Lelaki itu menjemput dengan membawa sejumput rengut. Alisnya menukik tajam, sinar matanya merah, dan lengkung senyumnya yang tak sempurna. Jari-jemarinya teremat, sudut bibir bergetar, ada buih-buih didih tak kasat mata. Ia berkata kesal, lalu murka, karena seorang wanita yang tak tunduk pada perintahnya.
Kendati berwajah muram, ia tetap mencari pangkuan perempuan. Menjual tampang yang bagai raja, seolah ialah putra Aphrodite yang diturunkan dari angkasa. Langkahnya tidak tergesa, telapaknya dibalut kebijaksanaan, bahunya tegap bertabur wibawa.
Bunga-bunga menunduk malu, pun barisan para ratu yang tersipu. Lelaki itu melenggak, tiada sinisme yang tertinggal karena ia akan kembali mencari wanita baru. Memang siapa yang akan jatuh pada pelukan semendung itu? Jika lelaki tetap bertampang neraka, tidak ada yang menerima ajakannya bersyahdu.
Tetapi, itulah kedok yang utama. Menjerat dia-dia berparas elok. Karena si tampan ditakdirkan bersanding dengan si cantik, bukan? Maka, lelaki mendapatkannya. Paras ayu dengan sorot mata mendayu, menarik pikat, menggairahkan sekujur tubuh yang sudah panas sejak awal bertemu.
Apa kalian tahu julukannya?
Dia itu lelaki dalam belalai. Dia tidak pernah santai mempermainkam hati. Lelaki yang selalu haus dan mencampakkan gelas ketika dahaganya telah dituntaskan. Dia penikmat, pecandu surgawi wanita. Entah lelaki itu terlalu hebat bermuslihat atau wanita yang terlanjur terbutakan oleh parasnya; bukan hatinya.
Dia lelaki dalam belalai. Meraung dan meminta belaian dari tangan-tangan wanita, menari sampai lupa diri di pertemuan dua benua, lalu pergi tanpa meninggalkan sepucuk rasa. Lelaki itu perakit luka-luka, yang memberi cuka pada belah duka, pijaknya terlalu ringan, terlalu mudah untuk diberi maaf.
Dia lelaki belalai dan pantas musnah karenanya.
03/01/20.
Sumpah aku gatau ini nulis apa wkwkwkwk! Efek baca ff trus emosi :')
KAMU SEDANG MEMBACA
PERLINA
ŞiirMaaf, sayap rumpangku lagi-lagi patah, derai-derai air mata luluh lantak, dan karang-karang kuatku kini seringkih sutra. Tetapi, inilah caraku untuk tetap hidup dan bertahan. Sebab, andai aku gagal membuat diriku terlihat, biar aksaraku yang mengab...