7 | Lagi

581 32 1
                                    

Sekeras apapun kamu menghindar, kalau sudah takdir ya mana bisa jauh.
-Belva Aurelia-

"Non Belva mau kemana?"

Belva yang baru saja menuruni tangga langsung menoleh. "Mau pergi sebentar doang kok, Bi. Entar juga bakal pulang."

"Biar dianter Mang Udin aja ya, Non." Tawar Bi Inah.

Belva tahu jika Bibinya itu sangat khawatir jika Belva tidak pulang seperti malam sebelumnya. "Gak perlu, Bi. Belva cuma mau ke mini market depan, kok." Sahut Belva.

Walaupun Bi Inah memaksa Belva untuk keluar diantar sopir pribadi Papanya, Belva tetap saja menolak itu. Belva langsung keluar tanpa mendengarkan perkataan Bi Inah lagi.

"Mau keluar sebentar aja dicurigain kayak mau ke club." Gumam Belva.

Tujuan Belva keluar bukanlah untuk ke mini market seperti yang dia katakan pada Bi Inah, namun Belva malah pergi ke taman yang letaknya sedikit jauh dari rumahnya jika di tempuh dengan berjalan kaki.

"Kalau seaindainya Mama masih ada, Belva gak bakal jadi kayak gini, Ma. Belva bakal jadi anak baik. Tapi Papa udah buat semua jadi kayak gini. Belva gak bakal gini kalau Papa gak mulai duluan." Gumamnya sambil berjalan mengelilingi sisi taman yang agak sepi.

Langkah Belva terhenti saat ada dua orang pria mengadang jalannya. "Sendirian aja, Neng?"

Ketika salah satu pria itu ingin menyentuh Belva, Belva langsung menepisnya. "Mau apa lo?"

"Galak amat," sahut salah satu pria yang lain. "Kita cuma mau ngajak seneng-seneng, kok." Ucapnya sambil tersenyum menyeringai.

"Mau kita temenin biar gak sendiri?" lanjut pria itu.

Keduanya kemudian maju beberapa langkah mendekati Belva. Belva hanya bisa memundurkan langkahnya sebelum sebuah ide terlintas di benaknya.

"Eh, ada apa tuh!" Teriak Belva sambil menunjuk ke arah depan.

Kedua pria itu sontak langsung menoleh ke arah yang Belva tunjuk, Belva memanfaatkan hal itu dengan segera berlari. Dia tahu dua pria itu pastilah bukan pria baik-baik.

"Woy! Jangan lari lo!" teriak kedua pria tadi sambil berlari mengejar Belva.

Belva memang tidak mengendarai apapun untuk sampai ke taman. Dia terus berlari karena kedua pria tadi masih terus mengejarnya. Belva tidak tahu tujuannya kemana, dia hanya berlari demi menghindari kedua pria tadi.

Saat Belva masih berlari, tiba-tiba sebuah mobil hitam memelankan jalannya. Belva sempat berpikir jika mobil itu adalah mobil kedua pria tadi.

"Bel, naik!" ucap seseorang dari dalam mobil.

Belva masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Tapi Belva sepertinya pernah melihat kedua orang ini. Dan jika tidak salah mereka satu sekolah dengannya.

"Lo apa-apaan sih, Ren?" Ujar seseorang yang duduk di samping pengemudi yang tadi menyuruhnya masuk ke mobil.

"Lo itu gimana sih? Niat gue baik, mau nolongin orang."

"Masuk, Bel!"

"Hah?" Belva berpikir sejenak. "I-iya oke," Belva pun menuruti perkataan seseorang itu. Dia kemudian masuk ke dalam mobil tersebut.

Saat sudah di dalam mobil, Belva sempat menoleh ke belakang. Memastikan jika kedua pria tadi sudah tidak mengikutinya. Dan Belva terlihat begitu gelisah sekarang.

"Huh... Huh... Huh... Sumpah kayak main film action." Gumam Belva sambil berusaha mengatur napasnya.

"Lo ngapain lari-larian jam segini?" tanya Rendy memastikan.

Indisposed ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang