16. LOMBOK

1.2K 88 2
                                    

AUTHOR'S POV
.
.
Pernikahan Andrew dirayakan dengan pesta besar di hotel berbintang lima, bulan berikutnya Laila keguguran.
"Sekarang kau bebas, bisa menceraikanku," kata Laila sepulang dari rumah sakit.
"Tidak semudah itu!" gerutu Andrew, sekarang ia dalam cengkeraman Surya, tak berani gegabah.
.
Laila minta bekerja lagi, Andrew keberatan sekantor dengan istrinya, mempersempit ruang geraknya merayu Renata. Di luar dugaan, Surya menyuruh si menantu membantu Jonas Catering, bukan di kantornya. Pengaturan ini sangat membantu Andrew, seharian tidak melihat istrinya, gairah terbangkitkan oleh gerak-gerik Renata, malam ia melampiaskannya ke Laila. Ia mewanti-wanti untuk tidak hamil.
.
Tengah tahun itu Adam menikah dengan Renata di hotel berbintang lima di Bali. Surya menyewa satu hotel penuh untuk acara tersebut, sepasang pengantin itu kelihatan sangat berbahagia, Andrew memandang dengan iri. Ia tahu Renata sudah tidak perawan, dan sebelum mereka berpisah diduganya gadis itu tidur dengan seseorang, tapi melihatnya menikah membunuh harapan memilikinya.
.
Sampai setahun berikutnya Renata dan Laila belum hamil.
"Dru, kau masih tidur dengan Laila, kan?" blak-blakan Surya bertanya di tengah acara makan malam keluarga, membuat pipi menantunya merah.
"Ya, iyalah, Pa!" Andrew menjawab tidak senang.
"Kenapa Laila belum hamil lagi? Kau tidak punya rencana menceraikannya, kan?"
"Nggak, Pa!" gerutunya, "Papa nggak adil, Renata juga belum hamil, tapi tidak ditanya."
.
Pembicaraan itu mengusik niat lama Andrew. Sejak Renata menikah, ia berusaha bersikap sebagai seorang kakak, dan gadis itu mulai ramah kepadanya. Soal nafsu yang muncul, itu masalah di pihaknya, dan ada penyelesaian di rumah. Sudah lama benaknya tak memikirkan memiliki Renata, teguran Surya membuatnya menyusun rencana.
.
Biasanya selalu Andrew yang melakukan perjalanan bisnis, kadang ditemani Kenzo. Sejak makan malam keluarga itu, ia berusaha menyertakan Renata. Seperti pemburu memasang jerat, ia bersabar menunggu mangsanya mendekat. Pelan, tapi pasti. Setelah beberapa bulan, bila Adam tidak diundang, pesta rekan bisnis dihadirinya bersama Renata, bukan Laila. Kebetulan ada bidang bisnis mereka yang tidak sama. Sikap Renata tak sedingin dulu, tak keberatan dipeluk dan dicium pipinya, layaknya perlakuan kakak-beradik.
.
Suatu hari ada undangan di Novotel Lombok, perayaan pesta pernikahan emas rekan bisnis. Saat check in, Andrew kaget karena hanya ada satu kamar untuk mereka, padahal secara khusus ia sendiri yang booking, tidak menyuruh Kenzo, supaya bisa memesan family room, dua kamar yang tembus. Pihak management hotel meminta maaf, tidak mengerti bagaimana terjadi pembatalan satu kamar. Andrew merasa tidak enak, kuatir dituduh sengaja, ia tak ingin Renata menjauh lagi.
"Nggak apa-apa, Dru," Renata melunak, "hotelnya penuh kan? Tidak nyaman juga bila kita menginap di tempat lain."
"Toh kita kakak-beradik," imbuhnya menghapus kecurigaan staf reception.
"Untuk semalam ini, kami bisa menyediakan dua kamar," kata staf hotel, "untuk besok malam yang full booked."
"Malas pindah-pindah," Renata memutuskan, "langsung saja satu kamar."
.
Mereka mendapatkan cottage di dekat kolam renang.
"Aduh, aku tidak membawa pakaian renang!" keluh Renata.
"Skinny dipping," Andrew asal saja nyeplos, mereka kan bisa beli pakaian renang.
Berganti pakaian santai, mereka berdua menyusuri pantai Kuta Lombok sampai agak jauh, sudah rembang petang waktu mereka sampai di hotel. Kebanyakan undangan datang hari Sabtu, dan yang sudah datang bersiap makan malam ke Mataram. Malas menempuh perjalanan sekitar enam puluh kilometer hanya untuk makan ayam Taliwang, mereka berdua sepakat makan di restoran hotel. Sepi, karena yang lain memilih pergi.
Sampai di depan kamar, timbul pikiran gila Renata, ia melepaskan pakaiannya, terjun ke kolam renang, telanjang, setelah yakin tak ada orang di situ. Kaget sejenak, lalu Andrew menyusul, dan mereka berdua bermain air seperti anak kecil, lupa usia. Berkejar-kejaran, sampai suatu ketika Andrew menangkapnya dengan memeluk, gesekannya meletupkan api birahi. Di pinggiran kolam renang, lelaki itu menciumnya, merapatkan tubuh, kedua tangannya meraih pinggul Renata, mengangkatnya ... refleks gadis itu merentangkan kaki sehingga titik tengah mereka mendekat, bergesekan.
"Rey ...," panggil Andrew serak, "aku nggak punya rem."
Renata menggeliat, membuat Andrew tergelincir masuk, dalam sedalam-dalamnya, ia menggeram. Gadis itu berontak, berusaha melepaskan diri, gerakannya di air justru membuat penyatuan mereka bergeser maju mundur. Andrew merasakan kedutan di relung dalam Renata, membuatnya lupa daratan, tapi sebelum ia meledak, gadis itu bisa melepaskan diri, keluar kolam renang, lari masuk ke cottage tanpa memungut pakaiannya.
Andrew diam agak lama di air, menenangkan detak jantungnya, barusan ia masuk ke dalam tubuh Renata! Akhirnya!
Angin laut malam membelainya, menghapus panas membara persetubuhan yang belum tuntas. Pemikiran ini membuatnya tegak lagi, tapi ia kalut, kuatir Renata marah. Keluar dari air, dipakainya celana pendek dan kaos, dikumpulkannya pakaian Renata bersama celana dalamnya, agak ragu ia melangkah masuk, cottage itu kan juga kamarnya.
.
Di kamar mandi Renata menangis di bawah guyuran shower.
"Maafkan aku, maafkan aku, Rey!" bisiknya memeluk tubuh telanjang itu, dihentikannya guyuran air shower.
Renata balas memeluknya, merasakan badan Andrew dingin, "nanti kau masuk angin," katanya prihatin, menyalakan shower air hangat dan melepaskan kaod pemuda itu. Saat Andrew membungkuk melepaskan celana pendeknya, pandang matanya bertemu dengan pangkal paha Renata yang mulus.
"Kau mencukurnya?" godanya, ia berjongkok mengamati, memaksa kaki Renata membuka, lalu ia mencium bibir itu, menjilat kelentitnya.
Renata menggeliat liar, kakinya lemas, Andrew menarik tutup closet tepat sebelum gadis itu jatuh terduduk, pemuda itu berlutut, mengangkat sebelah kaki Renata ke pundaknya. Tangan gadis itu menjambak rambut Andrew di bawah kucuran air hangat, masih lebih panas gelora tubuh keduanya.
Dimatikannya aliran air, digendongnya Renata ke ranjang. Tak ada waktu mengeringkan tubuh, tak ada waktu ke tengah, dibaringkannya dengan pantat di pinggir ranjang, ia berlutut di lantai, dan menggeram menyatukan diri dengan perempuan yan dicintai, keinginan yang sudah ada sejak pertama ia menciumnya dua belas tahun sebelumnya.
.
Kemudian Andrew mengambil handuk besar dan membasahi handuk kecil, menyeka area sensitif Renata mengeringkan tubuhnya. Ketika ia kembali lagi setelah meletakkan handuk di kamar mandi, Renata sudah bergeser ke tengah terlelap. Tersenyum puas dan lega, Andrew menyusup ke bawah selimut yang sama tidur memeluknya..
Pagi lelaki itu bangun sendirian, didengarnya kecipak air, dari jendela ia melihat Renata berenang. Hampir saja disusulnya sebelum menyadari ia telanjang. Memakai celana pendek dan kaos ia duduk di kursi malas dekat situ.
"Dru, ayo! Airnya segar!" ajak Renata, sikapnya biasa seperti tadi malam tak terjadi apa-apa.
Andrew mengernyitkan kening, darimana pakaian renang itu? Bukan, bukan pakaian renang. Renata mengenakan pakaian dalam, bra merah yang bagian belakangnya berbentuk kupu-kupu, dan g string sewarna. Ia naik dari ujung terjauh, pinggulnya yang bulat terbuka hanya secarik tali menyelinap di belahan paha. Waktu berjalan mendekat, kain segitiga minim itu dapat dikatakan percuma, andai tidak bercukur, pasti bulu-bulu halusnya menyeruak semua. Ada tumpukan handuk kering, cepat diambilnya satu dan ditutupkan ke tubuh gadis itu.
"Suamimu pencemburu, Non," kata lelaki yang berbaring di kursi malas sebelahnya. Karena dialah Andrew bergerak cepat, matanya dari tadi menatap lekat.
"Dia kakakku, bukan suamiku." Renata tertawa.
"Kakak yang posesif," ia bangkit mengulurkan tangan, "Jordy Hartono."
"Andrew Surya," ia mendahului menerima jabat tangan itu.
"Renata Pramudya."
"Pramudya?" Jordy tak segera melepaskan tangannya, "dan dia Surya?"
"Renata Surya," ia meralat, "istri Adam Pramudya."
"Ooh ... aku kecewa," Jordy mencium punggung tangannya, "aku berharap kau belum menikah waktu kau bilang ia kakakmu."
Renata tertawa, menarik tangannya dengan susah payah.
.
bersambung
.
Surabaya 24 Desember 2019

TRAUMA RENATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang