Seharusnya, tidak usah cinta jika tak ingin luka.
Seharusnya, tidak usah mendekat jika tak ingin tersesat.
Seharusnya, tidak usah berharap jika tak ingin SAKIT SARAP!****
Pasca pulang dari taman, Hana hanya duduk-duduk saja di kursi belajarnya. Tangannya sibuk mencoretkan pena ke dalam buku diary super tebalnya. Ia menulis semua peristiwa yang terjadi hari ini pada buku diarynya tersebut. Jujur saja, Hana masih kepikiran tentang Rahel. Namun kata-kata Lukas tadi juga masih bersemayam di dalam otaknya hingga membuat tubuhnya merespon panas dingin.
"Tangan gue sampai dingin. Padahal cuma mikirin wajah gantengnya pacar." Hana berucap. Tangannya sekarang memang terasa dingin. Sudah menjadi kebiasaan bila sedang memikirkan Lukas, tangan dan kakinya pasti terasa dingin.
Sebuah notifikasi dari ponsel yang kini berada di samping tangannya berhasil mengalihkan perhatian Hana. Diambilnya ponsel itu dengan segera. Matanya membulat saat melihat nama Lukas Ganteng tertera disana. Ini pertama kalinya Lukas mengirim pesan duluan.
Lukas Ganteng
Udah tidur?
Dengan jantung yang berdebar kencang, Hana membalas chat dari Lukas dengan cepat.
Belum. Tumben chat duluan. Biasanya nggak pernah bales chat dari Hana.
Lukas Ganteng:
Aku kerumah kamu sekarang.
Hana melebarkan matanya setelah membaca chat dari Lukas. Kesambet apa cowok itu hingga tiba-tiba mengiriminya pesan lalu berkata ingin kerumahnya sekarang?
Atau jangan-jangan-
Hana menepuk keras pipinya mencoba mengenyahkan pikiran ge-er nya yang berkata kalau Lukas merindukannya.
Tak lama setelah Hana berkutat dengan pikirannya, suara bel rumah terdengar ke telinga. Hana bergerak cepat turun kebawah untuk membukakan pintu karena ia yakin kalau Bi Sarmi sudah tidur walau jam masih menunjukkan pukul 8.
Saat Hana membuka pintu rumahnya, ia langsung disuguhi pemandangan Lukas yang hanya mengenakan kaos putih polos dan celana jeans pendek juga rambut yang berantakan. Hana meneguk salivanya susah payah ketika melihat wajah Lukas yang selalu tampan setiap saat.
Namun pikiran itu segera dirinya hanguskan saat menyadari raut wajah Lukas yang seperti sedang mendapat masalah.
"Lukas kok tumben tiba-tiba dateng?" Tanya Hana.
Tidak ada respon dari Lukas. Cowok itu kemudian duduk di kursi teras rumah Hana tanpa ada niatan untuk menjawab. Pandangan matanya kosong ke depan.
Hana ikut duduk di samping Lukas. Bulu kuduknya meremang merasakan hawa tidak baik yang berasal dari Lukas. Cukup lama mereka terdiam. Hana yang biasanya mengoceh seperti burung pun mendadak mati kutu takut memulai pembicaraan.
"Aku lagi dapet masalah." Suara berat Lukas memecah keheningan diantara mereka. Hana langsung menoleh ke arahnya, namun Lukas tetap memandang kosong ke depan.
"Kalau Lukas lagi ada masalah, nggak papa kok kalau mau cerita ke Hana. Aku siap dengerinnya." Jawab Hana disertai senyum tipis di bibirnya.
Jawaban dari Hana membuat Lukas menoleh kearahnya. Ditatapnya Hana yang kini memakai piyama berwarna ungu dengan pita kuning yang selalu menempel di sisi kepalanya.
Melihat senyum dari Hana yang semakin lebar, tanpa sadar Lukas ikut tersenyum walau tipis. Ia menepuk pelan puncak kepala Hana lalu mengelusnya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALU(Completed)
Novela JuvenilIni menceritakan tentang kisah percintaan seorang gadis yang memiliki tingkat halusinasi tinggi. Dirinya percaya kalau halu yang tercipta akan berubah menjadi nyata. Perjuangan yang dirinya lakukan menjadi awal sebuah hubungan. Hana percaya kepada T...