14 | Menolak Kembali

329 19 0
                                    

Mengapa setiap dari kita harus memiliki masa lalu?
-Belva Aurelia-

"Jangan lupa pulang sekolah latihan!" Ucap Vano kepada teman-temannya. Dia baru saja mendapatkan jadwal latihan baru untuk bulan ini dari Pak Joko.

Karena turnamen futsal sudah semakin dekat, jadi mereka akan lebih sering latihan guna mempersiapkan diri mereka dalam menghadapi turnamen futsal yang akan terselenggara. Vano yang berkedudukan sebagai ketua tim harus bisa membawa nama baik tim futsalnya.

Turnamen futsal ini diadakan di setiap tahunnya. Di tahun sebelumnya tim futsal SMA Putra Bangsa hanya mampu berada di posisi ke-3 terbaik. Saat itu Vano tidak bisa ikut bermain karena dia baru saja sembuh dari cederanya.

Dan di tahun ini, Vano ingin memberikan yang terbaik untuk timnya. Dia ingin timnya bisa menggeser posisi tim yang unggul di tahun lalu. Apalagi tahun ini turnamen itu terselenggara di sekolah tercinta mereka sebagai tuan rumah. Berharap jika tahun ini keberhasilan dapat mereka raih.

Maka dari itu setiap harinya Vano tidak lupa untuk mengingatkan teman-temannya untuk selalu hadir saat latihan. Dia juga selalu mengingatkan David untuk selalu bersungguh-sungguh dalam latihan.

David memang orang yang tidak pernah serius. Wajar saja jika dia sering berganti-ganti pasangan, mengapa? Ya, karena itu alasannya.

"Nggak lupa, Pak Bos."

Suasana kelas lumayan ramai karena kelas mereka sedang free sekarang. Sudah tahu kan, apa yang dilakukan murid-murid jika kelas sedang free? Mereka akan sibuk dengan dunia masing-masing.

"Bilang nggak lupa, tapi ujung-ujungnya nggak dateng," cibir Vano.

"Kapan? Gue kan nggak pernah absen latihan." David masih mengelak.

Kini Rendy dan Andre pun ikut menimpali. "Halah. Ngeles. Kemarin, kemana lo kok nggak dateng?"

Andre menatap David seolah menginterogasi cowok itu. "Gue tau, pasti lo lagi jalan sama cewek lo kan? Kalo nggak gitu ya disuruh Nyokap lo nemenin ke salon." Tebak Andre.

Andre dan David memang sudah dekat sejak mereka duduk di bangku SD. Jadi wajar saja jika Andre tahu apa yang akan dilakukan David jika orang itu absen dari latihan futsal.

"Gue lupa. Gak inget. Emang kapan?"

Mereka bertiga kemudian menoyor kepala David secara bersamaan. David selalu seperti itu jika dia kalah omongan dari ketiga temannya. Setelah itu, Rendy mencoba mengalihkan topik pembicaraan mereka.

"Van, gimana lo sama Belva?" tanya Rendy.

Vano hanya mengernyitkan dahinya. "Ada perkembangan gak?" tanya Rendy lagi karena rupanya Vano kurang peka dengan pertanyaannya.

"Perkembangan apa?"

"Hadehh! Lo udah suka belum sama Belva?" Rendy mulai jengkel dengan Vano. Orang yang satu ini sangat sulit mengerti maksud kata-katanya yang harus dipahami orang yang pekaan. Dan Vano mungin bukan salah satunya.

"Gak suka."

"Boong." Ucap Andre, tidak percaya dengan perkataan Vano.

"Lo nggak nyadar apa kalo Belva itu cantik?" tanya Andre kemudian.

"Gak tuh." Jawab Vano singkat.

"Lo itu suka cewek yang gimana sih, Van? Masa, cewek kayak Belva masih lo tolak."

"Gak tau."

Rendy, David, dan Andre sama-sama angkat tangan untuk itu. Hanya untuk mengetahui satu jawaban saja, bisa membuat darah mereka melonjak.

"Serah, Van."

***

Sesaat sebelum pulang, Vano dan ketiga temannya masih berada di parkiran dikejutkan ketika Belva tiba-tiba datang dengan perasaan gelisah.

"Van, gue balik sama lo ya?" Belva memohon kepada Vano agar bisa menolongnya kali ini. Belva mungkin sudah meminta tolong kepada orang yang salah.

"Gak. Gue sibuk."

"Van, please lah bantuin gue. Gue lagi nggak bawa mobil. Lo nggak kasian sama gue?" pinta Belva lagi.

"Iya nih, Van. Kasian tuh." Sahut David.

"Gak."

"Kalo lo kasian anterin aja." Lanjut Vano.

Vano tidak mengindahkan permintaan Belva lagi. Dia malah menaiki motornya dan akan memakai helmnya. Sebenarnya dia bisa saja untuk mengantar Belva pulang, namun Vano tidak ingin merepotkan dirinya sendiri dari cewek yang sudah mengganggu ketenangan hidupnya itu.

"Van, anterin gue pulang. Keburu Sean dateng."

"Van!" Seru Belva saat Vano tidak memberi reaksi terhadap permohonannya.

Belva masih menahan tangan Vano yang akan meraih helmnya. Belva terus memohon agar dia selamat dari Sean. Namun, bagaimana dia bisa selamat jika Vano saja tidak mau menolongnya.

"Belva!"

Belva tersentak saat mendengar suara Sean. Belva masih bergeming disana. Dengan langkah cepat Sean menghampiri Belva.

"Balik!"

Sean langsung menarik Belva tanpa merasa kasian karena tangan Sean yang mencekal kuat pergelangan Belva. "Gue gak mau!"

"Jangan paksa gue!" Sepanjang jalannya Belva masih berteriak. Dia harap Sean akan melepaskan cekalan tangannya.

"Van, lo nggak niat bantuin. Lo liat itu kasar banget, nggak manusiawi tau nggak?" Ucap Rendy yang merasa kasihan dengan Belva.

Dia memang tidak mengerti apa-apa mengenai masalah ini. Tapi dia masih bisa merasakan bagaimana sakit yang Belva rasakan saat Sean menariknya secara paksa tadi.

"Gak. Emang lo mau keseret masalah yang nggak lo tau sama sekali?" tanya Vano dengan nada datarnya membuat Rendy tidak bisa membalas perkataan Vano.

"Jadi, nggak usah ikut campur." Ucapnya sebelum dia kemudian memakai helmnya dan pergi ke tempat latihan futsal.

***

"Jadi, cowok tadi Sean?" tanya David pada dirinya sendiri dan juga ketiga temannya.

"Kemungkinan besar iya." Sahut Rendy.

David kembali teringat dengan kejadian saat di mana dia yang baru dari toilet melihat Belva yang sedang bertengkar dengan seorang laki-laki yang tidak dia ketahui siapa.

David sempat mendengar sedikit pertengkaran Belva dan orang itu. Namun, sayang sekali hanya sebentar. Jadi, David tidak bisa menyimpulkan apa yang telah terjadi sebelumnya diantara mereka berdua.

"Dia cowok yang tadi waktu istirahat gue liat sama Belva. Sebenernya dia siapa sih?" Tanya David masih bingung dengan pikirannya.

Vano yang baru saja datang setelah berganti baju langsung menyahut pembicaraan kedua temannya. "Lo berdua mau gibah?" tanyanya pada David dan Rendy.

"Iya. Mau ikut?"

"Gue jadi curiga. Jangan-jangan Belva...." David sengaja menjeda kalimatnya agar teman-temannya penasaran dengan kelanjutannya.

"Jangan-jangan apa?" tanya Andre ikut-ikutan.

"Jangan-jangan Belva..."

"Jangan-jangan..."

"Jangan-jangan apa, Nyet?!"

"Jangan-jangan Belva punya utang sama tuh orang."

Sontak saja Rendy dan Andre melempari sepatu futsal yang akan di pakai kepada David. David yang belum sempat menghindar harus rela terkena sepasang sepatu futsal yang melayang dari kedua temannya itu.

"Udah didengerin, kirain beneran. Dasar tai!"

***

17 November 2019

Indisposed ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang