Sahabat bukanlah tentang dia yang paling lama dikenal, tapi tentang dia yang paling lama bertahan di sampingmu.
-Belva Aurelia-Pagi ini Belva sudah siap dengan seragam yang melekat di tubuhnya. Rok lipit yang panjangnya mencapai hingga 5 cm diatas lutut dan kemeja putih yang pas di tubuhnya.
Dengan langkah santai Belva menuruni tangga menuju ruang makan sambil menenteng tasnya.
Belva selalu mengawali paginya dengan sarapan terlebih dahulu, itu pesan Mamanya ketika dia masih kecil. Jadi semepet apapun waktunya untuk berangkat dia akan tetap melaksanakan pesan Mamanya itu.
"Non, tadi Bapak titip pesan. Beliau ke luar negeri selama satu bulan, katanya Non Belva nggak boleh keluar malam sewaktu Bapak nggak di rumah. Beliau baru berangkat tadi pagi." Ucap Bi Inah, pembantu rumah tangga Belva.
"Kenapa dia nggak bilang langsung?"
"Beliau buru-buru tadi."
Belva tidak mengindahkan lagi perkataan Bi Inah karena dia sudah sibuk dengan sarapannya. Bi Inah hanya menghela napas setelah melihat ekspresi Belva yang tidak berubah sama sekali. Tidak ada kesedihan ataupun kekecewaan di raut muka Belva sedikitpun.
"Belva berangkat dulu, Bi." ucapnya setelah meminum susu yang telah dibuatkan oleh Bi Inah. Kemudian Belva langsung bergegas untuk berangkat ke sekolah.
Beginilah rutinitas Belva setiap harinya. Terkadang Belva juga merasa kesepian dengan hari-harinya yang selalu seperti ini. Namun, Belva tahu jika memang jalannya seperti ini mau bagaimana lagi?
***
Hanya memerlukan waktu 10 menit perjalanan bagi Belva untuk bisa sampai di sekolahnya sebelum bel masuk berbunyi. Setelah memarkirkan mobilnya, Belva langsung menuju ke kelasnya.
Tatapan memuja dari siswa laki-laki kerap Belva dapatkan saat dia berjalan dari tempat parkir menuju kelasnya. Namun, Belva tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Belva menganggapnya sebagai angin lalu.
"Pagi, Belva!" sapa salah satu siswa.
"Bel, hari ini kok cantik banget sih."
"Nanti malem, jalan sama gue ya, Bel."
"Halo, cantik!"
Belva hanya menanggapi mereka dengan tersenyum. Senyumnya saja sudah membuat banyak pria bertekuk lutut, bagaimana jika Belva menanggapinya lebih lanjut.
Menurut mereka, Belva adalah satu dari sekian banyak bidadari yang kelewat cantik dengan segala prestasi yang sangat membanggakan.
Karena kepandaiannya tidak heran jika banyak guru yang memuji-mujinya. Bahkan, tidak bisa dihindarkan lagi jika para siswa laki-laki yang terpesona dengan kecantikan dan kepintaran yang Belva miliki.
Belva juga kerap kali mendapatkan perhatian khusus dari para siswa yang mengaguminya. Kecantikan dan kepintaran yang dimilikinya tidak membuat dia sombong terhadap siapapun. Belva tetaplah Belva yang mereka ketahui."Bel, lo udah liat di mading belum?"
Belva sudah berada di kelasnya sekarang. Kedatangannya disambut oleh Rara, sahabatnya. Belva dan Rara sudah bersahabat sejak mereka masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Mereka sangat dekat bahkan melebihi ikatan seorang saudara.
Tetapi, selama mereka berdua bersahabat banyak hal yang tidak Rara ketahui tentang kehidupan yang Belva jalani. Belva memang tidak pernah bercerita mengenai kehidupan pribadinya kepada orang lain jika itu bukan keinginannya sendiri.
Dan Rara juga tidak pernah memintanya untuk menceritakan apapun. Rara memanglah tipikal orang yang tidak ingin dicap sebagai orang yang terlalu mengurusi urusan orang.
"Belum. Emang ada apaan?"
"Jadi lo belum liat berita baru?"
"Kenapa? Gue udah bosen liat berita itu-itu mulu." Rara hanya memutar matanya menanggapi perkataan Belva yang terlihat biasa saja.
Selang beberapa lama setelah itu, bel masuk pun berbunyi. Semua murid pun langsung masuk ke dalam kelasnya masing-masing untuk bersiap menerima pelajaran di pagi hari ini.
***
"Bel, tadi Bu Ratna nyuruh lo bawain bukunya ke ruang guru." Ucap salah satu siswi yang satu kelas dengan Belva.
"Oke. Thanks ya infonya." Jawab Belva seraya tersenyum.
Bel pertanda istirahat telah berbunyi. Dan pelajaran mereka juga baru saja selesai. Rencananya mereka berdua akan ke kantin bersama. Namun karena Belva ada urusan mendadak jadi Belva menyuruh Rara untuk pergi ke kantin lebih dulu.
"Mau gue bantuin?" tawar Rara namun Belva menolaknya.
"Lo ke kantin duluan aja!"
"Ya udah gue duluan. Jangan lama-lama, Sist!"
Belva pun segera membawakan buku milik Bu Ratna menuju ruang guru. Sesampainya dia di ruang guru dia langsung menaruh buku itu di tempatnya. Bu Ratna juga tak lupa berterima kasih kepada Belva, murid kesayangannya itu. Setelah itu Belva langsung menuju kantin, karena Rara sudah menunggunya disana.
***
Double yak, karena yang satunya seharusnya di update minggu lalu;)Maafkan kalo ada typo, aku masih anak bawang😉
3 Juli 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Indisposed ✓
Genç Kurgu[COMPLETED] ⚠️Harsh words, violence or threat of violence. Beberapa bagian mungkin tidak sesuai untuk anak di bawah 13 tahun⚠️ Disaat takdir terlalu kuat untuk dilawan. Dan dunia terlalu jahat untuk tetap membuatnya bertahan. Disaat itulah Tuhan me...