58. Kekalutan Semestaku

40 2 0
                                    

Kamu ingin tahu kenapa aku kerap menghilang, hingga berkedok lupa arah pulang?

Aku menyelinap di antara hingar bingar semesta, berupaya meredakan isi kepala yang pengar, dan hati yang kerap bergejolak tak tenang. Orang-orang melihatku sebagai manusia tanpa banyak kata, sebagiannya menganggap aku penuh kelakar dan suka berjenaka, sisanya mengaku kalau aku adalah segalanya. Kadang, meskipun sudah diberitahu bahwa kasih sayang tumpah ruah terhadapku, diri ini masih merasa bersalah di atas rasa syukur yang tidak lupa aku kumandangkan. Kadang, fakta bahwa ada orang-orang yang menghargai dan mencintai keberadaanku tidak lantas membuatku tenang dalam rengkuh kehangatan.

Ada semesta kecil di dalam diriku yang sering kali dilupakan keberadaannya, eksistensinya dulu hampir tidak pernah teraba. Aku tidak tahu apa yang menyakitinya hingga memberontak dan membuatku kebingungan. Seberapa banyak sayang dan cinta yang mereka tujukan padaku, aku tetap merasa disimbah luka. Semesta dalam diriku tetap merasa dingin dan menggigil sebab kekalutan. Atas segala kasih yang orang-orang berikan, setiap detik dan menitku tak luput berujar maaf. Semesta kecil yang seharusnya bisa menjadi pondasi kuatku sebagai seorang manusia, nyatanya rentan rubuh dan tergoncang. Semesta luar menguatkan dan aku mencoba mengeratkan pelukan mereka karena masih ingin berjuang.

Itu mengapa aku kerap kali menghindar dari khalayak, membuat diriku seolah hilang, dan berpura-pura lupa jalan pulang. Mungkin dengan begitu aku dapat lebih mengerti keinginan semesta kecilku. Mungkin dengan begitu aku dapat lebih menguatkan diri dan belajar hidup sebagai hamba-Nya yang baik. Mungkin..., memberikan ruang pada diri akan membawaku pada arti ikhlas sebenarnya, menerima segala hal yang terlihat sulit tanpa mengelak kenyataan. Harapanku tidaklah semata untuk sebuah kata tenang. Tentu aku rindu tidur lelap, rindu bersenandung di hadapan banyak orang tanpa rasa cemas, dan tentu rindu bercengkerama dengan bentala tanpa bisik-bisik gelisah. Namun, jikalau aku masih harus terjaga dalam waktu yang lama, membutuhkan waktu lebih banyak sebelum memandang mata orang-orang, tidak apa-apa. Itu artinya aku masih harus berusaha karena harapanku saat ini hanyalah merajut kebahagiaan di sudut-sudut bibir orang-orang yang aku sayang.

27/03/21

PERLINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang