7. LAILA

1.9K 99 2
                                    

RENATA
.
.
Andrew memperkenalkan sekretarisnya kepadaku. Laila teman SMUnya, sok akrab, aku tak suka, tapi tak bisa menolak. Beberapa kali pergi bertiga, aku merasa jadi nyamuknya.
"Nggak mau ikut, kalian pergi berdua saja," kataku suatu kali.
"Cemburu, ya?" bisiknya, mencium leherku, membuatku menggelinjang. Aku mendorongnya, merajuk.
"Yang kalian bicarakan, bukan duniaku, kebanyakan tentang pekerjaan yang aku tidak mengerti."
"Karena seperti itulah hubunganku dengan Laila, seputar pekerjaan. Tidak lebih." Andrew menciumku, "cobalah membuka hati, Laila bisa menolongmu ...."
"Menolong apa?"
"Kau butuh teman curhat, atau ... kau cerita ke partner kerjamu? Atau kau lebih suka bantuan psikolog profesional?"
"Aku tidak cerita apa-apa ke Tresya dan Mona tentang malam jahanam itu, hanya putusnya hubunganku dengan Victor, lalu aku pindah ke apartemenmu. Mereka tahunya, kau anak majikan ibuku. Mereka tak tahu apartemennya one bedroom."
"Nah ... kau butuh teman curhat yang bisa dipercaya."
"Sedekat apa hubunganmu dengan Laila?"
Andrew tertawa, "kau cemburu ...."
"Aku melihat kalian begitu dekat."
"Waktu SMU aku pernah pura-pura pacaran dengannya ..."
"Hmmm ...."
"Untuk menghindari Jennifer. Kau tahu sepupuku itu naksir berat, bahkan sampai hari ini masih berharap menikah denganku."
"Cuma pura-pura?"
Andrew tertawa lagi, "kau bisa tanya kepadanya ... tapi kuakui, aku pernah tidur dengannya, beberapa kali ... friends with benefit, it was just sex!"
"Hmmm ...."
"Besok ikut, ya, nggak cuma bertiga, kok. Laila mau memperkenalkan pacar barunya."
**
.
"Alvin?" aku tak menyangka Laila berpacaran dengan asisten pribadi Pak Adam, bukankah lelaki itu saingan bisnis Andrew?
"Hai, Renata," sapanya akrab.
"Kalian sudah kenal?" Andrew mempererat pelukan di pinggangku, posesif.
"Beberapa kali kami bertemu di rumah Pak Adam," jawab Alvin, berarti Andrew sudah tahu pekerjaannya.
.
Aku duduk berhadapan dengan Alvin.
"Aku curiga kau punya niat buruk," kataku, "Laila kan bisa membocorkan rahasia perusahaan."
"Justru Laila dan aku sering bertemu karena pekerjaan," ia tersenyum, "ada beberapa kerjasama Pak Adam dan Pak Andrew."
"Laila hanya sekretaris, ada Kenzo yang mengatur jadwalku dan lain-lain, tak banyak yang bisa dibocorkannya," Andrew mengiyakan, lalu berbisik di telingaku, "aku lebih kuatir caranya memandangmu."
Aku juga. Selama makan malam itu Alvin sering mencuri pandang, beberapa kali tidak mendengar panggilan Laila, membuatku tidak enak kepada gadis itu.
.
[Seingatku kau punya pacar lain.] kukirim pesan Whatsapp larut malam setelah aku minta Andrew cek, memastikan Alvin tidak menginap di apartemen Laila.
[Kau juga punya pacar waktu kita pertama bertemu.] balasnya, cepat.
[Aku sudah cerita penyebab aku putus dengan Victor.]
[Kelihatannya dapat pengganti yang lebih baik. Itukah alasan menolak lamaranku?]
[Aku tidak menerimamu karena tahu kau punya pacar.]
[Kalau ada pacar, tak mungkin, kan, aku melamarmu?]
Iya juga sih.
[Kalau kau berubah pikiran, silakan hubungi aku.]
[Tentang?]
[1. Identitas pemerkosamu.
2. Menerima lamaranku. Di hatiku, posisimu di atas Laila, Renata.]
Tidak kubalas.
.
Setelah chat itu Alvin tak berusaha menghubungiku, tapi sikapku berubah kepada Laila. Aku mengundangnya menginap di suatu hari Andrew mengunjungi ibunya.
"Masakanmu enak," pujinya menghabiskan isi piringnya.
"Tertarik? Bisa kok aku kasih harga khusus untuk catering makan siang," aku membereskan meja makan.
"Wow, auto promosi," ia tertawa, membantuku mencuci piring.
Lalu sambil menonton TV berdua aku mengorek hubungannya dengan Alvin.
"Aku kaget, setahuku Alvin punya pacar, dan bukan kau!"
"Alvin mengajak Lisa putus enam bulan lalu," katanya, "merasa tidak enak karena ia jatuh cinta kepada perempuan lain."
"Kepadamu?"
"Bukan. Seseorang yang pernah ditiduri bossnya ...."
Apakah ....
"Bukan pacar bossnya. Ia sudah berusaha mendekati cewek itu, melamarnya, tapi ditolak."
Deg!
"Kalian sudah lama pacaran?"
"Kemarin itu mestinya kencan pertama," Laila tertawa, "blom pacaran, dan tampaknya batal ... ia sering melirikmu, sepertinya pindah lagi deh cintanya ...."
"Kulihat kau dekat dengan Andrew ...."
"Sangat dekat, sejak SMU, tapi dari dulu yang disebut-sebutnya selalu namamu ... bahkan Jennifer yang cantik tidak membuatnya tergiur."
"Melihat kedekatan kalian, kupikir bekas pacar ...."
"Sempat pacaran di SMU, tapi pura-pura, untuk membantunya menghindari Jennifer. Yaaa ... sempat ciuman di depan teman-teman, supaya Jen yakin."
"Cuma ciuman?"
"Hahaha ... kau memancingku, Renata," Laila tertawa, "jangan marah ya, aku perempuan pertama yang tidur dengan Andrew. Waktu itu ia frustrasi, katanya hampir saja menidurimu. Tahun kedua kuliah."
"Ya, aku masih kelas satu SMU. Apakah ... apakah ...?"
"Tidak, aku sudah tidak perawan, kalau itu yang ingin kauketahui. Dan sekarang, hubungan kami murni platonic, aku mencari kesenangan di luar, atau dengan alat bantu. Setahuku, Andrew punya sex doll. Ia bukan tipe playboy yang suka berganti teman tidur, di otaknya hanya ada satu perempuan, kau!"
Laila memegang tanganku, "kau tahu, Renata, hidup Andrew hanya untukmu. Akhir-akhir ini ia lebih bersemangat, pasti karena kalian hidup bersama."
"Tidak seperti yang kaupikirkan ... aku ada masalah ...."
Dari situ mengalirlah ceritaku, tentang pengkhianatan Victor sampai aku menyerahkan diri ke lelaki yang tak kukenal.
"Tak ada keperawanan yang harus dipertahankan, aku mengajak Andre bercinta, tidak menunggu kami menikah ... tapi tidak bisa ... aku vaginismus."
"Kasihan Andrew," keluhku, "kami hanya bercumbu, dan ia menuntaskannya dengan alat bantu."
"Oral sex?"
"Aku muntah-muntah," aku tertawa, "terasa menjijikkan."
"Tidak mencoba konsultasi ke psikolog?"
"Andrew menyarankan begitu, kalau aku tak punya temen curhat ...."
"Ah, bedebah itu," Laila tersenyum, "ia menyuruhmu curhat kepadaku? Sebaliknya ia bilang kau cemburu, jadi aku perlu mendekatimu, memberikan penjelasan."
.
"Vaginismus karena trauma perkosaan, ya? Maaf, Alvin cerita, karena ia juga minta aku membujukmu untuk membuka identitas pelakunya, untuk dilaporkan ke polisi."

Ada yang tidak klop. Laila bilang Alvin melamar bekas teman tidur bossnya, padahal ia melamarku, apakah lelaki itu tahu Pak Adam pelakunya, tapi mengapa beliau tidak tahu? Atau pura-pura tidak tahu?
"Sebenarnya ... aku tidak diperkosa," kataku pelan, "terjadi atas dasar suka sama suka, tapi paginya aku menyesal, dan setiap mengingatnya ... aku panik, sesak nafas. Efek vaginismus ketahuan saat bercinta dengan Andrew, serangan panik sudah sejak hari pertama."
"Kau tak ingin minta pertanggungjawaban?"
"Tanggung jawab apa? Aku toh tidak hamil."
"Kau tak ingin ia menikahimu?"
"Tidak! Walaupun Andrew tidak mau menikah denganku, aku tak mau menikah dengan lelaki itu."
"Berarti kau mengenalnya ...."
.
bersambung
.
Surabaya, 15 Desember 2019

TRAUMA RENATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang