Bab 6

40.8K 1.4K 29
                                    

Yura POV

Satu tahun. Aku ... bahagia.

Terlepas dari perasaan Jansen yang belum mencintaiku, aku sungguh-sungguh menikmati pernikahan ini.

Jansen.. suamiku. Lelakiku.

Dia masih tidur. Lengannya melingkar di pinggangku. Dan aku langsung tersenyum geli. Ini seperti di novel.

Lihat betapa tampannya dia. Si playboy ini memiliki wajah polos. Ya, setidaknya ketika dia tidur. Karena setelah itu, dia hanya menampilkan wajah mesum, marah, dingin, bengis, dan tak terbaca.

Ah satu lagi. Wajah lembut ketika bersama.. Silvia.

Wajah yang tidak pernah ia perlihatkan kepadaku. Aku tersenyum miris. Bisakah suatu saat nanti dia benar-benar mencintaiku?

Jansen memang menepati janjinya. Untuk tidak berhubungan lagi dengan wanita itu. Ataupun wanita lain. Walaupun begitu, dia tidak pernah bercerita padaku, mengenai kenapa mereka akhirnya berpisah.

Aku ingin tahu, tapi dia tidak bersedia bercerita. Tidak penting, katanya waktu itu.

"Kenapa?" itu suara Jansen. Aku mengerjap, lalu memandangnya bingung. Sejak kapan dia bangun?

Dan seakan mengerti, ia memperjelas pertanyaanya, "Wajahmu, kenapa merengut pagi-pagi?"

"Hanya sedang berpikir." Jawabku.

"Mikir apa?"

"Apa yang akan kulakukan kalau kita berpisah?" dan setelah pertanyaan itu terlontar, aku langsung merasa menyesal. Wajah Jansen yang tadinya bersahabat langsung berubah beringas. Tubuhnya kaku, dan matanya menampilkan kekejaman.

"Aku akan memberimu rumah, mobil, dan uang untukmu memulai usaha." Dia membalas. "Tenang saja, aku tidak akan menelantarkanmu sekalipun nanti kita bercerai."

Padahal bukan itu yang kumaksud. Jansen salah paham.

Aku hanya bertanya-tanya, apakah aku nanti mampu melanjutkan hidup tanpanya? Apakah aku bisa bahagia? Apakah aku dapat ... memiliki keluargaku sendiri? Anak?

Mungkin tidak.

Setelah berpisah, mungkin aku hanya akan berkubang dalam kesedihan. Menyesali atau mengingat dalam syukur pernikahan ini.

Sedangkan Jansen ... dia mungkin akan kembali pada Silvia. Mereka pasti akan bersama. Memulai lagi rencana pernikahan, lalu memiliki anak sebanyak-banyaknya. Meramaikan rumah ini. Atau ... mungkin rumah lain yang lebih besar. Perempuan itu pasti sedikit keberatan tinggal di rumah yang pernah ku tinggalin.

Ah, aku merasa miris lagi.

Anak...

Jansen ingin punya anak. Kalau bisa 5. Tapi bukan padaku dia mengatakannya. Pada Silvia.

Aku pernah tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka dulu. Pembicaraan mengenai masa depan. Dengan heboh mereka membahas mengenai berapa anak yang akan mereka punya. Silvia menyebut cukup 1, tapi Jansen meminta 5.

Lalu padaku? Pria itu yang selalu mengingatkan kapan aku harus ke dokter untuk KB. Tidak membiarkanku lalai walaupun cuma sehari. Aku tidak bertanya mengapa. Untuk apa? Sudah jelas bukan? Dia tidak mau terlibat apapun lagi denganku.

Tidak ketika nanti pada akhirnya kami akan berpisah.


...


(25 Desember 2019)

Love Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang