14.30
Seokjin membuka pintu rumah dan masuk dengan raut lelah yang membingkai wajah. Ia melangkahkan kaki ke ruang keluarga, lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa begitu saja.
Lelaki itu memejamkan matanya. Berniat untuk mengistirahatkan tubuh barang sebentar, yang sayangnya harus gagal, sebab suara berisik dari lantai atas.
"Chop! Chop! Chop!--Oh!! Jin Hyung?!"
Seokjin mendengus kasar. Tanpa menoleh, ia tentu tahu siapa pelakunya.
Lagi pula, siapa orang selain Taehyung yang punya mimpi menjadi seorang rapper?
"Taehyung-ah, jangan berteriak seperti itu! Dan apa-apaan itu tadi? Mimpimu untuk menjadi rapper terkenal itu belum juga hangus, huh?!" cerocosnya panjang lebar. Sedangkan Taehyung hanya tersenyum bodoh. Ia berjalan menuju kulkas tanpa menanggapi perkataan sang Kakak.
"Di mana Jungkook?" tanya Seokjin.
"Belum pulang. Tadi bilang ingin ke gym," jawab Taehyung sambil mengambil satu kaleng soda dari dalam kulkas. Omong-omong, ini kaleng soda terakhir. Mungkin Taehyung harus pergi untuk membeli soda nanti.
Mendengar jawaban Taehyung, Seokjin tertawa kecil.
"Anak itu masih terobsesi untuk membentuk sixpack?" tanyanya. Taehyung menenggak sodanya lalu mengangguk kecil.
"Begitu sepertinya."
'Ceklek'
"Aku pulang--Jin Hyung!!"
Seokjin menoleh. Mendapati Jungkook yang baru saja pulang dari gym--atau misi rahasia lebih tepatnya--Ia mengangkat satu tangannya malas, melambai kecil pada bocah yang baru saja masuk.
"Hai, Jungkookie."
"Wah, aku tidak percaya Jin Hyung pulang."
Seokjin mendengus. Menjitak sayang kepala Jungkook saat anak itu berada di dekatnya.
"Kau pikir di mana rumahku?! Kemari, Tae, aku ingin bicara dengan kalian berdua."
"Ingin bicara apa, Hyung? Tumben sekali ...," Taehyung berujar membuat Jungkook mengangguk setuju. Seokjin menghela napas panjang.
"Di mana Yoongi?" tanyanya. Dua yang lebih muda saling menatap bingung.
"Tentu saja bekerja," Taehyung menjawab sekenanya. Mereka berdua menatap Seokjin penuh tanya.
"Memang ada apa, Hyung?" Kali ni Jungkook yang bertanya.
Seokjin menatap manik Jungkook dan Taehyung.
"Kalian membencinya?" tanyanya pelan. Taehyung mengernyit tak mengerti.
"Siapa?"
"Yoongi," jawab Seokjin.
Sontak Jungkook dan Taehyung terdiam. Mereka berkutat dengan pikirannya masing-masing.
"Tae--"
"Cih. Kenapa untuk hal yang jelas sekali jawabannya, Hyung masih harus bertanya?
--Tentu! Tentu saja aku membencinya!" teriak Taehyung kesal. Anak itu berdiri dan pergi ke kamarnya dengan langkah lebar.
Sekarang, pandangan Seokjin beralih pada Jungkook. Ia menatap si bungsu keluarga yang masih betah menunduk.
"Jungkookie?" panggil Seokjin. Mau tak mau Jungkook mendongak. Menatap kedua mata sang Kakak.
"Apa kau membenci Yoongi?"
Pertanyaan itu keluar. Jungkook menggigit bibir bawahnya. Ia paling tidak bisa membohongi perasannya. Tapi, jika ia mengatakan yang sebenarnya, apa semua akan baik-baik saja?
"Kook?" Seokjin kembali berucap. Kaki ini, ia berharap jawaban yang terlontar dari mulut Jungkook sesuai dengan apa yang ia harapkan.
"Aku ... tidak. Aku tidak membenci Yoongi Hyung. Tidak sama sekali," anak itu menjawab lirih. Mengeluarkan semua yang ia rasakan dalam hati. Seokjin tersenyum kecil.
"Walau ia anak angkat?"
Jungkook tersentak kecil sebelum akhirnya mengangguk lugas.
Seokjin mengangguk paham. Helaan napas kasar sang Kakak membuat Jungkook mengigit bibir bawahnya takut.
Semua akan baik-baik saja, bukan?
"Kalian tidak boleh membencinya ...," lirih Seokjin. Jungkook mendongak. Menatap terkejut pada Kakak sulungnya.
Ia pikir Seokjin akan marah. Tapi kali ini ...
"Hyung?"
"Kalian tidak boleh membencinya. Tidak ada yang boleh membencinya." Lelaki itu beranjak. Berjalan menaiki tangga untuk sampai di lantai atas, meninggalkan Jungkook yang berada di bawah dengan raut bingung yang tak lepas dari wajahnya.
***
Seokjin merebahkan tubuh lelahnya pada kasur. Kedua manik hitam itu menatap langit-langit kamar. Ia menarik napas panjang lalu membuangnya kasar. Sejenak lelaki itu memejamkan matanya, mengingat kembali kejadian beberapa tahun lalu saat semuanya masih baik-baik saja.
Seharusnya semua baik-baik saja sampai detik ini--ah tidak, sampai detik, menit, jam, hari, bahkan tahun-tahun selanjutnya, seharusnya semua masih baik-baik saja.
Appa, bagaimana cara menyelesaikan semua ini?
Jujur, hati Seokjin terasa berat selama ini. Ditambah dengan sebuah fakta yang baru ia dapat satu minggu lalu. Tentang 'sesuatu' yang hilang, lalu kembali.
Seokjin senang akan hal itu, tapi masih ada masalah yang harus ia selesaikan. Dan sial, karena sumber masalah itu ada pada keluarganya sendiri. Mau tidak mau, harus dan hanya dirinya yang bisa memecahkan semua ini.
"Apa ini, Samcheon?"
"Jangan tanya padaku. Buka saja sendiri, Jin-ah ...."
"S-samcheon? Tapi, bukankah?"
"Itulah yang terjadi, Jin."
"Tidak mungkin, jangan membual, Samcheon! Enam belas tahun berlalu dan tidak mungkin dia masih hidup!"
"Kau tidak percaya? Baik, Paman tidak menuntutmu untuk percaya. Jika surat itu masih kurang, kau bisa membuktikannya sendiri."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth: REVEALED ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed "Kau tahu, semua kata maafmu itu tak akan ada artinya di mata kami! Kau datang dan menghancurkan semuanya! Hidupku, hidup kami bertiga hancur hanya karenamu!" Benarkah? Bagaimana jika pada akhirnya na...