"Jin Hyung?"
"Ya, ada apa, Kook?"
"Hyung sibuk?"
"Uh? Tidak."
"Bisa Hyung pulang sekarang?"
"Um ...."
"Tidak bisa, ya, Hyung?"
Di sana, Seokjin menggigit bibir ragu. "Bukan begitu. Hanya saja--"
"Ah, baiklah. Aku mengerti. Semangat bekerja, Seokjin Hyung!!"
Jungkook memotong ucapan Seokjin dan segera mematikan panggilan. Ia menatap Taehyung yang menatapnya penuh harap, lalu menggeleng kecil.
"Jin Hyung belum bisa pulang," tuturnya. Taehyung menghela napas kecewa. "Sibuk, ya?" tanyanya. Jungkook menggeleng.
"Tadi bilangnya tidak, tuh," jawabnya sembari merebahkan badan pada kasur.
"Kalau begitu kita ke sana, yuk!"
Jungkook mengerutkan alis. "Ke mana?"
"Tempat kerja Jin Hyung .... Memang mau ke mana lagi?"
Jungkook menganga, walau tubuhnya tak berontak saat Taehyung menariknya keluar.
Wow, wow .... Semangat sekali Min Taehyung ini.
***
Seokjin menghela napas kecil. Bukan ingin membuat Jungkook kecewa. Tapi, ia hanya ingin di sini saat ini. Atau mungkin hingga besok?
Tentu saja, Seokjin akan berada di sini hingga operasi pemasangan ring jantung esok hari selesai. Bukan operasi yang harus dikhawatirkan, sebenarnya, karena operasi seperti itu sudah banyak kali dilakukan di rumah sakit ini. Juga, seniornya akan ambil bagian dalam aksi.
Seokjin hanya ingin menunggu. Memperbaiki perannya sebagai kakak yang sempat hilang beberapa tahun lalu.
Tatapannya ia alihkan pada Yoongi yang tertidur dengan posisi setengah duduk. Mengelus rambutnya pelan berusaha tidak mengganggu tidur sang Adik, lalu berjalan keluar.
***
"Ayo, cepat, Kook!"
"Sabar, Hyung! Jaketku belum terpakai benar!"
"Ayo, cepat!"
"Ishh! iya, iya!"
Jungkook mengerut tak suka. Menatap remaja yang terpaut satu tahun lebih tua darinya dengan tatapan sengit.
Detik selanjutnya ia ikut berhenti saat Taehyung berhenti berjalan.
"Yang mana ruangannya?" Taehyung bergumam lirih sembari menggaruk tengkuk. Anak itu menatap lorong penuh ruangan di depannya dengan sorot ragu yang terpancar.
"Ada apa, Hyung?"
Pertanyaan Jungkook membuat ia berbalik. Menatap sang adik, lalu memamerkan cengiran kotak miliknya.
"Aku tidak tahu yang mana ruangan Jin Hyung, hehe ...," jawabnya, yang membuat Jungkook mendengus seketika.
"Salah siapa tadi? Suster di depan sedang memberi tahu, malah pergi seenaknya!" sindirnya. Taehyung tersenyum kikuk.
Yah, ini memang salahnya karena terlalu terburu-buru, hingga tak mendengarkan perkataan resepsionis hingga tuntas.
"Lalu kita harus bagaimana?" tanyanya. Jungkook mendengus kecil. "Apa boleh buat? Kita susuri saja lorong ini," jawabnya. Taehyung membulatkan mata cepat.
"Kau gila? Lorong sepanjang, dan ruangan sebanyak ini?" protesnya. Jungkook mendengus.
"Ya sudah kalau tidak mau," balasnya dan berjalan mendahului. Mengabaikan teriakan ribut dari belakang.
Ah ... rasanya Jungkook ingin menutup wajah dan telinganya saja, agar tak perlu malu saat kakak konyolnya itu ditegur oleh petugas keamanan.
Dan saat ini, dua bocah beda setahun itu tengah sibuk meneliti kata perkata dari papan nama yang terpajang di pintu kayu. Melelahkan memang. Mau bertanya, tapi tak ada orang. Ingin kembali ke tempat resepsionis, tapi Taehyung menolak. Malu, katanya.
Yah, terpaksa, mereka berdua harus menguji kekuatan mata dengan berbetah ria membaca nama-nama yang terpajang.
Jungkook menyusuri sisi kanan, dan Taehyung sisi kiri.
Seperi saat ini, Min Taehyung, si remaja tengah membaca satu persatu marga yang tertera di papan nama. Menghemat waktu, menghemat tenaga. Benar-benar jenius.
"Kim,"
"Nam,"
"Choi,"
"Min,"
"Kang--Eh, Min?!"
Langkahnya berhenti seketika. Menatap papan nama yang terpajang di pintu lalu mendengus samar.
"Bukan," dengusnya pelan, lalu kembali mencari.
"Kim Hyojong, Jung Yoori, --Min Seokjin!!"
"Kook! ketemu!"
***
"Kalian, malam-malam kenapa berada di sini? Tidak tahu apa, ini bukan tempat bermain untuk bocah seperti kalian berdua?"
"Uhh ...."
Jungkook dan Taehyung sama-sama diam. Memborgol kedua tangan di belakang tubuh, dan saling menyenggol satu sama lain. Mengisyaratkan agar bicara pada Seokjin yang kini ada di depan mereka.
"Ada apa?" tanya Seokjin. Matanya memicing, menatap dua anak ayam di depannya sembari menghabiskan semangkuk jajangmyeon.
"Kelaparan, ya? Sampai menyusul ke mari?" lanjutnya. Jungkook dan Taehyung menggeleng spontan.
"Tidak," jawab mereka bersamaan. Seokjin mengerut.
"Kalau begitu, ada apa?" tanyanya. Maniknya menatap si bungsu yang kini tengah menelan ludah.
"Kook?" tanyanya sembari menatap mata bocah itu. Tahu betul Jungkook tidak bisa menyembunyikan sesuatu darinya.
"U-uh ... hanya ingin bertanya soal ini, Hyung," si bungsu menjawab. Seokjin mengangkat alis.
"Apa?" tanyanya, dan terdiam saat melihat map berlogo rumah sakit yang disodorkan oleh Jungkook.
"I-ini? kalian temukan di mana?"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth: REVEALED ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed "Kau tahu, semua kata maafmu itu tak akan ada artinya di mata kami! Kau datang dan menghancurkan semuanya! Hidupku, hidup kami bertiga hancur hanya karenamu!" Benarkah? Bagaimana jika pada akhirnya na...