Seokjin memijit pelipis yang sedikit berdenyut saat menatap kertas hasil analisis di tangannya. Helaan napas panjangnya terdengar. Tanpa surat keterangan di hadapannya ini pun, Seokjin tahu tindak operasi harus dilakukan. Tapi yang menjadi masalahnya, adalah bagaimana cara membujuk atau meminta Yoongi menjalani operasi?
Meminta secara langsung, itu terlalu aneh!
Atau Seokjin harus mengatakan semuanya?
Dokter muda itu mengerang pelan, sebelum menangkup wajahnya dengan kedua tangan.
"Aku harus bagaimana, Yoongi-ah?"
***
11.00
'Ceklek.'
Taehyung melangkah memasuki rumah. Senyum miringnya tersungging saat melihat Yoongi berada di lantai atas. Mata tajamnya melihat pintu yang baru saja ia tutup, lantas melangkahkan kakinya menaiki tangga.
"Hei," panggil Taehyung. Yoongi menghentikan langkah di pertengahan anak tangga. Kedua matanya menatap bingung pada yang lebih muda.
"Ya, Tae?"
Berdecih kecil, adalah apa yang Taehyung lakukan setelah mendengar jawaban itu. Ia menepuk bahu Yoongi keras. Membuat empunya meringis kecil.
"Min Yoongi--Ups, maaf .... Hanya Yoongi saja karena kau berasal dari panti asuhan." Taehyung tersenyum pongah. Ia kembali menepuk bahu yang lebih tua sebanyak tiga kali. "Sudah kuberi tahu jika kau tak pantas berada di rumah ini. Lalu, kenapa kau masih berada di sini?
Asal kau tahu, aku muak melihat wajahmu." Taehyung menjeda ucapannya. Ia melirik kearah pintu sekali lagi. "Aku membencimu. Sangat membencimu. Orang yang masuk ke dalam kehidupan orang lain, pantas dibenci, bukan? Dan kau--" Taehyung menunjuk dada Yoongi dengan jari telunjuknya. Membuat tubuh kecil itu mundur kebelakang karena dorongan di dada.
"Kau hanya menumpang hidup di sini, dan aku benci orang sepertimu!
--Jadi, lebih baik jika kau pergi, bukan? Setelahnya hidup kami bertiga akan lebih tenang, tanpamu," ucapnya dengan senyum miring diakhir kalimat. Kedua mata elangnya menatap sinis yang lebih tua sebelum kembali melihat ke arah pintu.
'Ceklek.'
Dapat! Taehyung berseru dalam hati saat melihat Jungkook memasuki rumah. Tangan kirinya ia gunakan untuk menarik tangan Yoongi. Meletakkan tangan yang lebih tua di bahunya dengan senyuman miring yang ia suguhkan. Detik selanjutnya, Taehyung menarik tangan yang lebih tua. Membuatnya terlihat seperti didorong jika dilihat dari belakang.
"Kau tak dibutuhkan di sini. Karena itu ... kuharap kau segera pergi dari sini," bisiknya sebelum jatuh. Senyum pongah Taehyung terlukis, bersamaan dengan tubuhnya yang terguling hingga anak tangga paling bawah, bersamaan dengan teriakan yang menggema dari lantai bawah.
"HYUNG!!"
Sempurna ....
***
Seokjin menggenggam kuat kemudi mobilnya. Ia menarik napas panjang lalu menghembuskannya berkali-kali. Setelah beberapa menit berada di dalam mobil, Seokjin keluar, melangkahkan kakinya memasuki rumah, lantas mengerut bingung lantaran gelap menyapa kedua matanya. Waktu sudah mampir malam, dan seharusnya lampu-lampu sudah dinyalakan.Jika seperti ini, maka pertanyaannya adalah, di mana Jungkook, Taehyung, ataupun Yoongi?
Helaan napas terdengar. Seokjin merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel. Menyalakan senter lalu menggunakannya untuk mencari tempat saklar lampu.
Lelaki itu kembali mengernyit bingung saat lampu sudah menyala. Rumah ini benar-benar kosong. Lantas, ia bawa langkahnya menuju lantai atas. Mungkin Taehyung atau Jungkook sedang tidur, pikirnya.
Tapi semua praduganya lenyap begitu saja saat mendapati kamar kedua adiknya kosong. Lelaki itu kembali menuruni tangga. Kali ini, Seokjin berjalan ke ruang makan. Tangannya membuka tudung saji yang ada di sana, memperlihatkan susunan makanan yang tertata rapi. Kalau seperti ini, biasanya Yoongi berangkat bekerja. Seokjin hendak menutup kembali tudung saji, sebelum kertas putih menarik perhatiannya.
Seokjin mengambilnya. Membuka suratnya dengan cepat lalu membacanya. Siapa juga yang meninggalkan surat. Kuno sekali.
Awalnya, Seokjin pikir surat ini adalah panggilan wali murid dari sekolah Taehyung ataupun Jungkook. Tapi ketika membaca tulisan singkat di atas kertas, tangannya meremas kertas tak berdosa itu tanpa diminta. Pupil matanya bergetar kecil. "I-ini ...."
Seokjin merogoh sakunya. Mengambil ponsel dari sana dan mendial nomor Jungkook dengan cepat.
"Angkat, Kook!!" pekiknya saat nada sambung terus-menerus terdengar.
"Halo?"
"Kook? Kau di mana?"
"A-aku ...." Suara di seberang terdengar ragu sekali.
"Cepat, katakan!"
"Aku dirumah sakit tempat Hyung bekerja. Tae Hyung jatuh dari tangga, aku membawanya kemari."
"Apa? Bagaiman keadaannya?"
"Tidak apa, Hyung, hanya terkilir di engsel kaki kanannya dan luka kecil di siku."
Seokjin menarik napas panjang, dan mematikan sambungan telepon seenak hati. Genggaman tangannya pada ponsel mengerat.
"Sial, apa lagi ini?" erangnya frustasi.
Keadaan seakan menyerangnya bertubi. Belum cukupkah dengan surat yang barusan ia baca? Dan sekarang, ada apa pula dengan Taehyung?
"Seokjin Hyung, Tae, Jungkook, kurasa adanya aku dirumah ini membuat kalian terganggu, ya? Maaf karena telah datang dan membuat hidup kalian bertiga berantakan. Karena itu aku memilih pergi dari rumah ini. Aku tidak akan kembali jika hal itu mengganggu kalian bertiga.Aku pergi. Sekali lagi, maaf karena telah datang."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth: REVEALED ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed "Kau tahu, semua kata maafmu itu tak akan ada artinya di mata kami! Kau datang dan menghancurkan semuanya! Hidupku, hidup kami bertiga hancur hanya karenamu!" Benarkah? Bagaimana jika pada akhirnya na...