Bab 20

34.7K 1.3K 10
                                    


Jansen POV

Dua hari ini aku kembali sibuk dengan urusan kantor. Terutama karena Willy masih berada di Surabaya. Aku memang pulang terlebih dahulu kemarin, karena khawatir pada Yura.

Ketika pulang, aku akan selalu menuju kamar yang berada di lantai bawah. Menghindar menatap kamar kami yang berada di lantai atas. Lantas membaringkan tubuh yang lelah, tapi mata yang sulit tertutup.

Sudah sejam ini aku berbaring gelisah. Menatap ponsel yang kuletakkan di atas nakas. Dalam hati mengutuk Yura yang seakan lupa punya suami.

Teringat kembali pagi ketika Yura hendak berangkat.

Pagi itu ketika Yura akhirnya benar-benar sehat, ia dengan ceria menyiapkan barang-barangnya ke dalam koper kecil. Mengatakan akan berangkat pagi itu juga. Ia bahkan terburu-buru sarapan, dan tidak menemaniku sampai selesai. Mengapa ia bersemangat sekali? Memikirkan itu membuatku jengkel.

Selesai sarapan, aku berjalan kembali ke lantai atas, membuka pintu dan mendapati ia masih tengah bersiap-siap.

"Aku pergi." Pamitku.

Yura menoleh dan segera menuju ke arahku. Ia mengambil tanganku, dan mengantarkanku menuju pintu depan rumah.

Ketika hendak masuk ke dalam mobil, Yura memanggilku kembali.

"Ada apa?" tanyaku.

Dia berjalan mendekat, memelukku. Cukup lama. Aku ikut membalas, mencium keningnya. Hal ini tidak biasa sebenarnya kami lakuin. Tapi aku merasa harus melakukannya.

Kukira perpisahan hangat itu akan berlanjut. Tapi ternyata Yura yang hangat bisa berubah menjadi dingin.

Sering kali ia mengabaikan telponku. Pesan yang kukirim dibalasnya lebih singkat daripada yang kuinginkan. Tidak ada upaya darinya untuk menghubungiku duluan, lalu membicarakan harinya. Hanya aku yang berpikir keras akan alasan yang bagus untuk menelepon.

Jadi sebenarnya, apakah hanya aku saja yang membutuhkannya?

Hah.. Aku ingin dengar suaranya.. aku butuh mendengarnya..

Kuambil akhirnya ponsel yang dari tadi kutatap, kucari nama Yura dan langsung menekan tombol calling.

Aku bahkan belum menyiapkan alasan apapun.

Pada kali pertama, dia tidak mengangkat telponku. Kedua pun begitu.

Mungkin dia sudah tertidur, pikirku kemudian, melihat jam pada ponsel yang sudah menunjukkan pukul setengah tiga pagi.

Aku merindukanmu.. bisikku dalam hati. Mengakui pada akhirnya.

Aku merindukanmu... Aku merindukanmu...

.

.

.

(11 Jan 2020)

Love Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang