Bab 4

42.7K 1.7K 25
                                    

Yura POV

"Ayo menikah."

Itu pernyataan, bukan ajakan.

Aku tahu sekali sifat Jansen yang satu ini. Berkata sesuka hati, dan berbuat semaunya. Tapi pernyataannya tadi tetap mengejutkanku. Dan sedetik kemudian, aku merasa sedih.

Aku tersenyum miris, lelaki ini sepertinya masih bertekad untuk membuatku sakit. Aku hanya diam, semakin merapatkan selimutku. Menyembunyikan tubuh telanjangku, dan membelakanginya.

"Sebulan dari sekarang." Lanjut Jansen.

Aku akhirnya menoleh, tidak tahan bertanya "Kenapa?"

Jansen menaikkan alisnya, bibirnya menipis, "Aku memberimu hadiah. Bukankah kau mencintaiku?"

"Itu bukan hadiah Jansen." Balasku sabar. Impianku memang menjadi istrinya, tapi bukan berarti aku mau menikah dengan pria yang juga bertekad menikahi wanita lain. "Kau sudah memiliki Silvia. Sekarang aku memang pacar gelapmu, tapi bukan berarti aku mau naik tingkat menjadi istri gelapmu. Tidak! Tetap seperti perjanjian sebelumnya. Aku akan pergi ketika Silvia mengiyakan lamaranmu."

Benar! Inilah perjanjian kami. Perjanjian yang membuatku mau saja menjadi pelampiasannya. Ditiduri tanpa cinta!

Aku mencintainya. Jansen tahu itu.

Aku menyatakan perasaanku, dan seperti yang ditebak, aku ditolak.

Dan sebagai gantinya, dia menawarkan hal lain. Berhubungan dengan pria itu diam-diam. Kata kasarnya, menjadi simpanan.

Dan sudah berlangsung 2 tahun.

Aku tersenyum tipis. Penyesalanku semakin memukul dadaku berkali-kali. Itu kesalahan. Aku sadar telah melakukan kesalahan terbesar sepanjang hidupku. Hanya karna keinginanku yang ingin merasakan menjadi kekasihnya, aku terjebak hingga kini.

Sedangkan Jansen, jelas karna butuh seseorang untuk mejadi samsak. Jansen bukan pria peminum, bukan pula perokok, dan tuntutan pekerjaan yang tak ada habisnya membuat pria itu terkadang stres. Ia ingin menyalurkannya dengan cara yang katanya lebih sehat. Seks.

Pria ini, Jansen, sangat baik kepada Silvia. Katanya dia tidak ingin menyentuh wanita itu sebelum menikah. Ingin menjaganya seperti seorang gentleman.

Miris!

"Untuk berapa lama?" tanyaku akhirnya dengan dada sesak.

"Apanya?"

"Pernikahan ini. Kita akan menikah berapa lama?"

Jansen terdiam, matanya memandangiku, seperti menilai. "Kita lihat saja nanti."

"Aku tidak mau!" seruku. Tidak! Tidak lagi! Karna aku tahu, semakin aku bersamanya, semakin hatiku menginginkannya. Sepenuhnya.

Tapi Jansen bukan laki-laki yang bisa dipaksa. Aku tidak bisa memaksanya untuk tetap bersamaku. Dan ketika nanti dia akan membuangku, ada keyakinan besar kalau aku tidak akan dapat bangkit lagi. Aku tidak akan bisa melanjutkan hidup.

Dan untuk membuatnya jatuh cinta pun, aku sudah menyerah. Dua tahun, dan tidak ada perubahan pada hatinya.

"Aku tidak minta pendapatmu." Jansen berkata tegas. Keras. Aku kembali memandangnya miris. Memohon. Tapi ia tetap tak peduli.

"Kalau ini bisa membuatmu tenang, aku akan mengatakannya. Kau akan menjadi istriku. Benar-benar istriku. Bukan simpanan. Dan aku sudah tidak berniat menjadikan wanita lain sebagai istri. Termasuk ... Silvia."

Itulah yang terjadi. Sebulan kemudian, pria ini bisa kupanggil sebagai suami.


(20 des 2019)

Kalau suka, tolong ya di vote..


Love Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang