Chapter 4

40 2 0
                                    

Mila baru saja keluar dari toilet hendak menyusul Ririn dan Vira.

"Dapet lo!! Hayo mau kemana!" Tiba-tiba Deni dan Rifqi langsung memegang kedua lengan Mila. Mila spontan hendak memukul, namum kedua tangannya ditahan. Disusul dengan Radit, lalu Radit berdiri didepan Mila dengan seringainya yang entah memiliki arti apa.

Radit menoyor kepala Mila lalu bertanya "Ngaku lo sama gue, lo kemaren di anter Andrian ya?"

Mila yang masih celingukan mencari bantuan sambil memberontak, tidak menjawab pertanyaan Radit.

"Jawab kek, elah tumben banget lo mau dianterin cowok selain kita-kita?" Lanjutnya.

"Ya habis kak Miko lama, gue udah kelaperan, lo-lo semua udah pada pulang, jadi gue ikut Andrian deh." Jelas Mila sambil mencoba melepaskan diri.

"Elo kesambet apa anjir!" Teriak Rifqi tepat di samping telinga Mila lantas memiringkan kepalanya karena suara Rifqi.

"Lepasin gue ato gue tendang titit lo pada!" Ancamnya. Lantas dengan cepat Deni dan Rifqi melepaskan pegangannya.

Sambil berjalan menuju kantin, Mila bercerita mengapa ia bisa pulang bersama Andrian. Setelah sampai kantin, Mila, Rifqi, Deni dan Radit bergabung dengan Ririn dan Vira. Mereka bercerita sambil menyantap bakso yang biasa mereka pesan. Tak lama kemudian "Hei".

Lantas mereka mendongakkan kepala mereka melihat siapa pemilik suara tersebut. Andrian.

"Widih, udah selesai nyatet lo?" Tanya Deni.

"Udah. Geser Den." Lalu Deni bergeser. Andrian menjelaskan bahwa ia ketiduran dikelas dan tidak sempat mencatat pelajaran yang telah terpampang dipapan tulis, jadi mau tidak mau harus menyelesaikan dulu daripada catatannya kosong saat di cek.

Andrian lalu memesan bakso sama seperti mereka dan es teh manis. "Mila, kok diem aja?" Andrian berusaha menggoda Mila. Banyak cewek disekolah ini namum mengapa hanya Mila yang seru untuk digoda?

"Lo ga liat gue lagi makan?" Jawab Mila acuh tak acuh.

"Pulang bareng gue ya?"

Vira yang sedang menelan kuah bakso lantas menyemburkannya lagi. "Apa lo bilang Yan?"

"Gue ngajak Mila pulang bareng, lo mau ikut? Di ban ya" Kata Andrian dengan candaan.

"Sa ae lu biji melinjo!" Jawab Vira sambil mengelap kuah bakso yang mengenai seragamnya.

Deni, Rifqi dan Radit melengos, menunggu jawaban Mila. Biasanya Mila tipe orang yang sangat anti diajak cowok pulang selain mereka bertiga karena mereka adalah sahabatnya dari kelas 10, dan terpisah karena beda jurusan. Mila kelas bahasa, lalu mereka bertiga dikelas IPS.

"Oke" Jawab Mila enteng.

Lantas sahabat-sahabatnya hanya menganga dan saling menatap.

.

"Thanks Yan. Lo ga mampir?" Tanya Mila setelah turun dari motor.

"Boleh?"

"kalo lo mau, ada kak Miko juga didalem" Kata Mila, teringat kakaknya sudah pulang kuliah.

Mila membuka gerbang untuk Andrian agar motornya bisa lewat. Andrian memarkirkan motornya tepat di garasi yang hanya terparkir motor Miko.

"samlekum"

"ASSALAMU'ALAIKUM BU!!" Miko yang sedang berbaring di sofa langsung membeo ke Mila dengan mengucapkan salam juga. "widiw! Bawa pacar." Miko langsung tersenyum jahil.

"Dia bukan pacar gue kak!" Sudah beberapa kali Mila memberi tau bila Andrian bukan pacarnya, tetap saja Miko berkata bahwa Andrian adalah pacar Mila. Miko hanya menjulurkan lidahnya.

Mila berlalu melewati kakaknya dan berjalan menuju kamar untuk berganti baju. Setelah berganti baju, Mila menuju dapur membuatkan Andrian minuman dingin. Kasihan, sudah seharian sekolah, mengantarnya pulang masa tidak diberi minum.

"Sori jus jeruk dulu ya, adanya ini" kata Mila sambil membawa nampan berisi satu teko jus dan dua gelas.

Mereka bertiga saling bertukar cerita, menurut Andrian, Miko cukup rame, seru. Tidak gila hormat seperti senior lainnya.

"Oiya gue belum ada liat papa mama lo, kemana Mil?" Tanya Andrian mengalihkan topik.

"Papa biasa, di restoran, kalo mama- oiya mama kemana kak?" Mila baru teringat bahwa mamanya tidak sedang dirumah.

"Kerumah sakit, anak temen mama sakit." Kata Miko

Setelah berlama-lama cerita, Andrian berpamitan pulang. Mila mengantarkannya sampai depan pagar.

"Ntar malem gue telfon boleh?" Tanya Andrian. Lantas membuat Mila kaget.

Mila hanya tersenyum lalu mengangguk, mengiyakan.

"salam bokap nyokap" lanjutnya. Mila lalu melambaikan tangan lalu melihat punggung Andrian menjauh.

Seperti biasa, malam hari Mila menghabiskan waktu dengan membaca novel, atau menulis cerita. Malam ini Mila memilih opsi pertama.

Drrrtt...drrrrt...

Andrian is calling...

"Beneran nelfon." Ucap Mila pada diri sendiri. Mila menggeser tombol hijau lalu menempelkannya ditelinga.

"Halo, Mil" Sapa Andrian di seberang sana.

"Iya Yan, ada apa?" Mila menahan senyumnya.

"Lo lagi apa?" Tanyanya.

"Baca novel Yan. Lo?"

"Nangkring di balkon, bete mah gue mau ngapain." Terdengar suara Andrian yang sedang terkekeh.

"Udah malem Yan, mending lo tidur gitu, daripada lo masuk angin"

"Serius lo nyuruh gue tidur?" Suara Andrian seperti kaget. Tapi memang benar, belum pernah Mila perhatian kepada cowok.

"haha gila lo. Gue ngantuk Yan." Kata Mila beralasan agar Andrian tidak merasa geer.

"Baru juga jam 9, Mil. Tapi gapapa deh, lo tidur, jangan kesiangan"

"Terus e-"

"besok gue jemput setengah 7, biar ga telat. Lo jangan lupa sarapan. Bye!"

Tuuut...tut.. sambungan terputus. Mila masih menempelkanponselnya ditelinga lalu mengernyitkan keningnya.

DECEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang