Jatuh bersimpuh, dipukul seribu serdadu yang datang dengan angkuh. Menyeret tubuh untuk meringkuk, merintih ngilu mencipta rusuh. Rintik-rintik mengukir ruam-ruam ungu, menggores dinding kalbu yang tak pernah tersentuh.
Sembilunya luruh, angkasanya runtuh, dan teduh yang menjauh meninggalkan ia yang mendamba rengkuh.
15/12/19.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERLINA
ПоэзияMaaf, sayap rumpangku lagi-lagi patah, derai-derai air mata luluh lantak, dan karang-karang kuatku kini seringkih sutra. Tetapi, inilah caraku untuk tetap hidup dan bertahan. Sebab, andai aku gagal membuat diriku terlihat, biar aksaraku yang mengab...