Aku memang bukan mereka yang cantik dan multitalenta.
Aku juga bukan mereka yang mahir dalam cinta.
Tapi aku,
punya seribu satu cara untuk membuatmu jatuh cinta.
~Miracle Hana Liow~
*****
Lukas mencengkeram erat tralis di depannya. Balkon rumah Nova menjadi tempat pelampiasan amarahnya saat ini. Dadanya bergemuruh menahan emosi. Masalah dari keluarganya datang dengan bertubi-tubi. Marah? Jelas. Lukas paling tidak suka dengan keributan.
Sore tadi, pertengkaran hebat kembali menerjang rumah tangga kedua orang tuanya. Belum sempat kasus perselingkuhan papanya tuntas, masalah lain datang seolah ikut menabur garam diatas luka. Keduanya hampir bercerai kalau saja Lukas tadi tidak mengancam akan pergi dari rumah dan tidak akan kembali. Biarlah dirinya dikatakan durhaka. Lukas muak dengan semua drama yang terjadi di keluarganya.
Sebegitu inginkah kedua orang tuanya bercerai? Apa tidak pernah terlintas di pikiran mereka mengenai Adel yang masih kecil? Terlalu sulit adik kecilnya untuk memahami ini semua. Setelah berkata ingin sendiri tadi, Lukas bergegas pergi tanpa membawa handphone nya.
"Bro."
Panggilan dari Nova yang tiba-tiba berdiri disampingnya, membuat Lukas meliriknya sekilas. Enggan menjawab.
"Udahlah nggak usah main kabur-kaburan. Kasihan Adel." Ujar Nova. Lelaki itu memandang Lukas yang menatap kosong ke bawah.
"Gue nggak kabur. Cuma lagi pengen sendiri aja. Terkadang gue pikir ini perlu buat nyadarin mereka." Lukas menghela napas gusar. Ia menjilat bibir bawahnya yang terasa kering. "Lo nggak tahu seberapa beratnya jadi gue. Capek."
Nova menepuk pundak Lukas. Dia memang tidak merasakan masalah yang dihadapi Lukas saat ini. Mengingat keadaan keluarganya yang bisa dikatakan harmonis.
"Gue emang nggak tahu rasanya. Tapi sebagai sahabat lo gue harus ikut mengangkat beban lo."
Nova diam sejenak.
"Apapun yang lo butuhin. Gue siap bantuin."
****
"Hana?"
Nova melebarkan matanya tak percaya. Malam-malam begini Hana tiba-tiba datang dengan pakaian rumah sakit. Rahel yang berada di belakang Hana hanya bisa menggerutu. Gadis itu merengek sejak sore tadi meminta pulang dari rumah sakit. Kondisinya yang belum benar-benar pulih bahkan jalan saja masih sempoyongan membuatnya terlihat seperti pasien RSJ yang tengah kabur.
"Lukas mana? Pacar gue mana?" Hana bertanya tidak sabaran kepada Nova. Cowok itu yang masih terkejut hanya bisa mempersilahkan Hana masuk.
Saat gadis itu berhasil masuk, tatapan matanya langsung tertuju kepada lelaki yang dicarinya. Lukas duduk di sofa ruang tamu.
"Lukas!" Panggil Hana. Lukas menoleh, terkejut dengan kehadiran Hana. Gadis itu berlari menghampiri Lukas tanpa mempedulikan kakinya yang terasa sakit.
Hampir saja Hana terjatuh kalau saja Lukas tidak sigap menangkapnya. Gadis itu langsung memeluk Lukas erat. Tangisnya pecah, apa yang dia khawatirkan sedari tadi akhirnya ada di dalam pelukannya. Lukas yang sama kagetnya dengan Nova hanya bisa membalas pelukan Hana dengan kening mengerut.
Masih dalam pelukan Lukas, Hana mendongak menatap wajah lelaki itu. Wajah pucatnya bahkan sudah dibanjiri oleh air mata. Tingginya yang hanya sebatas dada Lukas membuatnya harus benar-benar mendongak keatas.
"Lukas, kamu kenapa? Tadi Adel telpon katanya kamu marah terus kabur dari rumah? Kalau ada masalah sebaiknya kamu cerita sama aku. Nggak kayak gini. Jadinya aku yang khawatir. Sebenernya, kamu anggep aku apa sampai aku nggak tahu apa masalah kamu. Aku ngerasa jadi pacar yang nggak berguna." Racau Hana. Lukas merasa bersalah telah membuat Hana khawatir bahkan dalam kondisi gadis itu yang masih sakit. Selama ini Lukas hanya tidak ingin Hana ikut memikirkan masalah keluarganya.
"Na, semuanya butuh waktu. Udah aku bilang kalau aku belum siap nyeritain semua masalah aku." Ujar Lukas melembut. Lelaki itu mengelus rambut panjang Hana.
"Berarti kamu nggak percaya sama aku? Walaupun aku ini cerewet dan suka blak-blakan kalau ngomong, tapi aku bisa jaga rahasia kok." Hana mengacungkan kelingkingnya. Lukas yang melihat itupun hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu dengan ragu menautkan kelingkingnya dengan milik Hana. Terkadang sikap Hana memang terlalu polos.
"Bukan gitu Na maksud gue."
Hana menatap bingung Lukas. Bibirnya cemeberut sedih, "Nggak gitu, ya?" Sedetik kemudian senyum lebar terbit di wajah Hana. "Nggak papa kalau emang belum siap."
Lukas tersenyum lalu menepuk pelan kepala Hana. Kebiasaan yang disukainya. Ia menarik tangan Hana agar duduk di atas sofa lalu menyenderka kepala gadis itu di dadanya. "Kamu seharusnya nggak usah kesini. Masih sakit 'kan?" Ujar Lukas.
"Abisan aku takut kamu kenapa-napa." Hana memejamkan matanya merasakan usapan lembut di kepalanya yang terasa pusing. "Lukas." Panggil Hana.
"Hm?"
"Pusing." Rengek Hana.
Rahel yang mendengar itupun mencibir. "Baru kerasa kan? Tadi aja lari-lari kayak orang nggak sakit." Gerutunya.
"Lukas.....beneran pusing," Rengek Hana kembali tanpa mempedulikan gerutuan Hana.
"Tidur aja. Aku temenin."
Setelah itu Hana tertidur di dada Lukas dengan usapan lembut yang mengiringi tidurnya.
****
Istrinya Kai kambek nihhh!!!
Maap ya wordnya cuma dikit. Lagi sibuk sama tugas😭😭
OH IYAA, AKU MAU INGETIN KALIAN, DIRUMAH AJA YA!!! JAGA KESEHATAN & KEBERSIHAN.
JANGAN LUPA KASIH BINTANG YA GAESSS.......
SALAM,
IA❤
KAMU SEDANG MEMBACA
HALU(Completed)
Teen FictionIni menceritakan tentang kisah percintaan seorang gadis yang memiliki tingkat halusinasi tinggi. Dirinya percaya kalau halu yang tercipta akan berubah menjadi nyata. Perjuangan yang dirinya lakukan menjadi awal sebuah hubungan. Hana percaya kepada T...