4 ||KECEWA

16.2K 2.8K 60
                                    

Hana berjalan riang dengan senyum lima jari yang tercetak jelas di bibirnya. Wajahnya terlihat semakin bersinar. Tangannya menenteng sebuah paper bag yang berisi sandwich. Hana berniat memberikannya kepada Lukas.

Cewek itu memasuki kelas Lukas, ternyata seseorang yang sedang dicarinya kini tengah serius membaca buku.

Hana berjalan mendekati Lukas, ia menarik bangku di depan meja Lukas lalu memutarnya kemudian mendudukinya.

Tangan kanannya menyangga dagu, melihat si tampan yang tengah serius mencoret-coret sesuatu di bukunya.

"Pagi Lukas." Sapa Hana riang.

Lukas mendiamkannya, cowok itu masih tetap berkutat dengan bukunya. Ia sama sekali tidak suka diganggu saat belajar.

"Gue bawain sarapan buat lo, makan ya?" Ujar Hana. Dirinya mulai membuka isi dari paper bag itu, mengeluarkan kotak bekal lalu mengambil isinya.

"Lukas, berhenti dulu. Gue udah bela-belain buat ini tadi pagi. Masa lo nggak mau makan?"

Hening.

Masih tak ada sahutan dari Lukas.

Hana menarik napas dalam kemudian tersenyum, "Oh, lo minta di suapin sama gue? Bilang dong."

Hana mengarahkan sandwich buatannya ke arah mulut Lukas.

"Aaaaaaa."

Brakkk

"Lo bisa diem nggak, sih?! Gue paling nggak suka diganggu waktu belajar! Mending sekarang lo pergi daripada gue makin muak sama lo!" Ujar Lukas marah, guratan kekesalan muncul di wajahnya.

"Tapi-"

"Pergi!"

"Tapi ini-"

"GUE BILANG PERGI HANA!"

Hana tersentak kaget, dengan tangan gemetar ia memasukkan kembali sandwich itu kedalam kotak bekal lalu memasukkannya ke dalam paper bag.

"Maaf." Hanya kata itu yang terlontar dari mulut Hana. Ia mulai berjalan meninggalkan kelas Lukas dengan kepala menunduk. Malu, kecewa, merasa bersalah, semua bercampur menjadi satu.

Bisik-bisik dari teman sekelas Lukas mulai terdengar. Kaum cewek mulai menggosipkan Hana yang tidak tahu malu.

Dari kejauhan, Reyhan dan Nova melihat Hana yang keluar dari kelas mereka dengan kepala menunduk itupun segera menghampiri.

"Pagi, Na. Lo kenapa kok sedih gitu?" Tanya Nova.

Hana hanya diam, ia menunjuk paper bag yang ada ditangannya. Seketika hal itu membuat Nova paham.

"Oh, ditolak lagi? Buat gue aja gimana? Kan sayang."

Hana mendongak, menatap Nova dengan senyum tipis, "Ambil aja."

Nova menerimanya dengan senang hati. Melihat itu, Reyhan menggeplak kepalanya, "Dasar modus. Bilang aja dari tadi kalau mau minta makanan Hana. Pakek tanya-tanya segala." Nyinyir Reyhan.

Hana terkekeh, mereka berdua lucu sekali.

"Nggak papa. Yaudah gue pergi dulu. Bye Rey, bye Nov." Ujar Hana seraya melambaikan tangannya di sela-sela larinya.

Reyhan menatap punggung mungil gadis itu, kemudian menarik napas dalam, "Gue heran, cewek sebaik Hana bisa-bisanya di sia-siain Lukas." Gumamnya.

Nova mengangguk, "He'em. Mungkin, suatu saat bakal ada karma. Semacam, saat Lukas mulai mencintai Hana, tapi Hana malah pergi ninggalin dia."

Reyhan terkekeh, "Kenapa tiba-tiba pikiran lo mendadak kayak orang dewasa? Kesambet apa tadi subuh?"

Nova menempeleng kepala sahabatnya itu, "Yeuu dodol!"

Mungkin, yang dikatakan Nova ada benarnya juga, kan?

◎◎◎◎◎

Rabu ini Hana lalui tanpa rasa semangat sedikitpun. Moodnya hancur sejak tadi pagi. Bahkan sekarang, angkot yang ditunggunya pun tak kunjung datang. Hana memutuskan berjalan kaki saja. Mukanya yang sudah lesu pun menjadi tambah lesu. Terkesan imut di wajahnya. Jika dia mau menerima ajakan pulang dari cowok sedari tadi, pasti dirinya sudah rebahan mantul di kasurnya yang empuk.

"Jodohku hari ini lagi PMS kayaknya." Hana mengerucutkan bibirnya. Matanya mengedar ke sekitar, terkejut saat mendapati anak kecil yang jatuh dari sepeda. Hana berlari menghampiri gadis cilik yang duduk lemah di pinggir jalan sambil menangis.

"Dek, kamu nggak papa?" Tanya Hana khawatir, dirinya semakin khawatir kala melihat lutut gadis cilik itu yang berdarah.

"Astagfirulloh." Pekik Hana.

Hana mengeluarkan kotak P3K dari dalam tasnya. Ia selalu berjaga-jaga, kala terjadi kejadian seperti saat ini.

"Kakak obati dulu, ya? Janji nggak bakal sakit." Gadis itu mengangguk.

Setelah itu, Hana mulai membersihkan luka gadis itu lalu mengobatinya dengan telaten. Raut wajahnya terlihat begitu serius.

"Selesai." Ucap Hana akhirnya setelah dirasa pekerjaannya sudah selesai.

Gadis cilik itu sudah berhenti menangis, ia menatap Hana seraya tersenyum, "Makasih kak."

Hana mengangguk, "Iya sama-sama lain kali hati-hati, ya? Nama kamu siapa?"

"Namaku Adel." Jawab gadis itu.

Hana manggut-manggut, "Oh Adel. Rumah kamu mana?"

Adel menunjuk sebuah rumah besar yang berada di sebrang jalan, "Itu rumah aku kak.

"Biar kakak anterin, ya? Kamu bisa jalan nggak? Biar kakak yang bawa sepeda kamu."

"Bisa kok."

Mereka berdua berjalan menyebrangi jalan. Saat sudah sampai di depan rumah Adel, Hana segera memencet bel rumah karena di depan sama sekali tidak ada satpam.

Tak lama kemudian, pintu rumah itu terbuka, menampilkan cowok tampan dengan kaos polos warna putih juga celana jeans pendek disertai rambutnya yang acak-acakan.

Hana melebarkan matanya, "LUKAS?"

◎◎◎◎◎

Follow instagram aku @iiiitaaaa_12

Salam,

Ia💟

HALU(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang