Kamu emang sukanya bikin jantung aku nggak sehat.
-Belva Aurelia-"Kenapa lo dateng jam segini?" Tanya Rara saat dia baru saja melihat batang hidung sahabatnya ini. Belva baru datang. Padahal jika pada hari kondusif, gerbang sekolah sudah ditutup satu jam yang lalu. Dan sekarang Belva baru datang.
"Karena gue rasa gue lagi males buat dateng pagi. Gue kan nggak suka nunggu lama-lama, ya udah gue dateng mepet aja."
Rara heran, bukankah biasanya Belva akan sibuk sendiri jika ada hal yang berhubungan dengan Vano. "Lo nggak tau apa, kalo Vano bentar lagi mau tanding?"
"Enggak!"
"Masa iya, sih?! Kok lo nggak ngomong dari tadi sih, Nying!"
"Ya lo nggak nanya."
"Vano di mana?"
"Palingan juga di basecamp-" Baru saja Rara mengeluarkan suara, Belva langsung berlari menuju ke tempat di mana biasanya anak-anak ekstra futsal berkumpul.
"Gue belum selesai ngomong, Belva!"
"Woyy...!!!"
Punggung Belva sudah semakin tak terlihat dalam beberapa detik saja, bahkan dia menghiraukan teriakan Rara yang menggelegar di koridor yang sepi itu. Seluruh mungkin sudah berada di pada posisi supporter untuk tim dari SMA Putra Bangsa. Hanya ada beberapa siswa yang mungkin sedang bertugas sebagai panitia yang berlalu lalang di area koridor.
"Van!"
Sesampainya di basecamp anak futsal, Belva melihat Vano dan beberapa teman yang lain -yang sebagian besarnya tidak Belva kenali- sudah bersiap dengan jersey kebanggaan mereka. Belva berdecak kagum, melihat Vano yang terlihat sangat tampan.
Belva mengadang Vano. "Kok nggak ngomong kalo mau tanding pagi? Kan gue bisa dateng lebih pagi buat nyemangatin."
"Buat apa?"
"Buat nyemangatin. Tadi kan udah bilang."
Ponselnya bergetar. Sebuah nama muncul disana. Pak Eko pasti sudah menunggunya sekarang. "Ya ampun!"
Belva langsung mengusap layar ponselnya. "Iya, halo." Vano menatapnya. Menatap Belva yang mengunci pandangan kepadanya walau sedang berbicara dengan orang lain.
"Saya segera kesana, Pak," ucapnya lalu menjauhkan kembali benda pipih itu dari telinganya.
"Aduuhhh..., sayangnya gue harus pergi. Gue nggak bisa ikut nonton. Maaf banget. Jangan patah semangat karena gue nggak nonton."
"Semangat, oke?"
Kemudian Belva pergi dari hadapan Vano setelah menyapu lembut pipi Vano dengan tangannya. Seraya tersenyum tentunya. Vano melihat sekali ada rasa kecewa yang dia dapat dari melihat mata seorang Belva.
"Ceilah, yang dapet semangat dari ceweknya," goda Andre yang tiba-tiba sudah berada di samping Vano.
Vano menoleh sebentar namun tidak menanggapi. Justru Rendy yang berdiri tidak jauh darinya menimpali. "Ngiri aja, jomblo karatan."
"Jomblo teriak jomblo."
"Sorry, gue mah udah ada calon."
"Iya, temennya cewek lo, Van. Siapa tuh namanya?"
"Sejak kapan lo sama Rara?"
"Sejak kapan ya pastinya gue lupa, pokoknya setelah Belva masuk rumah sakit waktu itu."
"Diem-diem main juga lo!"
"Huuuuuu...."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Indisposed ✓
Novela Juvenil[COMPLETED] ⚠️Harsh words, violence or threat of violence. Beberapa bagian mungkin tidak sesuai untuk anak di bawah 13 tahun⚠️ Disaat takdir terlalu kuat untuk dilawan. Dan dunia terlalu jahat untuk tetap membuatnya bertahan. Disaat itulah Tuhan me...