Chapter 15

26 1 2
                                    

Sebentar lagi hut SMA Pelita yang ke-40, anak-anak OSIS sudah mempersiapkannya dengan matang mulai dari desain panggung untuk lomba festival band dan solo vocal, sampai stand-stand bazar yang akan dipakai murid-murid untuk menjual hasil kreasinya.

Kelas 12 Bahasa 3 sepakat akan menjual brownies dan thai tea.

"Kelas lo jual apa, Yan?" Tanya Mila. Saat ini berada dikelas Andrian.

"Takoyaki ama telur gulung. itu doang sih." Jawab Andrian sambil menghabiskan bekalnya. Kali ini Mila membawakan Andrian bekal.

Hanya nasi goreng, namum menurut Andrian rasanya begitu yahud. Mila tidak bosan melihat Andrian melahap nasi goreng bikinan Mila.

"Udah naksir ni ceritanya ama gue?" Kata Andrian di sela makan nya.

"Apa sih lo, Yan." Mila lalu memalingkan wajahnya.

"Udah. Thanks ya. Sering-sering aja bawain gue bekal. Gue dah seneng." Andrian memberikan cengiran sambil menyerahkan kotak bekal milik Mila.

"Yan, ntar lo mau ikut lomba apa?" Tanya Mila.

"Hmm, gatau ya. Lo sendiri gimana?"

"Kalonya ada lomba makan, gue ikut sih."

"Elo, makan terus taunya" Andrian gemas lalu mengacak rambut Mila.

"Lo fotografi aja gimana, Yan? Secara, jepretan lo kan bagus-bagus."

Mila mengingat, belakangan ini Mila sering melihat Andrian memasukkan beberapa foto di instagram dan rata-rata bukan foto manusia, melainkan alam.

"Lo merhatiin?" Andrian mengerling kearah Mila, lantas membuat Mila salah tingkah.

Mila mengedikkan bahunya "Terserah deh, Yan."

"Iya ntar gue pikirin lagi deh hehe." Andrian mengedipkan sebelah matanya. "Lo cantik kalo cemberut."

"Apaan sih, Yan. Dangdut banget lo." Mila mencubit pinggang Andrian lantas Andrian mengusap-usap pinggangnya.

.

.

"Darimana lo?" Tanya Ririn.

Mila mendaratkan pantatnya dikursinya, lalu meletakkan kotak bekal kedalam tasnya.

"Kelas Andrian. Kenapa?"

"Acara persami ntar lo ikut gak?" Tanya Ririn.

Baru saja Dimas menjelaskan bahwa ada acara persami kelas 12, yang akan dilaksanakan minggu depan. Dua minggu sebelum acara hut SMA Pelita.

"Ntar gue ijin dulu." Jawab Mila.

5 menit kemudian Bu Indri selaku guru bahasa Inggris masuk kekelas, membawa modul yang ia peluk. Bu Indri menyapu seisi kelas lewat tatapannya yang tajam. "Kemana dia?" Tanyanya. Tidak lain tidak bukan maksud dari pertanyaan nya itu adalah Gibran.

"Mencret-mencret bu!" Jawab Devan dari kursi belakang, sontak seisi kelas tertawa terbahak-bahak.

"Kok bisa!" Bu Indri makin memelototkan matanya, sambil mengangkat penggaris kayu yang ia pegang.

"Anu, tadi minum jamunya Vira, eh terus mules-mules." Devan masih mencari alasan.

Vira yang mendengarnya, lantas menengok ke sumber suara. "Sejak kapan gue bawa jamu!" Semprotnya.

"Sudah-sudah! Kita lanjutkan belajar! Buka buku paket halaman 120." Kata Bu Indri lantas duduk dan membuka buku paketnya.

"Assalamualaikum." Gibran tiba-tiba muncul di pintu, pakaiannya berantakan dan basah karena keringat. Dan parahnya lagi ia sambil membawa tas. Lantas seisi kelas menengok ke sumber suara.

DECEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang