Ever feel want to stay away, as far as possible.
-Elvano Ivander-"Ra, nanti pulang sekolah gue ada latihan. Sorry ya, gue gak bisa temenin lo ke toko buku," ucap Belva sesaat setelah dia selesai merapikan buku pelajarannya.
"Iya, gak apa-apa. Lagian kayaknya gak jadi deh. Gue capek banget soalnya."
Mereka berdua baru saja selesai pelajaran Pak Samsul. Karena bel istirahat sudah berbunyi jadi mereka berdua ingin segera menuju kantin.
Saat akan keluar dari kelasnya, tiba-tiba seorang siswi yang tidak lain adalah teman sekelas Belva memanggil Belva. Siswi yang diketahui bernama April itu sepertinya ingin menyampaikan pesan penting kepada Belva.
"Bel, barusan Pak Eko nyariin lo. Katanya penting," ucapnya kepada Belva.
"Thanks ya, gue langsung kesana sekarang." Setelah Belva mengatakan itu, April pun pergi.
Ketika Belva hendak menemui Pak Eko, Rara menahan tangannya. Belva mengernyit sambil menatap Rara seakan bertanya.
"Lo nggak makan dulu sebelum latihan. Lo cuma sarapan dikit kan tadi pagi? Mending lo makan dulu deh, Bel."
Belva hanya makan sepotong roti tadi pagi. Dan Rara yakin jika Belva bisa saja pingsan sewaktu dia latihan nanti. Karena selain perut yang belum terisi, cuaca siang ini begitu panas.
Namun, Belva tetaplah Belva yang keras kepala. Belva tidak pernah mau mendengarkan perkataan siapapun terkecuali Mamanya. Dan hanya Mamanya.
"Nggak usah, Ra."
"Ya udah gue langsung ke Pak Eko." Lanjut Belva.
Rara pun hanya mengangguk pasrah walaupun sebenarnya dia khawatir dengan Belva. Percuma saja memaksa Belva jika dia tidak mau dan itu bukan keinginannya sendiri, maka Belva tidak akan mau.
Belva kemudian bergegas untuk menemui Pak Eko. Belva sudah tahu jika kepentingan Pak Eko adalah mengenai latihan Marching Band.
Pak Eko adalah pelatih Marching Band di sekolah Belva. Dengan beberapa penghargaan yang telah diraih selama Pak Eko melatih anggota Marching SMA Putra Bangsa, membuat beberapa siswa tertarik untuk bergabung dengan ekstra kulikuler tersebut, seperti halnya Belva.
Belva merupakan murid kesayangan Pak Eko, jadi tidak jarang Belva sering mendapatkan mandat dari Pak Eko, sebagai tangan kanannya.
"Permisi, apa Bapak mencari saya?"
"Iya. Belva saya minta kamu kumpulkan anak-anak sekarang. Kita latihan sekarang. Tadi saya sudah meminta izin kepada guru yang mengajar dan diperbolehkan, berhubung hari ini jam pelajaran tidak kondusif."
Belva pun mengangguk menuruti perintah Pak Eko. "Baik, Pak."
Setelah mengumpulkan anggota lain, Belva sebagai mayoret dalam Marching Band-nya memposisikan teman-temannya untuk segera latihan karena hari yang semakin panas.
***
"Liat deh itu! Beuuuuh! Cantiknya Belva. Udah pinter, cantik, lo liat itu!" Ucap David sambil menyenggol lengan Vano.
"Liat aja deh, Van. Siapa tau nanti lo ketagihan!"
David masih terus menyenggol lengan Vano yang sedang sibuk dengan ponselnya. Semakin lama, Vano semakin terganggu dengan ocehan David.
"Apaan sih lo?" tanya Vano sedikit kesal sambil beralih menatap David.
"Liat sekali aja deh! Dijamin lebih seru dari game lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Indisposed ✓
Novela Juvenil[COMPLETED] ⚠️Harsh words, violence or threat of violence. Beberapa bagian mungkin tidak sesuai untuk anak di bawah 13 tahun⚠️ Disaat takdir terlalu kuat untuk dilawan. Dan dunia terlalu jahat untuk tetap membuatnya bertahan. Disaat itulah Tuhan me...