Dua belas

25 6 4
                                    

Hari ini semua siswa berkumpul di lapangan sekolah. Yap! untuk upacara. Semua osis menyiapkan upacara. Barisan PMR berada di paling belakang.

"Siap grak!" Pengatur barisan mulai menyiapkan barisannya.

Untuk saat ini anggota PMR junior belum bisa membantu PMR senior di belakang. Itu karena belum dilantik menjadi anggota tetap.

Varo berdiri tepat lurus di barisan kelas Intan. Ia sangaja agar bisa melihat Intan. Tetapi Intan tidak menoleh sedikit pun. Mungkin karena dia tau saat ini sedang upacara. Mungkin juga dia tidak tau kalau Varo berdiri dibelakang barisan kelasnya.

Upacara sudah selesai. Intan dan Mila dipanggil oleh guru olahraga. Mereka takut akan dihukum, karena guru olahraganya sedikit galak.

Saat Intan akan menghampiri guru olahraga di aula. Dia berpapasan dengan Varo yang sedang menuju ke kelasnya. Mereka saling menatap satu sama lain.

"Kalian mau kemana?" Varo menghentikan langkah kaki Intan dan Mila.

"Mau ke aula, dipanggil pak guru." Jawab Intan dengan sedikit menatap Varo.

"Ohh yaudah."
"Hati hati, gurunya galak." Varo berbisik tepat didekat telinga Intan dan sedikit meliriknya. Sontak Intan langsung mematung berdiri di tempatnya, Mila juga. Bukan karena mendengar bahwa gurunya galak, namun karena bisikan Varo yang sangat dekat dengan pipi Intan.

"Ekhemmm!" Batuk palsu dari Mila berbunyi.

"Apaansi." jawab Intan

"Yaudah gua balik ke kelas dulu." Varo mulai membunyikan suaranya lagi

"iya sana, ga ada yang ngelarang juga." Jawab Intan judes.

skip*

"Assalamu'alaikum." Intan dan Mila menyapa dengan salam.

"Wa'alaikumsalam.. Eh Intan sama Mila ya?" Jawab guru OR. Dan mereka mulai berfikir kalau 'gurunya ga segalak itu kok'.

"Pak guru manggil kita?" Tanya pada gurunya.

"Iya, langsung aja ya. Saya manggil kalian itu buat nawarin kalian untuk gabung tim basket perempuan yang ada disekolah ini. Kalian bersedia ngga?"

"Emm, sebenernya saya juga suka sama basket pak. Tapi saya ijin ke orang tua dulu boleh ga pak?" Intan menjawab dan Mila hanya mengangguk angguk saja.

"Ya boleh. Kalau Mila kan sekarang mau ijin ke ibu kamu juga boleh haha." Guru itu meledek Mila. Karena perlu diketahui, Ibu Mila itu bekerja disekolah favorit ini. Jadi sangat mudah untuk Mila meminta ijin kepada ibunya. Ibunya saat ini menjabat sebagai wakil kepala sekolah. Dia bernama Ibu Asih, guru bahasa Indonesia.

"Hehe iya deh pak." Mila ikut bercanda.

"Yasudah, kalau begitu kalian boleh pulang ke kelas kalian. Dan satu lagi, extrakulikuler basketnya hari Selasa pulang sekolah, dan setiap Sabtu pagi, semua atlet berada dilapangan untuk latihan, paham?

"Paham pak!" Jawab Intan dan Mila bersama.

******

Sesampainya dikelas.

"Tan mil, tadi kalian dipanggil ngapain? ga dihukum kan?" Tanya Vira dan Devi cemas.

"Engga tenang aja, kita kan murid patuhhh." Jawab Mila

"Idihhhhh!!" sahut Devi dan Vira bersamaan.

"Kita tadi dipanggil itu ditawarin buat gabung tim basket yang ada disekolah ini." Jawab Intan.

"Widihhhh, ada basket cewe juga?" Tanya Devi.

"Iya, gue juga baru tau."

"Wahh keren kalian, secara kalian emang tinggi si, yahh ideal deh. Tapi extra PMR ga lo buang kan tan?" Vira bertanya pada Intan.

BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang