| 17

3.7K 424 71
                                    

"Bukan urusanmu. Lebih baik kau urusi Kakakmu itu. Sepertinya ia kesakitan tadi. Dasar lemah," ucap Taehyung lalu menghampiri temannya yang telah datang.

Yoongi Hyung?

Segera saja Jungkook melangkah cepat. Tangannya membuka pintu dengan tergesa, begitu juga kakinya yang tak berhenti melangkah.

"Hyung!"

Kedua tungkainya ia bawa berlari. Jungkook meletakkan plastik makanan di atas meja makan, lalu beralih menghampiri Yoongi. 

"Hyung, ada apa?" tanyanya sembari menegakkan tubuh sang Kakak kedua. Dan kini, Jungkook dapat melihat gurat sakit yang terlukis jelas di sana.

"Hyung, ada apa? Katakan padaku!" ujar Jungkook dengan intonasi yang lebih tinggi. Ia hanya bingung. Jungkook tak tahu harus berbuat apa.

Menunggu sejenak, dan dapat Jungkook rasakan jika Kakaknya ini menggeleng kecil. Matanya kembali terbuka, walau tak sempurna. Menatap Jungkook dengan mata sayu yang membuat yang lebih muda mencelos lemas.

"O-obat--ugh, di-dikamar, to..long ...," Yoongi berucap tersengal. Tangannya ia gunakan untuk mencengkeram dada. Menahan sengatan sakit dari dalam sana. Matanya sesekali terpejam sebab nyeri yang datang timbul-tenggelam. Semua ini sungguh menyiksanya.

"Obat? Di kamar, 'kan? O-oke!"

Usai berucap, Jungkook memacu kakinya berlari cepat menuju kamar Yoongi. Menggeledah semua tempat guna mencari obat untuk sang Kakak.

"Di mana? Di mana, hiks ...."

Tangannya sibuk menggeledah semua tempat. Bawah bantal, di sebalik kasur, atau di laci nakas tua. Tapi tetap saja, ia tak menemukan obat seperti yang Yoongi minta. Air matanya jatuh tanpa disuruh. Jungkook hanya takut. Ia takut saat melihat wajah kesakitan Yoongi.

"Hiks, tolong ...," lirihnya. Saat itu matanya terpaku pada jaket hitam yang menggantung di balik pintu. Jungkook menyambarnya. Memasukkan tangannya pada dua saku yang ada di sana.

"Ini?" gumamnya saat tangannya menggenggam botol kecil. Tak ingin membuang waktu, ia segera berlari ke dapur. Menghampiri kakaknya yang kembali menelungkupkan kepala di atas meja.

Takut kembali mengisi hatinya. Jungkook takut ia terlambat. Karena itu, ia menghampiri sang Kakak dengan botol obat dalam genggaman. Ia kembali menegakkan tubuh ringkih itu sembari menepuk pipinya.

"Hyung," panggilnya pelan. Menghela napas lega saat kedua mata itu masih mau terbuka.

"Hyung, aku dapat obatnya. Hyung butuh berapa?"

Tak bersuara memang. Tapi Jungkook yakin Yoongi menggumam 'dua' dari gerak mulutnya. Dengan cepat ia mengeluarkan dua butir dari dalam botol, tak lupa dengan segelas air yang Jungkook ambil dari dispenser. Kedua mata bulatnya sibuk mengamati sang Kakak, hingga tanpa sadar ia ikut meringis saat yang lebih tua mengernyit sakit.

Seakan tersadar, Jungkook menghapus air matanya. "Kubantu pindah ke sofa ya, Hyung?" tawarnya. Lagipula, sofa yang ia maksud cukup panjang ukurannya. Cukup jika digunakan untuk tidur atau berbaring.

Tanpa persetujuan, anak itu memapah tubuh Yoongi. Mengalungkan tangan sang Kakak pada bahunya tanpa persetujuan. Sesekali ia meringis saat mendengar yang lebih tua merintih tertahan.

"Ughh ...," Yoongi merintih kecil. Tangannya ia gunakan untuk mencengkeram dada. Napasnya memburu. Sesuatu di dalam sana serasa dipompa dengan begitu cepat. Matanya ia pejamkan erat, Yoongi masih mencoba mengatur napas yang terasa berat hingga elusan ringan di dada membuatnya membuka mata. 

"J-jangan diremas, Hyung .... Jangan ...."

***

19.00

'Sret!'


"Bangun, sialan!"

Taehyung berdecih tak suka. Kedua manik elang itu menatap memicing pada Yoongi. Seolah menganggap apa yang ada di depannya adalah benda menjijikkan yang tak seharusnya berada di sana.

Yoongi meringis ngilu. Mengabaikan sakit pada dadanya, ia mendongak. Menatap Taehyung yang ada di depannya lalu segera berdiri walau sempat terhuyung.

"Tae--" ucapannya terhenti saat Taehyung berdecih. Adiknya itu berjalan mendekat, lalu menarik kaosnya. Berkata dengan sorot tajam yang tampak di matanya.

"Jauhi Jungkook. Kuingatkan jika kau bukan siapa-siapa di sini. Presensimu bahkan hanya sebagai anak angkat Appa. Kau hanya orang asing. Berbalas budilah dengan menuruti kata-kataku."





TBC

Truth: REVEALED ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang