Kamu bahagia.
Kalimat itu sepintas mengisi rongga kepala, tidak terlalu lama singgah di benak sebab aku tahu, bahagiamu berarti kekalahanku.
Kekalahanku berarti kamu tidak memilih untuk ada di sisiku. Kamu menemukan yang terbaik, lebih baik dari aku, dan lebih baik dari apa yang pernah kamu harapkan. Aku kalah dan di titik ini, aku harus pergi dan tahu diri.
Kamu bahagia.
Bohong bila aku tidak merasakan sesak, tapi kukira... aku juga turut senang dengan kebahagiaanmu. Denyut nyeri dalam dada hanya sekejap. Sungguh tidak bisa dipercaya, kan? Tapi, itulah kenyataannya. Mungkin sebenarnya, jauh sebelum ini aku sudah mulai berhenti menginginkanmu. Semua menjadi cepat hilang, cepat pulih, cepat menerima. Kamu pantas bahagia dengan pilihanmu.
Aku juga berhak bahagia, meskipun saat ini hatiku baru saja kehilangan tuannya.
Tidak masalah. Aku masih bisa mencari bahagiaku, dengan caraku, seperti sekarang di mana kamu telah mendapatkan kebahagiaanmu.
Aku tidak berbohong saat aku bilang, aku juga bahagia atas cintamu. Kamu menemukannya, di tengah kemelut dunia yang meminta warganya berdiam diri di rumah. Wah, bagaimana caramu pendekatan dengan gadis di luar sana? Mungkin kamu harus ajari aku caranya nanti untuk mendapatkan sebuah cinta. Secara online, mungkin?
Hahaha, Jangan ditanggapi serius. Aku bercanda.
Intinya, aku hanya ingin mengucapkan selamat, dan aku akan menunggu sembari merajut kebahagiaanku pelan-pelan, bersama sosok yang juga menginginkan kebahagiaan bersamaku, dan itu... tidak lagi tentangmu.
10/06/20
KAMU SEDANG MEMBACA
PERLINA
PoésieMaaf, sayap rumpangku lagi-lagi patah, derai-derai air mata luluh lantak, dan karang-karang kuatku kini seringkih sutra. Tetapi, inilah caraku untuk tetap hidup dan bertahan. Sebab, andai aku gagal membuat diriku terlihat, biar aksaraku yang mengab...