25||SANDARAN LUKAS

9.9K 1.9K 39
                                    

Terkadang, senyum palsu itu perlu
untuk sekedar menutupi hati
yang sedang pilu.

*****

Sekarang semuanya benar-benar telah berubah. Tembok pembatas seakan menjadi penghalang antara kedua sahabat itu. Tak ada lagi percakapan unfaedah yang biasa mereka lakukan, tak ada lagi canda tawa yang mereka ciptakan, dan tak ada lagi keluh kesah yang selalu mereka ungkapkan. Yang ada kini hanya rasa canggung dan enggan bertatap muka langsung.

Rahel pindah bangku ke depan membuat Hana kini duduk bersebelahan dengan Abel. Hana masih marah dengan semua yang dilakukan Rahel. Awalnya Hana tidak menyangka sahabatnya itu akan melakukan ini semua. Tapi dari bukti yang dirinya temukan sudah menjadi teori kuat yang mengatakan kalau Rahel pelakunya. Beberapa teman sekelas mereka berbisik-bisik membicarakan perseteruan antara Hana dan Rahel yang biasanya seperti saudara kembar.

"Nggak usah dipikirin." Ujar Abel yang kini tengah bermain game online di ponselnya.

"Gimana nggak dipikirin sih, Bel? Lo nggak tahu rasanya dikhianatin sama sahabat sendiri. Rasanya sakit. Sakittt banget."

Abel menutup game online-nya lalu beralih memegang kedua pundak Hana dengan tatapan serius. "Gue jauh lebih tahu tentang apa yang lo rasain. Karena gue, pernah dikhianatin sama orang yang gue sayang. Rasanya lebih dari yang lo rasain, Hana." Setelah mengatakan itu Abel keluar kelas meninggalkan Hana yang masih bingung. Gadis tomboy itu memang sering membuatnya bingung dengan kata-katanya.

Hana menghela napas panjang. Matanya kembali memanas mengingat kejadian-kejadian yang mengganggunya akhir-akhir ini. Ketika matanya menatap sebatang coklat di hadapannya, hati Hana merasa sedikit tenang setelah melihat siapa yang memberi coklat itu padanya.

"Aku udah tahu semuanya. Jangan terlalu larut dalam kesedihan. Nggak baik. Mencoba memaafkan nggak ada salahnya, kan?" Ujar Lukas yang kini berdiri di depan Hana.

Mendengar perkataan Lukas, mata Hana kembali memanas. Bulir air mata kembali jatuh mengenai pipinya. Lukas yang melihat itu pun tidak tega lalu merengkuh tubuh Hana kedalam pelukan hangatnya.

"Na? Semua masalah pasti ada solusinya. Pasti ada alasan kenapa Rahel ngelakukin itu semua, kan? Jujur aja sih aku nggak percaya kalau dia yang ngelakukin ini semua."

Lukas bisa merasakan seragamnya basah akibat air mata gadis itu yang tidak ada henti-hentinya. Lukas yakin selama ini Hana hanyalah seorang gadis rapuh yang mencoba menutupinya melalui senyum cerianya. Rasa ingin melindungi gadisnya itu semakin meningkat dalam tekad Lukas.

"Jangan sedih. Karena tangis kamu, berhasil jadi kelemahan buat aku."

****

"Mau es krim nggak?" Tanya Lukas pada Hana yang kini asik memakan coklatnya. Benar kata orang-orang kalau coklat bisa menghilangkan kegalauan.

Hana mengangguk antusias, "Mau!" Jawabnya bersemangat. Lukas terkekeh lalu tersenyum sebelum pergi untuk membeli es krim yang tidak jauh dari tempat duduk mereka.

Setelah beberapa saat, akhirnya Lukas kembali dengan dua es krim di tangannya. Hana langsung berbinar melihatnya.

"Makasih, pacar." Hana merebut kedua es krim itu dengan cepat dari tangan Lukas.

Lukas menggelengkan kepalanya saat melihat Hana yang begitu rakus memakan es krimnya. Bibir mungilnya belepotan penuh es krim. Lukas berdecak saat gadis di depannya kini memang tidak mempunyai rasa malu sedikitpun.

"Pelan-pelan, Na."

Hana yang mendengar itu seketika menghentikan aktivitas memakan es krimnya. Ia nyengir sebentar kemudian melanjutkan dengan dua es krim di tangannya. Karena gemas, Lukas menarik sebelah pipi Hana hingga memerah. Hana memekik kesakitan lalu mengusap pipinya berharap menghilangkan rasa perih di pipinya. Dengan sekali gertakan, Hana membalas Lukas dengan menarik hidung mancung milik cowok itu. Hana terbahak kala melihat wajah konyol Lukas.

"Sumpah, baru kali ini aku lihat muka konyol kamu, hahhahahaha......" Hana masih terus menertawakan Lukas. Tapi tidak dengan cowok itu. Lukas hanya menatap Hana datar.

Karena tawa Hana tidak kunjung berhenti, dengan geram Lukas menggendong Hana hingga membuat gadis itu terpekik kaget dan membuat es krimnya yang tersisa sedikit itu terpental ke tanah mengenaskan.

Tak sampai disitu, Lukas membawanya berlari mengitari taman hingga membuat orang yang melihatnya merasa bahwa mereka adalah pasangan yang romantis.

Keduanya tertawa bersama hingga Lukas merasa lelah dan akhirnya memutuskan untuk duduk di bawah pohon. Senyum di bibir Hana merekah sempurna. Sesaat, rasa sedihnya tergantikan oleh rasa bahagia.

"Lukas." Panggil Hana.

"Hm?"

"Aku....boleh nyender ke kamu?"

Lukas menghadap ke samping menatap Hana serius. Tangannya bergerak menyenderkan kepala Hana di dadanya. "Nyender aja. Kapan pun kamu butuh, aku bakal pinjemin. Gratis."

Sumpah! Hana benar-benar meleleh saat ini.

*****

Setelah mengantarkan Hana pulang Lukas memutuskan untuk langsung kembali ke rumahnya. Setelah menaruh montornya di garasi, Lukas berjalan masuk ke dalam.

Telinganya terasa panas saat mendengar teriakan kedua orang tuanya. Lukas sudah menduga kalau hari ini akan ada pertengkaran hebat antara kedua orang tuanya. Karena hari ini mereka pulang ke rumah.

"Pokoknya mama minta cerai!"

Ucapan pedas dari mamanya itu membuat jantung Lukas berdegup kencang. Dengan langkah cepat Lukas menghampiri kedua orang tuanya yang sedang beradu mulut di ruang tamu. Dilihat dari wajahnya, keduanya terlihat sangat marah bahkan urat wajahnya terlihat menonjol.

"Aku sudah tidak tahan dengan pernikahan ini, pa! Untuk apa dilanjutkan?"

"Pernikahan ini bisa dilanjutkan kalau saja mama tidak berpikiran negatif tentang papa."

Ranti mendelik, "Negatif apanya? Masih mau mengelak? Jelas-jelas dalam foto itu papa berduaan sama wanita lain di cafe!"

Samuel mengusap wajahnya kasar. "Harus ngomong pakek bahasa apa lagi, ma? Papa nggak selingkuh! Dia hanya temen kerja papa."

"Alasa klasik!"

"CUKUP!"

Ucapan Lukas yang terdengar menggelegar itu membuat sepasang suami istri itu menghentikan aksi adu mulutnya. Lukas menatap Samuel dan Ranti emosi.

"Kenapa kalian selalu berbicara tentang perceraian? Apa menurut kalian itu solusi yang bagus? Pikirkan Adel yang masih kecil. Apa nggak bisa kalian bayangkan sedikit saja kalau Adel jadi anak broken home korban dari keegoisan kalian?" Ujar Lukas.

"Terus kalau rumah tangga ini sudah berantakan dan tidak bisa diperbaiki mau gimana lagi, Lukas?" Sahut Ranti.

"Bisa. Bisa kok. Kalau kalian ada yang mau ngalah dan nggak saling egois."

Ucapan Lukas berhasil membuat Samuel dan Ranti mati kutu. Sesaat mereka saling tatap lalu memalingkan muka karena merasa muak satu sama lain.

Namun, tanpa keduanya sadari bahwa dalam hati masing-masing masih ada keinginan untuk mempertahankan rumah tangga mereka yang sudah berada di ujung tanduk.

*****

Next?

Follow instagram @iiiitaaaa_12

Salam,

Ia❤

HALU(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang