18 ||LAGI?

10.1K 2.1K 56
                                    

HAPPY READING!

****

Hana berjalan di koridor tanpa ada gairah hidup sedikitpun di wajahnya. Wajahnya terlihat sedikit pucat dengan mata sembab. Semalaman ia tidak bisa tidur akibat kiriman 'sesuatu' kemarin. Ibunya bahkan sampai bingung untuk membuat Hana tenang.

Beberapa pasang mata memperhatikan Hana heran dengan kening sedikit mengerut. Mungkin heran dengan kondisi Hana yang tidak ceria seperti biasanya. Bahkan sekarang, bibirnya mewek ke bawah seperti ingin menangis.

Tiba di kelas, Hana buru-buru duduk di bangkunya. Saat ingin meletakkan tasnya di laci meja, tangannya tidak sengaja menyenggol secarik kertas berwarna merah hingga jatuh ke lantai. Karena penasaran, Hana mengambil kertas itu kemudian membacanya.

Permainan dimulai, Hana.

Hana melotot. Jantungnya berdetak kencang seperti saat dirinya berada di dekat Lukas.

"Maksudnya apa nih orang?" Tanya Hana geram. Ia meremas kertas tersebut. Matanya tak sengaja mengarah ke laci meja milik Rahel. Tas cewek itu sudah berada di sana menandakan bahwa sang pemilik tas sudah berangkat sekolah mendahului dirinya.

Hana mengerutkan keningnya, "Sejak kapan Rahel berangkat sepagi ini?"

※※※

"Hel." Panggil Hana kepada Rahel yang sedang mencatat di buku tulisnya.

"Hm?" Tanya Rahel tanpa mengalihkan atensi sedikitpun dari bukunya.

Hana terlihat berpikir sejenak, "Mmm...lo tadi lihat nggak orang yang naruh sesuatu di laci gue?"

Seketika Rahel menghentikan aktivitas mencatatnya, ia menghadap ke samping untuk melihat wajah Hana. Terlihat dari raut wajahnya, ia terlihat bingung. "Enggak tuh. Ngasih apaan?" Tanyanya.

Hana menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan. "Gue diteror."

Rahel melebarkan matanya kaget, "Teror? Siapa yang neror? Biar gue bogem wajahnya." Rahel menggerakkan tangannya meninju angin.

Hana sedikit terkekeh, "Enggak tahu. Kemarin, ada orang yang ngirimin gue kotak. Lo tahu nggak isinya apaan?"

Rahel menggeleng.

"Kodok Hel, kodok cincang. Darahnya ampe ngalir di dalem kotak."

"Kodok?"

Hana mengangguk, "Menurut lo siapa lagi yang tahu kalau gue takut sama kodok selain lo, Mami, Bi Sarmi, sama bang El?" Tanya Hana.

Rahel mengetukkan jarinya di pelipis, "Terus maksud lo yang lakuin itu semua kita, gitu?"

Hana menggeleng cepat. "Enggak, Hel. Gue cuman nanya, aneh aja gitu. Terus tuh orang juga kayaknya tahu kalau gue nggak suka warna merah. Buktinya aja kemarin kotaknya warna merah dan kertasnya juga. Terus hari ini juga kertasnya warna merah." Jawab Hana. Tidak ada yang tahu kalau Hana membenci warna merah kecuali 4 orang terdekatnya. Warna merah mengingatkannya tentang kematian ayahnya.

"Iya juga, sih. Jadi, siapa?"

※※※※

Hana sedikit berlari menuju toilet. Sesekali tangannya meremas roknya saat tidak tahan menahan pipisnya yang sudah hampir keluar. Setelah sampai di kamar mandi, Hana segera memasuki salah satu bilik. Sesegera mungkin Hana menuntaskan panggilan alamnya.

Selesai dengan urusannya, Hana buru-buru membuka pintu WC berniat untuk keluar. Namun, entah kesialan apa yang menimpanya, Hana terpeleset di depan pintu WC saat menginjak sesuatu yang licin hingga membuat pantatnya mendarat mulus ke lantai dengan kepala bagian belakang yang membentur tembok dengan keras.

"AAKKHHH!!!!" Pekiknya.

Suara Hana yang terlampau keras, membuat Lukas yang sedang lewat menghentikan langkahnya. Keningnya mengerut saat mendengar suara yang berasal dari toilet perempuan. Lukas sedikit menimang apakah ia harus menghampiri atau langsung pergi? Kalau ia datang ke toilet perempuan, nanti disangkanya mesum. Tetapi kalau ia tinggal begitu saja, itu namanya bukan tanggung jawab.

Lukas akhirnya lebih memilih menghampiri asal suara itu. Raut wajahnya terlihat kaget saat mendapati Hana yang jatuh mengenaskan dengan wajah merah karena menangis.

Dengan cepat Lukas menghampiri Hana, "Kenapa lo?" Tanyanya seraya membantu Hana berdiri. Namun karena efek benturan keras di kepala Hana membuatnya pusing hingga akan limbung ke bawah kalau saja Lukas tidak berhasil menangkapnya. Dengan pelan, Lukas menuntun Hana keluar toilet setelah itu mendudukkannya di atas kursi depan toilet.

"Hiks..." Hana sudah tidak tahan lagi menahan isak tangisnya. Kepalanya benar-benar terasa sakit.

"Nangis?" Tanya Lukas. Matanya menelisik ke arah rok Hana yang kotor dengan cairan hitam. Keningnya mengerut lalu kembali ke dalam toilet tempat Hana terjatuh tadi.

Ia berjongkok, mengamati cairan pekat berwarna hitam yang menjadi satu-satunya penyebab Hana jatuh. "Oli?"
Lukas menggelengkan kepalanya, "Ada yang nggak beres, nih." Lukas berdiri lalu menghampiri Hana lagi.

"Kita ke UKS. Gue anterin. Nanti suruh temen lo buat beliin rok baru di koperasi." Ujar Lukas yang membuat Hana menganggukkan kepalanya.

Hana mengulurkan tangannya berniat meminta bantuan Lukas untuk menggandengnya. "Bantuin."

Lukas berdecak namun tetap menerima uluran tangan Hana. "Manja."

Tanpa mereka berdua ketahui, seseorang menatap mereka dengan penuh amarah. Tangannya mengepal sebagai wujud amarahnya yang membludak di dada.

"Na?" Panggil Lukas kepada Hana yang sedang duduk di atas ranjang setelah berganti rok tadi. Kepalanya benjol di belakang namun sudah diobati.

"Apa?" Tanya Hana.

"Mmm, kayaknya ada yang sengaja bikin lo jatuh."

Hana menatap Lukas bingung, "Sengaja?"

Lukas mengangguk. "Ada oli di sana. Pas masuk toilet, sebelumnya udah ada oli di sana?" Tanya Lukas memastikan.

"Kayaknya enggak, deh. Soalnya tadi gue lari pas mau masuk, enggak kepleset tuh." Jawab Hana yakin yang langsung menambah kebingungan di otak Lukas.

"Menurut lo, siapa yang ngelakuin ini semua?" Tanya Lukas.

Hana mengetukkan jarinya di pelipis tanda bahwa ia sedang berpikir kemudian mengedikkan bahunya, "Enggak tahu."

Lukas berdecak. Kerutan di dahinya membuat Hana tersenyum geli saat menyadari Lukas ikut memikirkan kejadian tadi.

"Cieee mikirin gue, ya?" Goda Hana yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Lukas.

"Diem, goblok."

Tiba-tiba Hana teringat dengan sebuah surat yang diterimanya tadi. Apa ini ada hubungannya dengan orang itu?

Jadi, siapa?

※※※※※※

Vote comment-nya, hehehe😂

Salam,

Ia💟

HALU(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang