7 ||BERKUNJUNG

13.8K 2.6K 67
                                    

LUKAS menatap adiknya yang berlarian tidak jelas sejak tadi. Dengan sesekali tertawa ngakak saat melihat sesuatu yang tidak wajar. Gadis cilik berusia 7 tahun itu sangat over aktif. Lukas bahkan rela diajak bermain sejak tadi subuh hingga menjelang siang hari.

"Adel, pulang yuk." Ujar Lukas pada adiknya.

"Enggak mau. Kakak lemah banget baru sebentar masa udah capek?" Gerutu Adel.

Baru sebentar, ya?

"Kita disini udah dari subuh loh. Sebentar apanya?"

Adel menunduk sedih, memainkan kerikil dengan sepatunya. Sudah menjadi kebiasaannya saat sedih.

"Kalau gitu, anterin Adel ke rumahnya kakak cantik yang nolongin Adel kemarin."

Hana?

Lukas tampak berpikir sejenak. Tidak ada salahnya kan mengantarkan Adel ke rumah gadis itu? Lagi pula adiknya ini sangat rewel jika keinginannya tidak dipenuhi.

"Yaudah, ayo." Ucap Lukas pasrah membuat Adel memekik kegirangan. Ia menggandeng tangan kecil Adel lalu menggiringnya menuju mobilnya terparkir.

"Untung gue pernah nganterin Hana." Lukas cukup bersyukur karena telah mengetahui alamat Hana. Ia mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

◎◎◎◎

"LUKAS?!"

Sudah Lukas pastikan kalau Hana akan bereaksi berlebihan. Bahkan sekarang, cewek itu menepuk pipinya berkali-kali lalu mencubitnya kencang.

"Aw!" Pekiknya.

"Sukur." Ejek Lukas datar.

"Ini beneran Lukas jodoh gue, kan?" Beo Hana, matanya ia kucek beberapa kali.

"Iya kak, bener." Suara kecil itu berhasil menyadarkan Hana. Ia menoleh ke bawah, mendapati Adel dengan senyum lebarnya dengan tangan membawa boneka Dora.

"Adel?"

"Iya kak?"

Hana manggut-manggut, "Ternyata gue nggak mimpi."

Lukas memutar bola matanya malas, "Adel minta dianterin."

"Kamu kangen sama kakak cantik?"

Lukas berdecih. Perempuan ini begitu percaya diri sekali.

Adel terkekeh lalu memeluk kaki Hana, "Iya kakak cantik. Adel kangen."

Karena gemas melihat tingkah laku Adel, Hana beralih menggendongnya, "Kamu mau main, nggak? Kakak punya banyak banget boneka Dora. Kamu suka sama kartun Dora, nggak?"

Adel mengangguk antusias, "SUKA!" Jawab Adel semangat.

"UWAH!!! KITA SAMA ADIK IPAR." Jawab Hana tak kalah heboh yang langsung mendapat pelototan tajam dari Lukas.

"Iya kakak ipar." Jawab Adel.

Hana berdecak kagum, ia kira Adel tidak tahu maksud 'adik ipar' yang disebutnya tadi. Tapi ternyata adik kecil Lukas ini sudah mengetahuinya.

"Mau ke kamar kakak nggak?" Tanya Hana yang langsung mendapat jawaban antusias dari Adel.

"MAU!"

"Ayo masuk jodohku, di rumah cuma ada Bibi doang."

Lukas tak membalas, ia mengikuti dua perempuan rese yang pernah ia temui.

Kamar Hana terletak di Lantai dua. Hana itu maniak Dora. Bahkan, di depan pintu gadis itu terdapat gambar Dora dengan monyetnya dengan ukuran yang besar nyaris memakan tempat setengah pintu.

Setelah dibuka,

Uwah!

Kamar Hana penuh dengan boneka Dora. Dimana-mana ada gambar wajah Dora, mulai dari sprei, lampu tidur, gambar-gambar wajah Dora menghiasi kamar cewek itu.

"Kamar kakak bagus banget." Adel berdecak kagum.

Bagus dari hongkong? -Batin Lukas.

Hana menurunkan Adel ke atas kasur laku menepuk dadanya bangga, "Siapa gitu loh yang desain. Kak Hana."

Lukas menahan tawanya.

"Lukas, lo bisa duduk di sofa itu. Gue ambilin minuman bentar. Adel, kakak ke dapur dulu, ya?"

"Ay-ay Captain!"

Hana terkekeh, "Adeknya lucu, kakaknya galak banget kayak harimau. Haw!!"

Lukas berdecak, "Ck. Serah."

"Enggak-enggak. Gitu aja ngambek. Hana ke dapur dulu, ya? Nggak boleh kangen. Bentar doang, dadah!" Goda Hana lagi.

Adel yang melihat hal itupun terkekeh lain halnya dengan Lukas yang menatap tajam Hana yang sudah ngacir menuju dapur.

"Kakak cantik baik banget deh." Gumam Adel sambil memandangi isi kamar Hana yang sangat rapi dan bersih.

"Kak Hana, Del." Koreksi Lukas.

Dahi Adel mengerut, "Kenapa? Kak Hana kan emang cantik. Makanya Adel panggil 'kakak cantik'. Manis cocok sama Kak Lukas yang galak."

Astaga.

Lukas tidak pernah mengajarkan Adel seperti itu. Pasti adiknya mengerti istilah-istilah jaman sekarang itu dari youtube.

"Kamu masih kecil, Del. Jangan ngomongin yang begituan."

"Kenapa?" Tanya Adel dengan polosnya, "Disekolah aja Adel sering dipacar-pacarin sama Dewa."

Ya Allah,

Beri kesabaran lebih untuk Lukas.

◎◎◎◎

Mereka bertiga kedinginan. Karena keinginan Adel yang tidak bisa diganggu gugat, Hana dan Lukas terpaksa ikut hujan-hujanan. Bukan, sih. Lukas saja yang terpaksa.

Untungnya, di rumah ada pakaian kakak laki-laki Hana. Sedangkan Adel memakai pakaian keponakannya.

Teh hangat yang menemani perbincangan receh mereka. Ralat, tepatnya Hana dan Adel saja. Lukas sedari tadi hanya diam sesekali berdehem menjawabi pertanyaan yang dilontarkan.

"Hujannya udah reda. Gue sama Adel pulang dulu. Makasih buat hari ini." Ujar Lukas pada Hana yang berniat pulang.

Raut wajah Hana berubah lesu, "Yah! Gue kesepian lagi, deh."

Melihat itu, Adel merangkul lengan Hana manja, "Nggak papa Kakak cantik, nanti kapan-kapan Adel kesini lagi."

Hana tersenyum, mengusap lembut kepala Adel dengan sayang, "Janji, ya?"

"Janji!"

Walaupun kepala Hana sedari tadi sudah nyut-nyutan, namun dirinya masih tetap mengobrol riang dengan Adel. Hana paling tidak bisa disuruh hujan-hujanan. Asisten rumah tangga Hana sudah melarangnya, tapi memang dasarnya Hana yang bandel tidak mau menurutinya.

Hana terkekeh, "Ayok Kakak anterin ke depan."

Mereka bertiga berjalan keluar rumah, menghampiri mobil Lukas yang terparkir di halaman rumah Hana.

"Kalian hati-hati ya? Dadahh!"

Hana melambaikan tangannya, menatap Kakak beradik itu dengan sendu. Baru saja ia merasa tidak kesepian, namun waktu sungguh kejam hingga merebutnya.

Tak apa.

"DADAH KAKAK CANTIK!"

Setelah itu, mobil Lukas pergi dari hadapan Hana.

Dalam hati, Lukas berkata, bukan sembarang orang yang Adel sukai.

◎◎◎◎

Salam,

Ia💟

HALU(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang