19. CRUISE HOTEL

1.2K 76 0
                                    

JORDY
.
.
Pertama kali melihat Renata aku terpana melihat pantatnya yang bulat terpampang jelas saat ia mendaki tangga keluar kolam renang. Gila! Perempuan ini berenang memakai g string! Aku menatapnya tak berkedip, tak kuasa mengalihkan pandangan dari selangkangannya. Kain segitiga itu begitu minim, dari jauh aku tak melihat bayangan kelabu, pasti ia bercukur. Sayang, lelaki di sebelahku cepat menyambar handuk menutup pemandangan indah dari mataku.
Begitu mereka masuk ke cottage aku segera mencari informasi, mengatur bisa semeja dengan mereka.
.
Mengejar perempuan itu seperti bermain layang-layang, tarik ulur dan setakkan. Aku mengenal Adam Pramudya, sengaja tak minta nomor telpon Renata. Sebelum mengambil langkah, tak sengaja bertemu mereka di sebuah restoran. Waktu gadis itu ke toilet, aku menanyakan sambil lalu apakah istrinya membantu bisnisnya.
"Renata punya bisnis sendiri, ia menjadi wakil Andrew Surya, kakaknya."
Dari informasi itu aku bisa melacaknya dan menemuinya saat makan siang.
Bersiap memasang jerat, ternyata kesempatannya langsung datang. Aku sengaja membuka tirai pembatas saat terapis sudah memberikan stimulasi sampai aku mencapai ukuran maksimal. Trik ini biasanya berhasil kepada gadis lain, mereka akan terpukau. Renata beda dari semua teman tidurku, satu dia istri orang, dua melihatku bukan kagum malah sesak napas, kupeluk langsung pingsan. Sial!
.
Beberapa tahun lalu aku sering berebut perempuan dengan Adam, lalu tiba-tiba ia menghilang. Mungkin saat itu ia mulai pacaran, pantas saja jarang muncul di club. Aku juga begitu kalau punya pacar sehot Renata.
Aku mengundang Adam berakhirpekan di Cruise Hotel Bali. Ada event Pesta Purnama Pinggir Laut. Di luar dugaan, ia minta dua kamar, untuk seorang teman, katanya tersenyum misterius. Aku menduga Adam tidak bermaksud mengajak istrinya.
Renata memang beda. Sebelumnya aku tak pernah mengganggu istri orang, tapi gadis ini membuatku melanggar prinsipku sendiri.
.
Aku menyiapkan dua kamar bersebelahan, teman Adam sudah check in sejak siang. Mereka berdua datang larut malam, aku langsung mengalihkan perhatian Renata dari suaminya. Adam bisa berkencan dengan temannya, aku akan merayu Renata.

Ternyata gadis ini mudah ditaklukkan, mengobrol agak lama aku sudah bisa mencumbunya, tapi saat kenikmatan sudah di depan mata, ia kena panic attack lagi. Kugendong ke kamar, aku menjauh sejenak sampai ia tenang.

Mungkin Adam sedang asyik dengan temannya, aku berhasil menahannya di sini. Tidur berpelukan, kuminta ia menggenggamku, dan saat mekar, ia sesak napas. Sial! Monsterku yang bikin ia diserang panic attack.
"Tidurlah," aku membelakanginya, "aku tak akan mengganggumu."
*
.
Pagi hari aku dibangunkan Renata, "HP Adam off, pintu dikunci, aku tidak bisa masuk kamar."
Aku menelpon anak buahku menyuruhnya mengantar card key tambahan, bertemu di depan kamar itu.
Ranjang masih rapi, tak ada tanda ditiduri. Ada pakaian kotor di laundry basket. Renata berganti pakaian, celana pendek biru tua dan kaos ketat ngatung tosca. Mataku mencari-cari, tak tampak garis bra, tapi tak terlihat tonjolan putingnya, aku mengeras.
.
"Adam marah karena aku tidak kembali ke kamar," keluhnya saat sarapan.
Kuteruskan informasi dari staff, Adam meninggalkan hotel bersama dua perempuan. Dua? Hebat dia!
"Kau tidak perhatikan tempat tidurnya? Masih rapi."
Ekspresinya bertambah sedih. "Berarti memang niatnya bersama perempuan itu. Awalnya Adam tidak mengajakku," air mata menggantung di kelopak matanya.
Aku pindah duduk ke dekatnya, melingkarkan lengan di bahunya.
"Sudah terlanjur di sini, ayo! Daripada hanya menangis, kita berenang, spa, dan nanti malam kan party!"
"Aku tidak bawa pakaian renang, rencananya main di laut."
"Halaaa ... yang di Lombok kau juga berenang memakai pakaian dalam, bukan pakaian renang."
"Loh, kolam renang ke arah sini." Aku menarik tangannya.
"Aku tidak memakai pakaian dalam," bisiknya di telingaku.
Shit! Ada geliat di titik tengah. .
Renata memakai warna tosca, ini yang dipakainya di pagi kedua di Lombok. Bra kekecilan, g string, dapat dikatakan ia telanjang.
Kolam renang sepi, mungkin tamu lain keluar mengunjungi obyek wisata. Aku ingin mencumbunya di air, tapi kuatir panic attack lagi.
Setelah itu, aku meninggalkannya di ruang spa. Di akhir sesi spa aku masuk, memberi tanda ke terapis pergi. Aku melanjutkan memberi pijatan sensual, berlama-lama di area intimnya, sampai ia mengerang saat orgasme.
Membalikkan badan, ia terkejut melihatku tersenyum lebar.
"Mau belajar memijat sensual?" aku menantangnya.
Berbaring telentang, aku mengajarinya memberikan stimulasi ke bagian kebanggaanku, dengan sedikit kuatir ia kena panic attack. Ternyata tidak, ia cepat belajar, dan akupun mekar maksimal.
"Rey," panggilku dengan suara serak, "nggak kepingin mencoba sekali lagi? Tadi kan nggak sesak napas saat memijatnya?"
Ia mengangguk, melepaskan pakaian dan naik ke atas meja pijat, perlahan menurunkan pinggulnya, menerimaku masuk sesenti demi sesenti.
"Bagaimana rasanya?" tanyaku merasakan ia menggenggamku erat.
"Rasanya penuh ...."
Aku bergerak duduk, ada gesekan ... rasanya wow! Namun shit! Renata sesak napas lagi, ditambah otot dalamnya mencekikku. Sakit!
Aku memijat tubuhnya supaya otot-ototnya relax, sementara ia berusaha mengatur napas. Agak lama jepitannya mengendor, entah ototnya sudah berkurang ketegangannya, atau aku yang mengkeret.
.
Setelah makan siang aku mengajaknya pergi, kembali ke hotel sore dari arah laut. Pemandangan dari speed boat sangat cantik, Renata terpukau memandang hotel, aku terpana memandangnya. Aku harus membuatnya mabuk malam ini, bila setengah sadar, mungkin panic attack tidak menyerang.
Tidak bisa duduk di pantai, petugas sedang sibuk mengatur meja kursi dan bean bag untuk party, aku mengajaknya minum whiskey di balkon kamar. Kamarku salah satu suite room, letaknya di lantai paling bawah, masing-masing punya tangga pribadi ke pantai. Isi botol sudah tandas ketika seorang staff mencariku, ada sedikit masalah di front office. "Tunggu di sini atau di dalam, aku segera kembali."

Masalahnya agak pelik, disusul laporan supply bahan makanan untuk party yang tidak datang. Waktu aku selesai mengurusnya, party sudah dimulai, suara musik berdentam-dentam, pantai sudah banyak orang. Renata tak ada di kamar, aku mencarinya dari ujung ke ujung, malah bertemu Adam, ia juga mencari istrinya.
Kami berdua menyisir pantai, lalu ke bagian lain hotel, kolam renang, dan berakhir kecapaian di kamar Adam.
"Tidak di kamarmu, kan?" todongnya. Tentu kujawab tidak, dan tak berani menantang memeriksa, aku yakin gadis itu di sana.
"Mau kemana? Temanilah aku di sini, pusing aku, kemana Renata menghilang," keluhnya.
Aku tak berani kembali ke kamarku.
"Mana temanmu?" tanyaku sambil lalu, "asyik dong, threesome."
Adam mendengkus, "kaupikir aku tak mau berbagi? Tak ada istriku, sebenarnya pas satu satu untuk kita berdua. Sayangnya mereka lesbian!"
Aku tertawa getir. Nasib kami sama, Adam tidak mendapatkan selingan, akupun gagal menggauli istrinya.
.
bersambung
.
Surabaya, 26 Desember 2019

TRAUMA RENATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang