Jungkook menatap restoran berjarak lima meter di depannya dengan mulut terbuka. Es krim yang telah berguling di tanah ia hiraukan. Cepat-cepat, anak itu merogoh saku hoodie. Mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang.
"Halo, Hoseok Hyung!"
"Hi, bro! What's up?"
"Hyung, kenal Hyungku?"
"Huh? Hyungmu yang mana?"
"Yang bekerja di restoran Ahjussi!"
"Restoran Abeoji? Tidak ada Kakakmu yang bekerja di sini."
"Mana mungkin! Aku baru saja melihatnya masuk!"
"Kau salah orang, mungkin! Aku berada di belakangmu sejak kau menjatuhkan es krim, dan tidak melihat salah satu dari Kakakmu masuk ke restoran."
"Huh? Di belakang--Oh! Hai, Hoseok Hyung!"
***
"Jadi Yoongi itu Hyungmu?"
"Iya. Hoseok Hyung baru tahu? Apa Yoongi Hyung tidak pernah bercerita?" tanya Jungkook. Hoseok menggeleng. Yoongi tidak pernah bercerita walaupun ia telah menanyai Yoongi dengan berbagai kata tanya dalam sehari.
"Tidak pernah. Tidak sama sekali."
"Ah, Jungkookie. Aku benar-benar terkejut. Kukira Kakakmu hanya Taehyung dan Jin Hyung. Ternyata Yoongi juga?" tanyanya. Jungkook mengangguk kecil.
"Tapi kenpa Yoongi bekerja, Kook? Jin Hyung juga bekerja, bukan? Aku yakin gajinya bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lebih, bahkan," celetuk Hoseok.
Jungkook menganggukkan kepalanya tanda setuju.
"Yoongi Hyung itu, bukansaudarakandungkamisebenarnya," jawabnya cepat, membuat kernyitan bingung tercipta di dahi Hoseok.
"Apa? Aku tidak paham!" Hoseok berseru. Jungkook menghela napas. Sejenak ia diam. Kedua mata bulatnya menatap manik yang lebih tua.
Memberi tahu Hoseok bukan hal yang salah sepertinya. Lagipula, Hoseok itu sahabat Yoongi.
"Jadi begini, Yoongi Hyung itu bukan anak Appa--"
"Apa? Jadi anak siapa?!"
"Aish! Dengarkan dulu, Hyung!" Jungkook berseru kesal. Kakak kelasnya ini, hobi sekali memotong perkataan orang seenak punggung.
"Yoongi Hyung itu bukan anak Appa, tapi anak Appa.
--Eh? Bagaimana ya?"
"Bagaimana, sih, Kook?"
Jungkook memutar otak. Mencari cara menjelaskan agar kalimatnya tak berbelit.
"Aku tidak tahu sebutannya Hyung. Pokoknya, Appa mengadopsi Yoongi Hyung dari panti asuhan, dulu," terangnya seadanya. Hoseok mengangguk paham.
"Anak angkat. Begitu maksudmu?" tanyanya memperjelas. Jungkook membulatkan matanya. Anak itu mengangguk cepat.
"Iya! Itu!"
Hoseok menggeleng kecil.
"Lalu, kenapa Yoongi bekerja?" tanyanya lagi, kembali ke topik awal. Jungkook meringis.
"Ya, pokoknya begitulah. Hubungan kami bertiga baik-baik saja sebenarnya. Tapi itu dulu sebelum Appa pergi. Setelah itu semuanya berubah, Hyung."
Jungkook menghela napasnya. Menatap kedua mata Hoseok dan menarik napas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Aku dan Tae Hyung membenci Yoongi Hyung. Seokjin Hyung--uh ... aku tidak terlalu paham. Ia jarang berada di rumah. Dan begitulah, kami berdua tidak suka Yoongi Hyung hidup dengan uang Appa," jelas Jungkook. Hoseok menghela napas kasar.
Setelah mendengar semua perkataan Jungkook, ia kesal memang. Tapi mau bagaimana lagi? Ingin menghakimi pun, Hoseok tak punya hak. Lantas ia menatap Jungkook. Satu pertanyaannya saat ini,
"Lalu kenapa kau ada di sini Kook?"
Jungkook mendongak semangat. Pertanyaan ini memang sudah ia tunggu kehadirannya sejak tadi. Ia berdiri. Meletakkan satu tangannya di depan dada.
"Aku sedang bertugas, menjalankan misi rahasia!" serunya lantanng dengan wajah sumringah. Hoseok memasang wajah bingungnya.
Astaga, sudah berapa kali ia dibuat kebingungan oleh anak ini?
"Misi rahasia?"
"Iya!" Jungkook menjawab semangat. Topi yang ia lepas beberapa saat lalu kembali ia pasang.
"Kau tahu, Hyung, aku punya dua misi rahasia, yang mungkin akan bertambah," ucapnya sembari meunjukkan angka dua menggunakan jari.
"Yang satu sudah kulaksanakan pagi tadi. Ini misi kedua. Hebat bukan?"
Hoseok mendengus.
"Memang apa saja misi rahasiamu itu?" Hoseok bertanya penasaran.
Jungkook tertawa kecil. "Maaf, tapi misi rahasia tetap rahasia, Hyung."
Hoseok mengendikkan bahunya.
"Ya, aku memang tidak tahu. Tapi pasti tentang Yoongi, bukan? Kau lupa, Kook. Mungkin saja aku bisa membantumu." Lelaki itu tersenyum mengejek. Menatap pongah pada bocah yang menatapnya dengan mata menyipit. Terkesan tak percaya. Walau didalam hati, si kelinci membenarkan perkataan hoseok.
Benar juga! Hoseok hyung bisa membantuku jika butuh.
"Oke!"
Hoseok menoleh.
"Tapi tidak gratis. Ada syaratnya."
Hoseok berpikir sejenak sebelum mengengguk. Menyatukan tangannya dengan milik Jungkook sehingga menimbulkan bunyi bertepuk nyaring, tanda ia setuju dengan syarat yang akan diajukan.
"Apa syaratnya?" tanya Hoseok.
"Bantu aku, Hyung."
"Untuk?"
"Bantu saja saat aku butuh! Apa susahnya, sih?!"
Sabar, Jung Hoseok. Kesabaranmu tengah diuji kali ini ....
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth: REVEALED ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed "Kau tahu, semua kata maafmu itu tak akan ada artinya di mata kami! Kau datang dan menghancurkan semuanya! Hidupku, hidup kami bertiga hancur hanya karenamu!" Benarkah? Bagaimana jika pada akhirnya na...