Gadis cilik berambut panjang itu berjalan riang mengitari lapangan dengan tangan yang menggenggam erat permen lollipop kesukaannya. Matanya berbinar menatap ke sekeliling. Banyak gerombolan manusia di tempat yang sekarang Hana kecil pijaki. Sebelah tangannya yang tidak memegang permen, digandeng Ayahnya.
Hana menatap ke atas, ingin berbicara kepada Maminya. "Mami..." Panggilnya.
Maria tersenyum lalu mengelus puncak kepala Hana dengan penuh kasih sayang. Membenahi letak pita kuning anak kecilnya yang terbalik. "Apa sayang?" Tanyanya lembut.
"Permen Nana jatuh," Gadis cilik itu menatap malang permen lollipopnya yang jatuh ke tanah lapang pasar malam itu.
"Loh permen Nana jatuh?" Tanya Arga.
Hana mengangguk lesu, bibirnya mengerucut karena baru mencicip sedikit permen lollipop kesukaannya.
"Mau Ayah beliin?"
Mendengar tawaran Ayahnya, Hana mengangguk antusias. Arga terkekeh lalu ijin pergi untuk membelikan lollipop di toko permen seberang. Sambil menunggu Ayahnya yang ingin membeli permen untuknya, Hana dan Maria duduk di kursi saat itu.
Keduanya saling berbincang ria. Tapi hal itu tidak berlangsung lama setelah bunyi hantaman keras yang mengejutkan mereka berdua.
Refleks keduanya menengok ke belakang. Dan saat itu juga, dunia keduanya seolah runtuh melihat pahlawan dalam keluarga terbaring mengenaskan di pinggir jalan dengan darah yang melumuri tubuhnya.
Dan sejak saat itu, Hana benci dengan lollipop.
*****
"Mami...." Erangan kecil keluar dari mulut Hana. Matanya mengerjap mencoba menyesuaikan pupil dengan cahaya. Pusing hebat mendera kepalanya. Setengah dari tubuhnya seolah mati rasa. Hana melihat ke sekeliling. Serba putih.
"Hana? Kamu udah sadar?" Tanya Lukas setelah melihat Hana yang sudah membuka matanya. Hana yang melihat Lukas pun tersenyum walau tipis. Bibirnya sobek hingga terasa perih.
"Mami mana?" Tanyanya. "Dia baik-baik aja 'kan?"
Debaran jantung Lukas bertambah cepat. Bagaimana dirinya harus menjelaskan tentang keadaan Maria kepada Hana? Lukas tidak ingin gadis itu merasa sedih. Sudah cukup penderitaan Hana selama ini. Tapi kenapa takdir seolah tidak menghendaki?
Kematian Maria.
Ya, kematian Maria.
Ibunda Hana.
"Mami aku mana Lukas!" Hana bertanya tidak sabar setelah melihat Lukas yang hanya diam saja. Pemuda tampan itu seolah membisu tidak bisa memberi alasan satu kata pun.
"Na. Kamu istirahat dulu. Nanti aku kasih tahu kabar Mami kamu." Ujar Lukas mencoba mengalihkan perhatian Hana. Apa yang harus dirinya lakukan sekarang? Matanya yang biasanya menyorot tajam kini berubah sendu.
"Enggak! Aku nggak mau! Aku mau ketemu Mami sekarang!"
Gadis itu hampir melepas infusnya kalau saja Lukas telat mencegahnya. Lukas tahu apa yang dirasakan Hana sekarang. Panik, khawatir, ketakutan. Semua melebur menjadi satu. Satu kenyataan pahit kembali hadir melengkapi takdir.
Kecelakaan tadi, menyebabkan Maria tewas di tempat tak terselamatkan. Maria tidak mengeluarkan banyak darah tetapi wanita itu mengalami luka dalam. Berbanding terbalik dengan Hana yang mendapat banyak luka namun masih bisa terselamatkan.
Hana mulai panik, air matanya menetes deras memohon agar Lukas mau mengantarnya kepada Maminya. "Lukas, aku mohon."
Lukas tidak tega sekarang. Melihat wajah memelas Hana dengan sorot mata penuh luka, sukses menjadi kelemahannya. "Mami kamu udah tenang disana, Na."
Hana menggelengkan matanya tak percaya. Derai air mata semakin deras mengalir dari matanya. Tubuhnya seolah tak ada lagi daya. "Kamu bohong 'kan?"
"KAMU BOHONG 'KAN LUKAS? JAWAB AKU LUKAS!"
Lukas menarik Hana dalam pelukannya. Beberapa kali mengecup keningnya mencoba untuk memberikan kekuatan tidak peduli dengan Hana yang terus memukul dadanya.
Namun setelah itu, pukulan Hana tak lagi terasa. Tubuh gadis itu merosot.
Hana pingsan.
*****
Setelah pemakaman Maria, Hana kembali jatuh pingsan lagi. Hana benar-benar berada dalam titik terendah saat ini. Beberapa kali gadis itu pingsan. Memaksa ikut ke pemakaman Maminya walaupun kondisinya tidak memungkinkan. Hana sama sekali tidak mau makan. Padahal Lukas sudah mencoba semua cara.
"Na? Bang El dateng, kamu nggak seneng?" Tanya Elang. Pemuda itu adalah anak dari kakak Maminya. Dari kecil mereka selalu bersama, namun setelah mereka berdua beranjak dewasa, Elang diajak pindah orang tuanya ke Amerika Serikat dan menetap disana. Setelah kepergian Elang, Hana merasa kesepian. Tak ada lagi cowok usil yang sering menganggunya mengingat rumah mereka yang memang bersebelahan.
Pandangan mata Hana hanya menatap kosong ke depan. Mulutnya terkunci rapat enggan bersuara. Sekarang, lengkap sudah penderitaannya.
"Harusnya Bang El nggak usah balik." Ujar Hana pelan.
Elang dan Lukas mengernyit bingung mendengar penuturan Hana. "Aku 'kan pembawa sial." Ujarnya kemudian disertai dengan kekehan.
Elang menggeleng cepat, "Kamu sama sekali nggak buat sial Na. Kamu itu pembawa keberuntungan." Sergah Elang cepat.
Hana menatap Elang. "Keberuntungan, ya? Dengan membuat Ayah sama Mami meninggal, itu namanya keberuntungan?" Hana semakin berbicara ngelantur. "Kamu juga Lukas. Ngapain kesini? Kita udah putus 'kan? Bukannya kamu nggak mau pacaran sama anaknya pelakor?"
Lukas menggelengkan kepalanya. "Na, aku percaya sama kamu. Semua berita itu nggak bener dan aku udah tahu kebenarannya. Aku emang sempet percaya sama berita itu, tapi nggak ada niat apapun buat aku mutusin kamu, Na." Ujar Lukas.
"Terus kemarin yang ngomong kita putus siapa? Orang gila? Ngaco kamu!"
"Aku terpaksa, Na. Aku terpaksa ngelakukin itu semua karena Mama aku pengen menghancurkan keluarga kamu."
"Nggak dihancurin juga, keluarga aku emang udah hancur 'kan? Aku udah nggak punya Ayah, nggak punya Mami, nggak punya kamu, nggak punya temen, aku sendirian sekarang! Aku benci, benci, benci sama diri aku sendiri!" Hana memukul pahanya sekuat tenaga. Melampiaskan amarah yang bergemuruh di dadanya. Lukas dan Elang mencoba menghentikan. Tetapi justru Hana semakin menggila.
"Lang, mending lo keluar dulu." Ujar Lukas akhirnya. Elang pun menurut dan berjalan meninggalkan mereka berdua.
"HANA STOP!"
Lukas merengkuh tubuh ringkih itu. Mengusap punggungnya mencoba menyalurkan kekuatan. "Aku mohon jangan kayak gini, Na. Apapun yang terjadi, aku bakal ada di samping kamu. Aku cinta sama kamu, Na."
Dan ini, untuk kali pertamanya, Lukas menyatakan cinta kepada Hana.
****
Semua teman-teman Hana datang silih berganti. Mengucap turut berduka cita juga kata maaf dari mereka. Semua sudah mengetahui mengenai masalah yang terjadi. Tak seharusnya mereka bersikap seperti itu hingga membuat Hana hancur saat ini. Clara yang merupakan dalang dari semuanya, bersiap menerima konsekuensi dari Hana. Dirinya menyesal telah melakukan ini semua.
Bahkan sekarang, semua teman-teman Hana berkumpul di pelataran rumahnya dengan membawa spanduk besar bertuliskan "KAMI SEGENAP WARGA SMA CAKRAWALA MENGUCAPKAN MAAF YANG SEBESAR-BESARNYA KEPADA MIRACLE HANA LIOW DAN BERJANJI TIDAK AKAN MENGULANGI LAGI."
Juga beberapa spanduk lain yang bertuliskan "KAMI INGIN HANA KEMBALI SEBAGAI WAKIL KETUA OSIS SMA CAKRAWALA"
Hana tersenyum tipis menatap mereka yang berdiri di pelataran rumahnya dengan wajah penuh sesal. Hana masih punya mereka.
Ya, masih memiliki mereka.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
HALU(Completed)
Teen FictionIni menceritakan tentang kisah percintaan seorang gadis yang memiliki tingkat halusinasi tinggi. Dirinya percaya kalau halu yang tercipta akan berubah menjadi nyata. Perjuangan yang dirinya lakukan menjadi awal sebuah hubungan. Hana percaya kepada T...