61. Halaman Istimewa

24 2 2
                                    

12 Juni 2021. Ialah sederet tanggal keparat yang aku caci maki sampai saat ini. Menjadi salah satu noda merah terpekat dalam dua puluh tahun lebih aku bernapas. Menjadi realita yang kuberi sujud mohon untuk menjadi bunga tidur semata. Namun, tidak. Hari itu doaku seakan menguap dan langit sebagai penikmat air mataku yang jatuh menderas. Tiada ampun bagiku yang terus dipojokkan bayang-bayang kenyataan.

Pagi itu, aku benar-benar terbangun dengan
perasaan kacau luar biasa. Kabut mimpi masih tersisa, tahu-tahu aku sudah berkendara di jalanan dengan motor melaju kencang. Rasa-rasanya aku bisa mencelakai diri saat itu juga di jalanan karena kendaliku yang linglung dan kehilangan akal. Kala itu juga, aku menjadi manusia nol rasa gentar.

Bunda tidak baik-baik saja, sesuatu di dalam raganya berubah menjadi jahat. Lubuk hatiku sibuk menjerit ketakutan, bersamaan dengan rapalan doa yang kuungkap rakus, bahkan terlalu rakus untuk seorang manusia penuh dosa sepertiku. Aku bisa menjadi konyol karena praduga akan kehilangan, tetapi kekonyolanku sudah berada di taraf paling bodoh karena menginginkan jiwa ini untuk berpulang duluan. Ketakutan mengubahku menjadi manusia paling egois, mendadak tidak menghargai hidup yang telah diberi, dan abai pada kasih sayang yang membawaku bernapas hingga kini.

Rupanya, aku harus belajar lagi soal menerima dan mengikhlaskan.

Hampir tiga bulan. Bunda semakin baik dan terlihat semakin sehat. Aku tidak akan berhenti untuk membuat senyum dan tawamu terbit di setiap hari setelah badai yang kaujalani. Meskipun ini belum berakhir, kita akan berjuang bersama-sama. Maaf atas tangisanku di balik bilik ruang yang sempat kaudengar. Maaf untuk kepura-puraan yang sempat aku jalani di hadapanmu untuk menjadi kuat. Maaf untuk segala keinginanku yang bodoh atas dasar takut kehilangan.

Sebab itu, halaman ini akan aku dedikasikan sebagai penawar senduku yang terkadang masih tak mau hilang, sebagai peran utama, si sulung, dan wanita tangguh yang diharapkan untuk tegar di muka orang-orang. Tinta di atas kertas ini aku tulis dengan pena istimewa, yang telah kuberi pengharapan agar tak lagi tertulis ulang di buku cerita milikmu ataupun mereka yang tersayang.

Aku sayang bunda, lebih dari apapun yang ada di dunia.

06/09/2021

Terima kasih untuk teman-teman dan saudara tersayang karena telah menaruh yakin padaku untuk menjadi lebih kuat dari hari-hari sebelumnya.

Salam sayang untuk keluargaku karena telah berjuang tanpa melepas genggaman tangan.

Aku sayang kalian semua ❣️

PERLINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang