11. SHE'S GONE

1.8K 90 3
                                    

ADAM
.
.
Ginekolog itu bilang, jangan gunakan alat bantu sex, aku ingin tertawa. Yang bikin Renata lecet itu ukuranku, bukan alat bantu.
"Bapak harus memperlakukannya dengan lembut ...," kalau ia tak merespon begitu hot, aku juga nggak akan bikin lecet.
Seumur-umur meniduri perempuan, baru kali ini ada story lecet. Eh Renatanya saja yang sensitif, dengan lelaki laknat itu, juga lecet, terngiang lagi laporan Alvin. Saat itu kupikir pemerkosanya melakukannya dengan brutal. Mungkin dokternya sama dengan yang memeriksa saat itu, karenanya ia memandangku seolah aku sering memperlakukan pasanganku dengan ... b r u t a l ... brutal? Tidak! Kami melakukannya dengan hot! Hanya dua kali aku mendapatkan pasangan sehot ini, bisa bercinta semalam suntuk tanpa letih, menyisakan rasa remuk di tulang-belulang saat pagi. Renata, dan sekali satunya dengan ... Tatik.
Aku menarik nafas panjang, terkenang geliat Tatik bersamaku, membandingkannya dengan Renata semalam. Hampir sama, bedanya hanya jerit tertahan Tatik saat aku menembus selaput daranya. Hmmm ... kalau aku menikah dengan Renata, lalu Tatik muncul, bagaimana? Aku ingin mempertanggungjawabkan perbuatanku kepada Tatik, mengapa pagi itu ia langsung pergi, tak memberi kesempatan kumengenalnya?
.
Renata menolak membeli cincin, ingin langsung pulang, tepatnya, ia menolak lamaranku karena punya Andrew.
"Kalau kau berbahagia dengan Andrew, mengapa responmu begitu hot tadi malam?" aku mencengkeram bahunya, menuntutnya menatap mataku.
"Pak ..., saya harus pulang!" pintanya lemah.
Aku melumat bibirnya, kedua telapak tangannya mendorong dada, tapi kemudian terkulai lemah, ia pingsan. Aku putuskan membawanya ke rumah.
.
Ibu tiriku mengajak Alex ke Puncak bersama keluarga barunya. Rumah sepi waktu aku membopong Renata ke kamar yang kemarin.
"Hmmm ... apa yang kaulakukan?" geliatnya siuman.
"Aku membantumu mengoleskan salep dari dokter," aku mengusapnya.
"Kalau hanya itu, mengapa membuka semua pakaian?" ia menggelinjang, aku sengaja bermain-main dengan kelentitnya.
Aku merangkak naik dan menindihnya, merasakan sensasi lekuknya menekanku.
"Bapak menggodaku," keluhnya, lalu ia membalas, mencium, mencakar, meremas, sampai ia menggenggamku menuntun ke gerbang basah, "Paaakkk ...."
Renata menurunkan pinggulnya, ia sedang duduk di pangkuanku, aku kaget, "Rey, kata dokter ...."
"Dokter tidak merasakan nikmat yang Bapak bisa berikan."
**
.
Pagi hari bangun dengan memeluk Renata ... eh, ia tak ada!
Dan ia tak pernah datang lagi. Renata menghilang, sama seperti Tatik, tak terlacak. Nomor Whatsapp bisa menerima pesan, tapi tak membalas, ditelpon dengan Whatsapp call tak diangkat, sedangkan nomor telponnya tidak aktif.
.
Alex tantrum, sempat mogok makan beberapa hari, untung Alvin berhasil membujuknya, mau makan makanan yang dibawanya. Asisten pribadiku itu mengaturkan kiriman catering untuk Alex.
"Alex tidak bisa makan sembarangan, ia perlu diet khusus," kataku, "kalau tidak serumit itu, sudah dari dulu ibunya membawanya pergi."
"Mereka menyediakan jasa konsultasi online," Alvin mengirimkan tautan website mereka, Jonas catering. Tak ada alamat tak ada nomor telpon.
"Saya memesankan kiriman untuk Alex dengan menyebutkan kondisinya, pantangan-pantangannya," lapor Alvin, "sayangnya mereka hanya ada satu kali pengiriman tiap hari, Senin sampai Jumat, untuk akhir pekan dikirimkan makanan beku bareng kiriman Jumat."
.
Website JC mutakhir, agak ribet pesannya, banyak pilihan menu dan bisa request khusus, misalnya tidak mau susu sapi, semuanya dengan klik sana klik sini. Setelah pilihan menu, menuju langkah pembayaran, selalu bayar di depan dengan transfer, tidak bisa dititipkan driver online yang kirim makanan, mereka mitra delivery, bukan karyawan.
Ada pilihan konsultasi, sama seperti pesan makanan, bayar di depan, ada nilai kredit tertentu, bisa digunakan masuk ke dalam kelas online, atau membaca uraian kelas online yang sesinya sudah berakhir, tentu saja jumlah kredit terpakai berbeda. Di kelas online bisa langsung tanya dan mendapatkan jawaban, sebaliknya harus menunggu jawaban konsultan, yang memotong kredit juga.
Tak sengaja suatu malam aku melihat tanda 'konsultan Tatik tersedia', aku mengirim pesan, tergelitik oleh namanya.
[Nama yang bagus.] komentarku di akhir sesi tanya jawab.
[Makasih. Anda menghamburkan kredit hanya untuk memuji.]
[Nama asli?] tanyaku, tak memperdulikan peringatannya.
[Tatyana.]
[Bisa voice chat?]
Tak ada jawaban, tanda konsultan online menghilang dari layar.
.
Setelah Alex normal lagi, aku kembali memikirkan Renata. Informan Alvin di apartemen Senopati mengatakan gadis itu pindah kira-kira sepuluh hari setelah berhenti bekerja. Andrew juga tidak tinggal di situ lagi, unitnya kosong. Kebetulan proyek-proyek kerjasama kami sudah berakhir, aku mengundangnya makan malam membicarakan kontrak baru, tapi sulit sekali mencari waktu luangnya. Aku merasa Andrew menghindariku.
.
[Kami hanya melayani konsultasi tertulis.] suatu siang aku membuka aplikasi JC dan menemukan jawaban berhari-hari sebelumnya. Ada tanda konsultan online, tapi bukan Tatik.
.
"Alvin, bagaimana caranya aku chat dengan konsultan tertentu, tidak random begini?"
"Tidak bisa, Pak, tidak ada pilihannya."
"Cari informasi alamatnya dari kurir yang mengirim makanan," perintahku.
"Kurirnya ganti-ganti, dan mereka pihak ketiga, mengambil kiriman dari sebuah rumah sederhana, bukan bangunan yang kubayangkan untuk perusahaan sekelas JC." Alvin memberikan beberapa foto, dan sebuah alamat di tengah kota.
Aku mencarinya, mobil besarku tak bisa masuk sampai ke depan bangunan itu. Saat itu aku melihat sekelebat sosok perempuan naik ke boncengan motor, kupotret sebelum pergi. Rasanya aku mengenalnya.
.
Aku membuka aplikasi JC dalam waktu acak, tapi aku belum beruntung, tidak pernah melihat Tatik online. Beberapa kali mengirim pesan offline seputar makanan sehat, yang menjawab selalu konsultan lain.
*
Ibu tiriku pindah ke Bogor, udaranya sejuk dan lebih bersih dari ibukota, ia meminta Alex tinggal bersamanya.
Aku mengunjunginya, memastikan semua kebutuhan Alex tersedia. Rumahnya di pinggiran kota, ke arah pegunungan, bangunan kuno dengan halaman luas. Ada kebun sayur hidroponik, ayah tiri Alex seorang petani modern.
"Menginap?" Josua menawarkan, "adikku seumuranmu, setiap Sabtu ia kemari, menginap."
Aku punya urusan lain, menjanjikan bulan berikutnya.
"Bagaimana dengan menu makanan Alex?"
"Jonas yang mengatur, ia seorang chef dan ahli gizi," jawab Mira, ibu tiriku, menyebut nama adik iparnya.
.
Sebuah mobil masuk menggantikan mobilku yang keluar dari rumah Mira, aku melihat seorang perempuan turun, aku merasa mengenalnya.
Malam itu, sendirian di rumah, aku menimang-nimang kalung Tatik, tapi aku tak bisa menentukan, perawan itukah yang kurindukan, atau Renata, aku merasa hatiku kosong.
Website JC terbuka di laptop, tak seperti biasanya, kulihat notifikasi konsultan Tatik online.
[Tatyana?]
[Konsultan kami sedang melayani client, silakan tuliskan pertanyaan anda.]
[Tatik, aku rindu.]
[Maaf, tampaknya anda salah masuk room, ini adalah layanan konsultasi gizi, bukan forum chatting mencari jodoh.]
[Kau tak pernah online, aku ingin bicara.]
[Konsultan kami akan segera kembali, silakan ketikkan pertanyaan anda.]
[Berapa nomor telponmu, aku ingin mendengar suaramu.]
[Maaf, kami hanya melayani konsultasi tertulis bukan voice chat.]
[Tatik, haruskah aku datang langsung ke Kampung Bali?]
[Maaf, ini dengan Jonas, apakah ada masalah khusus yang bisa saya bantu?]
Jiaahhh, pimpinannya turun tangan, apakah aku sangat mengganggu karyawannya?
.
bersambung
.
Surabaya, 17 Desember 2019

TRAUMA RENATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang