23. GO HOME

1.2K 77 0
                                    

RENATA
.
Begitu Adam menghilang ke dalam mobil, aku membalikkan badan masuk, aku tak sanggup melepas kepergiannya.
Menutup pintu, Oom Jordan memelukku, aku sengaja membasahi kemejanya dengan air mataku.
"Ah, jadi basah," kataku mulai membuka kancingnya satu-persatu.
Kuusap dada yang sedikit berbulu, kucium dan kemudian kuhisap putingnya, ia menggelinjang, tak menduga aku mengambil inisiatif. Aku digendongnya, tapi aku menunjuk ke sofa. Sebelum ia menghempaskan pantatnya, aku buka dulu semua pakaiannya. Aku hanya menyingkap rok lebarku, naik ke pangkuannya, menyibak g string dan membimbingnya masuk. Sesuai janjiku, aku bertindak aktif bila ia mempertemukanku dengan Adam.
*
.
ADAM
.
Anak istriku hilang. Renata dan baby Ivan tak pernah sampai ke mobil. Dari rekaman CCTV rumah sakit, perawat itu meninggalkan kursi roda di dekat IRD, lalu pergi melewati pintu IRD, ada taxi menunggunya, mengantar sampai pintu masuk mall, jarak dekat. Dari nurse station juga tidak ada info tambahan, perawat lain tidak ada yang mengenalnya, dikira aku membawa perawat pribadi.
Laporan kepolisian tidak bisa dilakukan sebelum dua kali dua puluh empat jam. Shit!
Setelah tenggang waktu lewat dan aku bersiap ke kantor polisi, ada pesan masuk, sebuah foto Renata menyusui bayi.
[Istrimu aman bersamaku, jangan dicari, atau kubangkrutkan bisnismu.]
Mestinya aku tidak takut, tapi Papa Surya dan Andrew menahan langkahku.
"Turuti saja," kata Papa, "Renata terlihat santai, tidak ketakutan. Siapapun yang menculiknya, tidak berniat menyakitinya."
.
Sebulan sekali nomor itu mengirim satu foto di tanggal kelahiran Ivan, tidak pernah menjawab pesanku, dan tidak bisa ditelpon. Aktif hanya saat kirim foto.
Renata kembali langsing, Ivan bertambah besar.

Sepuluh bulan kemudian ada email dari Renata, tanpa penjelasan, hanya file word berisi diary perkembangan Ivan. Kubaca sambil melihat foto-foto mereka. Kujawab penuh kerinduan, tiap hari kunantikan balasannya tanpa hasil.

Sebulan kemudian Renata mengirim email lagi. Mengabaikan emailku, ia menyampaikan rencana pelariannya, memintaku mengikuti semua instruksinya.
Besoknya nomor asing itu mengirim pesan.
[Mau bertemu Renata? Volvo gold 15.00 tepat di drop off lobby kantormu.]
Di lift aku mengaktifkan silent mode tanpa menghidupkan metode getar.
Begitu masuk mobil, seorang laki-laki berpenampilan seperti bodyguard mengulurkan selembar kain.
"Perjalanannya kira-kira satu jam, tapi anda harus menutup mata dari sekarang."

Renata memastikan aku mengerti semua rencananya. Sebelum pulang aku share loc ke Jordy dengan pesan [penjelasan menyusul].

Besoknya aku makan siang bersama Jordy, belakangan ini kami menjadi akrab, ia bersimpati dengan keadaanku, tak habis pikir siapa orang yang menginginkan istriku. Sebaliknya, ia curhat tentang kedua orangtuanya. Tante Cindy kebanjiran job, waktunya habis untuk bekerja, Oom Jordan merasa diabaikan, kesepian, lebih banyak menghabiskan waktu di Bali.
"Aku melihat Oom Jordan kemarin," kataku.
"Tak mungkin! Papa masih di Bali, karena itu aku tak lagi ke sana, ada Papa yang handle." Tapi ia menelpon mengecek.
"Hmmm ... Papa sudah sebulan lebih tidak di sana." Ia menggaruk kepalanya, "tapi ... ngapain kau pergi ke tempat terpencil itu?"
Renata sudah menyiapkan jawabannya. "Aku punya proyek taman bermain, aku ingin membuat sebuah taman labyrinth. Ada info sudah ada yang punya, milik pribadi. Aku ke sana untuk survey. Sedang hujan waktu aku memutuskan pulang saja. Lalu aku melihat Oom Jordan keluar mobil, memakai jas hujan, dan pindah ke boogie car."
"Hmmm ...."
Jordy tidak berkata apapun, tapi sinar matanya berkilat curiga.
"Waktu itu sore ...."
"Ya, aku sudah cek jam berapa kau kirim lokasi itu."
.
.
JORDY
.
Taman Labyrinth, berbekal lokasi di google map itu aku mencarinya.
Seingatku, dulu Mama pernah cerita tentang proyek ini, terbengkalai karena menurut studi kelayakannya tidak akan menguntungkan. Kalau sekarang ada, berarti Papa diam-diam meneruskannya, karena tak pernah dibicarakan lagi.
Sudah sore, matahari mulai condong ke Barat ketika aku sampai di gerbangnya. Ternyata sopirku mengenal penjaganya, setelah basa-basi sejenak, mereka membuka pintu. Ada area parkir mobil dengan peneduh tanaman rambat. Sebuah boogie car menunggu.
"Silakan, Pak," kata sopirku, "Pak Jordan ada, kok."
Untung aku memutuskan bawa sopir, bukan pergi sendirian.

Boogie car berhenti di teras villa, sopirnya memberi tanda akan menunggu di gazebo, tak jauh dari situ.
Ragu aku membuka pintu, tak dikunci, dan we-oh-we!

Ayunan yang hanya kulihat di katalog alat bantu sex itu terpampang di depan mata. Seorang lelaki mengerang nikmat sementara seorang perempuan terikat di ayunan itu, bergoyang maju mundur menghentak bagian tengah tubuh mereka yang menyatu.

Dalam bingung aku meraih gawai dan memotretnya, suara cekrek membuat lelaki telanjang itu menoleh, "PAPA!"
Cekrek! Foto kedua dengan wajahnya.
"Jordy!"
Cekrek! Foto ketiga dengan wajah pasangannya. Perempuan itu mengenalku!
"RENATA!"
Gelagapan keduanya berpakaian, aku merekamnya dalam mode video.
"Hmmm ... jadi kau menghilang untuk menjadi simpanan ayahku! Adam merindukanmu, Renata! Oom Surya sakit memikirkanmu!"
"Oom Jordan menyekapku! Tentu saja aku ingin pulang. Bagaimana caranya? Alat komunikasipun aku tak ada."
Renata berlari memelukku, "tolong aku, antarkan aku pulang."
"Awas, kalau kau berani!"
"Apa yang akan Papa lakukan?" aku mengirim ketiga foto dan satu video tadi ke Adam, [titip dulu, penjelasan menyusul. Kalau tidak ada kabar dariku, kirim ke Mama.]

"Ambil anakmu, aku akan mengantarmu pulang," aku mendorong Renata.
"Aku akan merahasiakannya kepada Mama, bila Papa mengijinkan aku membawa Renata!"
Mata Papa berkilat marah, "ngerti apa kau urusan orang tua? Aku masih mencintai mamamu, tapi sejak rahimnya diangkat lima tahun lalu ia jadi frigid. Aku normal, Jordy, butuh perempuan!"
"Silakan, Pa! Tapi bukan istri orang!"
"Adam menolak menceraikannya! Padahal sudah kukirim hasil tes DNA, Ivan anakku!"
"Hah?" Aku bagai disambar petir.
"Thanks to you, kasih dia obat perangsang. Renata nyasar ke pantai tersembunyi tempatku menyepi. Sampai detik itu, aku masih setia ke mamamu!"
Renata datang menggendong seorang anak yang lucu, mirip fotoku waktu kecil.
"Jangan pergi!"
"Kita tidak hidup di hutan, Pa! Ada norma masyarakat yang dijaga."
"Aku bisa menyekapmu juga!"
"Silakan, aku sudah share loc, sudah berpesan untuk meneruskan foto dan video xxx tadi ke Mama, kalau besok pagi tak bisa menghubungiku."
"Ayo!"
.
Di mobil.
"Boleh aku memangku ... adikku?" aku tersenyum nakal, "... Ma?"
Renata menonjok pundakku, memindahkan bayi chubby itu ke pangkuanku.
"Makasih, Jordy," katanya, "aku tak tahu bagaimana harus berterimakasih padamu."
"Kau tahu, cantik!" aku menowel pipinya, mengedipkan mata nakal, "a passionate weekend with me."
"Walaupun kau tahu aku simpanan ayahmu?"
"Sudah tidak lagi, kan?"
Masuk ke Jakarta, aku memberikan alamat Oom Surya ke sopir, dan mengirim pesan ke Adam.
"Makasih. Kupikir, kau membawaku ke rumahmu."
"Aku tertarik padamu, Renata, tapi aku tidak segila Papa."
"Ngomong-ngomong ... boleh ambil DP?"
Renata menyorongkan bibirnya, kucium lembut. Ada yang menggeliat, aku menginginkannya!
.
bersambung
.
Surabaya, 29 Desember 2019
#NWR

TRAUMA RENATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang