Bolehkah aku meminta dekapmu? Sebentar saja, sampai dukaku luruh, sampai luka dapat sembuh dan kurengkuh.
Bolehkah aku mendengar mantra penenangmu? Barang sebait saja, tidak masalah. Diulang-ulang, sampai sakitku hilang, sampai denyutan hatiku lenyap tak berbekas.
Tangisku telah menjelma kemarau, ia tak dapat lagi membasahi pulau-pulau kering yang menggersang pada lapuknya kalbu. Haruskah, lagi dan lagi, aku mengemis setangkup air padamu? Apa kamu tidak mau datang tanpa pintaku lebih dulu?
Dahiku penuh peluh, hatiku mengelu-elu lenguh. Ada afeksi yang begitu besar, yang ingin aku dapatkan dengan segala keegoisanku.
I need a hug. Hanya pelukan. Sederhana sekali, kan?
Nyatanya, sesuatu yang sederhana kadang kala menjadi hal yang paling sulit kudapatkan.
03/02/20.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERLINA
PoetryMaaf, sayap rumpangku lagi-lagi patah, derai-derai air mata luluh lantak, dan karang-karang kuatku kini seringkih sutra. Tetapi, inilah caraku untuk tetap hidup dan bertahan. Sebab, andai aku gagal membuat diriku terlihat, biar aksaraku yang mengab...