Yura POV
Ini berat! Kembali ke kantor ini menyiksa. Lihatlah tatapan mereka. Aku seperti kembali pada masa-masa SMA ku. Berjalan dengan diikuti pandangan jijik dan hinaan.
Aku melengos, berusaha menghindar yang lain. Masuk ketika akhirnya pintu lift terbuka, dan kembali sibuk dengan ponsel, menghubungi Nina. Satu-satunya teman sepanjang hidupku. Hanya Nina yang tidak menghina, dan mendukung pernikahanku. Dia tersenyum, memberiku selamat, dan memanjatkan doa.
Tapi ya, setelah tiga hari, dia datang, lalu heboh meminta penjelasan. Kembali pada Nina yang sebenarnya. Aku menceritakan semua tentu saja. Dengan sejujur-jujurnya tentang kelakuanku sebagai kekasih gelap Jansen sebelumnya. Aku malu, tapi juga ingin bercerita. Dan aku yakin, walau mulut wanita ini seperti ember bocor, ia akan mengerti keadaanku. Akan mengerti untuk tetap diam. Tidak menyebarkan apa yang ingin kusembunyikan.
"Jadi lo melakukannya?" pertanyaan pertama yang dilontarkan Nina setelah aku memberi banyak penjelasan.
Aku bingung, iya aku memang melakukannya. Menjadi kekasih gelap seorang pria.
"Bukan bego." Seru Nina gemas, setelah tahu aku tidak menangkap maksud dari pertanyaannya.
"Seks. Lo sudah melakukannya?"
Astaga! Untung waktu itu di rumah.
Aku mengangguk, walau rasanya mau mati saja karna malu. Aku tidak terbiasa ketika membicarakan hal intim dengan orang lain. Bahkan dengan Jansen.
"Dan selama ini gue selalu ngoceh tentang teorinya! Berharap lo nantinya engak akan terlalu cupu dan naif. Dan apa ini??? Lo bahkan sudah praktek! Dan gue belum!!!"
Dia gila!
"Halo!!" seru Nina ketika akhirnya dia mengangkat teleponku. Aku meringis, sedikit menjauhkan ponsel.
"Nin, lagi sibuk?"
"Menurut situ?" jawabnya kesal.
Aku jadi tidak enak hati, "Ya sudah. Aku tutup dulu. Nanti saja kalau kamu sedang tidak sibuk."
"Eh ada apa sih?"
"Katanya sibukkk..."
Gadis itu tertawa. "Iya emang cibuk nyonya. Memangnya situ tinggal ongkang-ongkang kaki, tetep dapat duit dari laki. Duhhh.. gue jadi pengen kawin deh."
"Ya udah terima aja itu yang kemarin. Siapa ya namanya, lupa. Boni? Bonar?"
"Bona? Ogah!!!" Nina tuh begini ini. Ngomongnya selalu pengen married, tapi ada laki-laki yang deketin, dia langsung menjauh 1 km.
"Sekarang jawab, kenapa nelpon?"
"Itu.. aku lagi dikantor ini."
"Eh? Mau ketemu gue?"
"Bukan."
"Trus kok nelepon gueee?" tanyanya gemas.
"Eh ini.. aku nanti kalau gak lama, kamu temani makan ya? Aku traktir deh."
"Kok kalau? Tentuin dong mau lama apa nggak. Gue malas tau ntar ada yang ngajakin gue makan juga, trus gua tolak. Eh elu malah ena-ena sama laki."
"Hush! Aku kan gak tau Jansen lagi sibuk atau enggak. Kalau lagi sibuk kan, aku minta temani kamu aja."
"Kasian banget ya gue jadi pilihan ke-2?" sungut gadis itu.
Aku tertawa pelan, melirik ke sekeliling sekilas. Syukurlah tidak ada yang berfokus padaku.
"Oke? Aku bakal langsung hubungin kamu kok."
"Iya-iyaaa. Tapi Ra, gue kemarin dengar ada resto steak yang enak lohh.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me (END)
RomanceEbook sudah tersedia di Google Play Book/Google Play Store. Aku mencintaimu seperti orang sakit jiwa. Memberikan segala yang aku punya. Segalanya tanpa sisa! Sekalipun harga diriku dikecilkan, aku tetap tak kuasa berpaling. Biarpun kau tak pernah me...