20 | Hancur

364 22 3
                                    

Karena semua yang telah rusak sulit untuk kembali utuh.
-Belva Aurelia-

"Belva!"

Belva menyibak selimutnya, terdengar suara seorang laki-laki yang memanggilnya, sepertinya itu suara Papanya. Belva masih berdiam di atas tempat tidurnya tanpa ingin membukakan pintu.

"Belva, buka pintunya. Papa mau bicara!"

Dengan langkah sangat malas Belva berjalan untuk membuka pintu kamarnya. Setelah Belva membuka pintu, terlihatlah wajah letih Papanya. Jujur Belva tidak pernah sedekat ini dengan Papanya. Sudah tehitung 11 tahun semenjak Mamanya meninggal kedua insan ini jarang bertukar kabar atau pun bertegur sapa walaupun mereka tinggal satu atap.

"Papa mau bicara hal penting sama kamu."

"Nanti malam kosongkan acara kamu. Kita makan malam bersama di luar." Lanjut Arya tanpa basa-basi.

"Dengan?"

"Rekan bisnis Papa. Kamu harus ikut, pakai pakaian yang sopan. Ini rekan kerja Papa."

Kemudian Papanya pergi dari hadapannya. Belva masih berdiri di depan pintu kamarnya. Dia melipat kedua tangannya di depan dadanya. "Masih dibutuhkan ternyata."

Belva tersenyum hambar mengingat kembali Papanya menyuruhnya tadi. Itu sangat terkesan memaksa.

***

Belva sangat malas untuk ikut makan malam dengan rekan bisnis Papanya itu. Belva hanya mengikuti Papanya dengan berjalan di belakang. Sejak di rumah keduanya tidak berbicara apapun. Tidak ada yang memulai terlebih dahulu.

Tak lama mereka berdua sudah sampai di meja yang mereka pesan, disana sudah ada seorang laki-laki yang umurnya lebih tua dari Papanya. belva yakin jika ini yang dimaksud rekan dari Papanya.

"Kenalkan, Ren. Ini putriku, Belva."

"Belva." Ucapnya sambil membalas uluran tangan seseorang yang dipanggil Rendra oleh Papanya itu sambil tersenyum ramah.

"Di mana dia?"

"Dia sedang ke toilet sebentar. Mungkin sebentar lagi akan kembali."

Menurut Belva seperti inilah yang tidak pernah dia sukai. Makan malam bersama atau sekadar pesta dari perkumpulan manusia-manusia berjas rapi dengan segala kesibukan menggunung. Belva kerap kali menolak jika diajak pergi ke acara semacam ini. Dia selalu menghindari ini dengan mencari alasan jika dia memiliki tugas yang harus dikumpulkan esok harinya.

Dan berhubung besok adalah hari libur, jadi Belva tidak punya alasan untuk kembali menolak ajakan Papanya.

"Nah itu dia anaknya."

"Sean, kenalkan ini Belva anak Om Arya."

"Kita sudah saling kenal, Pa."

Belva tidak membalas tatapan Sean. Dia memilih untuk memalingkan pandangannya ke arah lain. Belva bersikap seolah dia tidak pernah kenal dengan sosok laki-laki yang kadang bisa berubah menjadi monster mengerikan itu.

"Jadi tujuan kita makan malam ini selain karena Arya baru saja kembali dari luar negeri, ada sesuatu yang perlu kalian ketahui. Saya dan Arya sudah merencanakan bahwa kalian berdua akan dijodohkan."

Belva kaget dan langsung menatap Sean seolah bertanya, apa maksud dari semua ini. Sean hanya tersenyum miring membalas tatapan Belva.

"Bagaimana Belva?"

"Apa maksudnya? Perjodohan?" tanyanya dengan nada datar tanpa emosi.

"Iya, perjodohan kamu dan Sean."

Indisposed ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang