaja yang berjalan dengan kedua tangan di saku jaket.
"Dia ... " ucapnya menggantung, menunggu sampai si remaja menoleh. Menampakkan wajah yang sedari tadi menjadi incaran Seokjin.
"Ikuti dia! Jalankan mobilmu, Choi!" teriaknya pada sang teman yang tengah menguap ria.
***
"Dia Adikmu? Yoongi, Yoongi itu?" Kyuhyun bertanya. Menatap Seokjin yang fokusnya sama sekali tak teralihkan dari rumah kecil di depan mereka.
Seokjin mengangguk kecil. "Iya," jawabnya singkat sembari meneguk cola.
Kali ini Kyuhyun menoleh dengan tatapan heran.
"Kenapa tidak kau ajak pulang?" tanyanya. Seokjin menggeleng kecil.
"Tidak sekarang," jawabnya. Kuhkyun mengangguk kecil. Tak mau ikut campur lebih jauh dengan urusan sang teman.
Keduanya lantas terdiam kala tak lagi memiliki topik pembicaraan. Seokjin memilih untuk memeriksa ponselnya. Membaca pesan yang dikirimkan oleh Jungkook dan Taehyung tanpa berniat membalas sedikitpun.
Seokjin tak marah sebenarnya. Ia hanya sedang tak ingin meladeni banyaknya pertanyaan yang akan terlontar.
"Jin, lihat! Adikmu keluar!"
Seokjin mendongak cepat. Kedua matanya menatap Yoongi yang keluar dengan jaket yang sama. Hanya berganti kaos putih dengan abu-abu, dan kini tengah mengunci pintu rumah.
"Mau ke mana?" gumamnya bertanya entah pada siapa.
"Kita ikuti?" Kyuhyun bertanya, menawarkan. Seokjin mengangguk cepat.
***
Seokjin mencelos menatap warung makan yang baru saja dimasuki sang Adik. Dalam hitungan detik, ia melihat sang adik yang telah berganti pakaian, bergerak cepat mengantarkan makanan dan minuman pada para pelanggan.
Ia menghela napas kecil. Kedua matanya tak lepas menatap Yoongi yang bekerja dengan senyum yang terpampang. Matanya melirik layar ponsel.
"Yoongi bekerja, lagi?" gumamnya sembari menatap angka jam yang terpampang.
Delapan lewat tiga puluh.
Ini sudah cukup larut baginya untuk bekerja.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth: REVEALED ✔
FanficDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed "Kau tahu, semua kata maafmu itu tak akan ada artinya di mata kami! Kau datang dan menghancurkan semuanya! Hidupku, hidup kami bertiga hancur hanya karenamu!" Benarkah? Bagaimana jika pada akhirnya na...