Kau pasung segala hal dariku. Tanpa hati, tanpa empati. Kau hanya pikirkan cara agar aku tak dapat lagi mengisi penghidu dengan udara. Kau hanya inginkan semestaku senyap tiada kata.Lafalku laiknya mimpi buruk, katamu. Eksistensiku adalah kesalahan untukmu. Di mana letak luka yang kau anggap terus-menerus merajammu sebab aku? Padahal ujung tonggakku tak pernah menyentuh kulitmu.
Ini tidak adil. Mengapa aksaraku yang justru kau jerat begitu? Mengapa suaraku yang kau pangkas tanpa ampun? Bagaimana aku hidup bila segalaku telah dipaksa enyah? Bagaimana lagi aku mengabadikan diri di dunia yang telah terjungkir, yang buta dan malah mengelukan orang-orang bercaling?
Aku hanya inginkan mereka tahu, bahwa aku ada meskipun kecil dan tak banyak makna. Aku hanya inginkan mereka bebaskan kisahku, biar aku susun aksara-aksara agar nanti saat bulan sendiri yang memintaku kembali, keberadaanku tetap ada, tetap terkenang, dan abadi.
12/03/20.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERLINA
PoezieMaaf, sayap rumpangku lagi-lagi patah, derai-derai air mata luluh lantak, dan karang-karang kuatku kini seringkih sutra. Tetapi, inilah caraku untuk tetap hidup dan bertahan. Sebab, andai aku gagal membuat diriku terlihat, biar aksaraku yang mengab...