RENATA
.
"Renata, mengapa kemarin tidak datang?" Alex menyambut dengan riang.
"Maaf, sayangku, ada sedikit kecelakaan, aku harus ke rumah sakit," jawabku menunjukkan lecet di lutut.
"Aku tak bisa menelponmu," rajuknya.
"Aku pingsan!"
Aku meletakkan tas di sofa, lalu membuka kulkas, menyiapkan makan hari ini.
"Sudah ada daftar menu untuk dua minggu, kan?" kataku tanpa menoleh, kedua tangan sibuk, "kau bisa menyuruh pembantu menyiapkan."
"Tetap beda," katanya, "aku lebih suka masakanmu."
"Kau harus mencari istri yang pintar memasak...."
"Aku tak mau yang lain, tunggulah, Renata, setelah besar nanti aku akan menikah denganmu." Alex berkata dengan serius.
"Saat itu aku sudah tua," aku tertawa.
"Oh ya, mulai minggu depan, aku tidak bisa datang di hari Sabtu dan Minggu, aku ada pekerjaan di tempat lain ...."
"Kau pasti punya pacar!"
"Sayang, kau tahu selama ini aku punya pacar?" Ia mengangguk. "Aku sudah putus dengannya."
"Ada pacar baru?"
"Belum ...."
"Alvin menyukaimu!" cetusnya tiba-tiba.
"Dia bilang?"
"Tidak. Aku melihatnya dari cara menyebutkan namamu kemarin."
"Maksudmu ... membicarakanku dengan Pak Adam?" Alex mengangguk, bulu-bulu tubuhku merinding, apa yang mereka bicarakan di belakangku?
.
Sebulan itu berjalan mulus, aku masih menjadi ahli gizi Alex, jam lima sore aku bergegas pulang supaya tak bertemu dengan kakaknya. Kupikir Pak Adam memenuhi persyaratanku, tidak bertemu dengannya ... sampai di suatu sore, sebulan setelah malam itu.
"Aku sudah menyiapkan makan malam dan sarapan besok," aku berpamitan.
"Jangan pulang dulu ...." Hatiku selalu luluh, tidak tega melihat Alex kesepian.
"Menarilah," pintanya, memainkan beberapa lagu dengan piano, mulai dari waltz yang lembut, sampai disco yang membuatku berkeringat.
"Seharusnya menarinya berpasangan ...," katanya menutup lagu Senorita.
"Dengan siapa?"
"Ayo! Dengan aku saja!"
Alex berseru gembira, tubuhku membeku, Pak Adam!
Ingin menolak, tapi Alex sudah mulai memainkan ulang lagu duet Shawn Mendez dan Camilla Cabello itu, sebelah lengan Pak Adam melingkar di pinggang, menimbulkan denyar-denyar halus di sekujur tubuhku. Ini lagu yang sama dengan di club malam yang lalu, kami mengulang gerakan yang sama, tidak merapat, tapi sesekali tubuh kami bergesekan ... lagu ini favoritku, sering kutonton videonya di You Tube, sangat hot. Di akhir lagu itu mata Pak Adam menatapku tajam, aku cepat mengerjapkan kelopak mata, mendorongnya menjauh ... apakah ia mengingatnya? Apakah ia mengenaliku? Sesaat tadi kukira ia akan menciumku, sama seperti waktu itu.
"Renata, you and Adam danced very hot."
Alex tertawa, aku mengambil tissue, mengeringkan keringat yang mengalir deras, terlalu nervous.
.
"Renata, bisa ke ruang kerjaku sebentar? Ada yang ingin kubicarakan."
Membayangkan berada di ruangan tertutup berdua dengannya, jantungku berdetak dengan kencang, kedua kakiku terasa lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMA RENATA
عاطفيةblom ada, 100% halu n micin proyek eksperimen (lagi) berusaha menulis cerita tentang Renata dari sisi trauma psikologis setelah dengan gegabah menyerahkan keperawanannya kepada sembarang lelaki. masih dilabeli 25+ kuatir jalan yang diatur lurus teti...