| 14

4K 447 170
                                    

"J-jangan, tolong ...."

"Yoon?"

"Jangan, hiks!"

"Yoongi-ah! Bangun!"

Seokjin tentu saja panik. Ia menepuk pipi sang Adik beberapa kali, bermaksud agar mimpi buruk sang Adik berhenti. Sebenarnya ada apa?

"Yoon ...."

"Jangan, hiks, jangan pukul ...."

Seokjin terdiam. Ia menunduk untuk menarik napas panjang. Mengisi rongga dadanya, menata diri sebelum mengucapkan seutas kalimat.

"Suga-ya ...," lirihnya.

"--Hyung ada di sini. Tak apa, tidak akan ada yang menyakitimu ...," ia berujar lembut. Tangannya terulur untuk mengelus surai hitam sang Adik. Mengelusnya lembut hingga Yoongi tenang. 

Seokjin menghela napas lalu mengusap kasar wajahnya. Sebenarnya, apa yang terjadi dulu sampai sang Adik ketakutan seperti ini? Ia berdiri, hendak pergi ke toilet sebelum sebuah pemandangan yang aneh--menurutnya-- membuat pemuda itu mematung.

"Kalian? Kenapa tidak masuk?" tanyanya pada dua orang yang berdiri di ambang pintu.

"Kemarilah, sampai kapan kalian berdua akan berdiri di sana, Jung Hoseok, Min Jungkook?"

Yang disebut namanya lantas memamerkan cengiran lucu. Lantas memasuki ruangan seperti perkataan Seokjin beberapa saat lalu.

"Hyung."

Itu suara Jungkook.

"Hm?" Balas Seokjin.

"Suga itu--"

"Sebentar, aku ke toilet dulu," potong Seokjin. Jungkook mendengus. Dengan bibir mencebik, ia memilih duduk di dekat ranjang yang ditempati kakak kedua. Tak mempedulikan Hoseok yang tertawa karena melihat wajah manyunnya.

"Jangan tertawa, Hyung!" teriaknya tak suka. Kedua matanya membulat hanya untuk menatap Hoseok penuh emosi. Setelahnya, ia kembali menatap lekat pintu toilet. Berharap Seokjin akan keluar dengan cepat.

'Ceklek.'

"Jin Hyung!" pekiknya senang saat pintu toilet terbuka. Yang dipanggil mendengus. Berjalan mendekat hanya untuk menjepit hidung bangir si bungsu.

"Ingin tanya apa, Kook?" Seokjin bertanya. Spontan saja, membuat bahagia tercetak di wajah si kelinci.

"Suga itu siapa, Hyung?!" tanyanya kelewat semangat. Seokjin memutar jari telunjuknya di dagu. Memasang pose berpikir.

"Suga, Adikku," jawabnya santai. Jungkook mengernyit bingung. Mata bulatnya menatap lekat sang Kakak. Telunjuknya ia gunakan untuk menunjuk dirinya, tepat di depan hidung.

"Aku? Atau Tae Hyung?" tanyanya. Seokjin menggeleng kecil.

"Bukan kalian berdua." 

"Lalu?"

Kali ini bukan Jungkook yang menjawab. Karena Hoseok yang berucap. Remaja itu telah berdiri di samping Jungkook dengan kekuatan teleportasinya.

"Kakakmu. Kakak Taehyung," jawab Seokjin. Dalam hati ia terkikik geli melihat wajah penasaran yang lebih muda.

Keduanya sama-sama terheran. Walau otak telah berputar, jalan akhirnya tetap saja buntu. Jungkook maupun Hoseok tak menemukan adanya jawaban tentang siapa Suga itu.

"Ish! Siapa sih Hyung!!"

"Ssttt!"

Seokjin melotot dengan jari telunjuk yang menempel di bibirnya. Sedetik kemudian, tangannya ia layangkan untuk menjitak kepala si kelinci, membuat bocah itu mencebik tak suka.

"Jangan berteriak. Kalau Yoongi bangun, akan kupenyet bersama tempe kau nanti," ancamnya. Jungkook memutar bola matanya jengah. Dengan setengah hati, bocah itu mengulangi pertanyaannya. Kali ini dengan suara yang lebih pelan.

"Suga itu siapa, Hyung?" tanyanya tak sabaran.

"Kalian mau tahu?" tawar Seokjin. Spontan Hoseok dan Jungkook mengangguk cepat.

"Em--

--Oke! Kapan-kapan kuberi tahu!"

Hening menyapa setelah Seokjin melontarkan ucapan. Mereka bertiga sama sama terdiam. Seokjin dengan wajah polosnya, Jungkook dan Hoseok dengan wajah datarnya. Ruangan itu hening, hingga teriakan Hoseok menggema.

"Hyung!! Jarinya bergerak!" teriaknya heboh. Lengkap dengan tangannya yang menunjuk wajah Yoongi. Seokjin mengernyit kecil.

"A-aku melihatnya! Ja-jarinya bergerak seperti ini tadi!!" Hoseok kembali berteriak sambil mencontohkan gerakan kecil dengan jarinya. Seokjin yang paham langsung bergerak cepat. Kedua matanya sibuk meneliti elektrokardiograf di samping ranjang. 

Puncaknya, mereka bertiga sama-sama panik saat terdengar tarikan napas berat diselingi batuk beberapa kali. Tangan Seokjin bergerak cepat. Ia mengangkat tengkuk Yoongi, lalu memerintahkan Hoseok untuk mengambil masker oksigen di dalam laci. Hoseok menyerahkan benda transparan itu dengan tangan bergetar. 

Kedua matanya melihat sendiri bagaimana Seokjin melepas nasal kanul lalu menggantinya dengan masker oksigen, dan meletakkan kepala Yoongi seperti semula. Matanya masih membulat takut saat telinganya menangkap napas berat sang sahabat, hingga akhirnya berderu normal saat Seokjin menaikkan interval udaranya.

"Hyung?"

Suara lirih itu datang dari Jungkook. Bocah itu menatap sang Kakak penuh tanya. Sementara yang ditatap hanya mengangguk singkat. Seokjin ulurkan tangannya untuk menepuk bahu Jungkook.

"Semua baik-baik saja ...," ujarnya menenangkan. Setelahnya, dokter muda itu menghela napas panjang. Ia sama sekali tak tahu jika hal seperti ini akan terjadi. Ini juga salahnya, karena hanya memasang nasal kanul. Bukan masker oksigen yang notabenenya memiliki konsentrasi oksigen lebih tinggi. Seokjin mengusap wajahnya kasar. Mengabaikan tatapan bingung Hoseok dan Jungkook.

"Jin Hyung, Yoongi baik-baik saja, 'kan?" Hoseok bertanya. Kedua matanya tak lepas menatap sang sahabat yang terlihat lelap dengan masker oksigen membingkai wajah.

Seokjin mengangguk pelan.

"Yoongi baik-baik saja, jangan khawatir ...."

"Oh! Yoongi Hyung bangun!"







TBC

Truth: REVEALED ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang